1. ANAK BUNGSU

26 5 0
                                        

~ Maret, 2008.
Di suatu pagi - pagi buta. Terdengar Yessie yang seakan mual - mual di kamar mandi, membuat Edwin menghampirinya dengan rasa kantuk yang masih ia rasakan. Ia bangun dari tempat tidurnya berjalan dengan pelan. Terlihat bahwa Yessie sedang berjongkok seraya memegang perutnya.

"Ada apa, Yessie..?"

Edwin bertanya dengan kedua matanya yang masih sayu itu.

"Sepertinya saya akan pergi ke dokter nanti."

Mendengar Yessie yang mengatakan hal tersebut dengan wajahnya yang pucat, membuat hati Edwin tergerak untuk membantu Yessie berdiri dan akhirnya ia membantu Yessie untuk kembali ke kamar bersama. Merekapun kembali tertidur untuk menjalankan aktivitas mereka yang akan di lakukan di beberapa jam lagi.

Kini jam sudah menunjukkan pukul 06.00
Sudah saatnya untuk Edwin berangkat bekerja.
Di jam segini, Edwin sudah rapih dan lengkap dengan seragamnya. Tak lupa dengan memberi Arsenio dan Bianca uang jajan untuk di sekolahnya, lalu segera Edwin pergi bekerja.

Setelah mereka semua pergi, dan Yessie telah membereskan rumah serta mandi. Kini ia pergi ke dokter untuk mengecek kondisinya yang masih merasakan pusing di kepalanya dan rasa tak enak di perutnya.
_____________________________

"Hamil..??!"

Terdengar Yessie sedikit terkejut dengan pernyataan dari dokternya bahwa ia hamil lagi, atau bisa disebut ia akan memiliki 3 anak.
Meskipun begitu, ia merasa biasa saja. Hal yang bisa ia lakukan hanyalah pasrah, dan pulang kerumah dengan rasa senang karena pasti rumah akan sangat ramai dengan adanya 1 kehadiran anak.

Setelah semua telah kembali, Yessie memberitahu bahwa ia mengandung lagi. Arsenio dan Edwin merasa senang, namun tidak dengan Bianca. Ia merasa tidak membutuh saudara baru, ia hanya ingin menjadi anak terakhir kesayangan kedua orangtua nya. '2 Anak cukup' , menurutnya.
Bianca pun mulai memiliki sikap acuh tak acuh pada kandungan Yessie.

Kini 9 Bulan telah berlalu, dan bayi di kandungan Yessie masih belum melakukan reaksi apapun. Bahkan tanda - tanda ia ingin keluar dari perut Yessie pun tidak ada. Karena membuat Yessie khawatir, ia pun mengecek kandungannya kembali ke bidan.

"Dia masih nyaman sepertinya bunda... hahaha! , Lihat.. Kepalanya juga belum di bawah. Jadi sepertinya sabar saja dulu ya bund, dedeknya masih nyaman."

Ucap bidan sambil tersenyum.
Ia pun memberikan vitamin yang biasa Yessie minum untuk membuat sang janin tetap kuat dan sehat sampai proses melahirkan.

Sesampainya di rumah, Yessie segera di tanya oleh Edwin yang baru saja pulang dari bekerjanya dengan masih memakai seragam militer lengkap.

"Apa kata bidan?"

"Bayinya masih nyaman, di suruh untuk menunggu."

Yessie pun berganti pakaian dan merebahkan dirinya di kasur yang terasa nyaman itu. Sedang Edwin, ia sedang menonton televisi dengan siaran bola bersama dengan Arsenio.

Yessie yang berada di kamar sendirian sedang merenungi diri sambil merebahkan tubuhnya. Berfikir bahwa bagaimana kehidupan ke depannya hidup dengan pria yang ia tidak cintai sama sekali, bahkan ia harus menyekolahkannya sampai habis puluhan juta.

"Aku menyayangimu, ayah. Namun mengapa engkau seakan menjualku dengan beralasan agar aku tak salah pasangan dan terus berbahagia. Apakah engkau di sana melihatku bahagia di sini?".

Batin Yessie sampai meneteskan air matanya namun ia usap kembali.

~ 3 Januari 2009.
Kandungan Yessie sudah terhitung 10 bulan namun tak ada kemajuan, alias tak ada tanda - tanda sang bayi ingin keluar dari rahimnya. Karena khawatir, ia meminta Edwin untuk membawanya ke Bidan dan segera mereka ber-2 ke bidan untuk meminta rujukkan untuk melahirkan sang bayi di perut itu.

Benar saja, sang bayi benar - benar sudah nyaman berada di sana. Hingga membuat Yessie harus di memesan kamar untuk beristirahat sementara di sana. Ia juga memakan makanan yang sehat agar sang bayi cepat - cepat keluar karena Yessie sudah sangat khawatir. 2 Anak yang telah ia kandung selalu lahir dengan 9 bulan di kandungan, namun anak yang satu ini justru sudah berada 10 bulan dan belum mengeluarkan tanda - tanda.

~ 6 Januari 2009
Yessie sudah merasakan mulas di perutnya, hingga ia merasa ingin mengeluarkan bayinya secepat mungkin. Bidanpun melakukan penanganan dengan menyuntik bagian paha dan beberapa tempat lainnya. Karena bayi tersebut lebih besar pada biasanya, bidanpun mau tak mau menyayat sedikit bagian milik Yessie. Tak lama dari itu, terdengar suara tangisan bayi yang menyerui ruangan.

"OOOOEEEKKK!!! OOOEEEKKK!!"

Betapa leganya Yessie mendengar suara bayi miliknya yang menandakan ia normal dan sudah keluar dari perutnya, kesadaran iapun sedikit melemah karena kelelahan. Segera sang anak 3 di adzankan oleh sang kakeknya.
Setelah di adzankan, Yessie bertanya pada ayahnya.

"Dimana Edwin?"

Pertanyaan yang membuat sang ayah bingung menjawab untuk sang anak tersayangnya yang baru saja melahirkan.

"Jujur saja, ayah tidak tahu ia pergi kemana. Namun kamu tak perlu pikirkan, disini ada ayah, nak... ada ibu dan saudara lainnya."

Ucapnya dengan tersenyum seraya menggendong bayi Yessie, dan meyakinkan bahwa semua baik - baik saja serta tak perlu dipikirkan.
_____________________________
~ Dear Diary.
6 Januari 2009, adalah hari kelahiran anakku. Sang bungsu dengan kelamin perempuan yang imut dan menggemaskan.
Ku akan selalu menyayangimu seperti saudaramu yang lain, maaf jika di masa depan mama belum bisa menjadi mama yang baik. Mama akan berusaha.

Namun dari ke 3 anakku ini, tak ada satupun yang di adzankan oleh suamiku. Ku pikir anakku yang ketiga ini akan menjadi anak yang spesial karena ia akan mengadzankan
nya, namun nyatanya tidak. Di saat kelahiranku yang ketiga ini penuh dengan rasa sakit yang lebih dari biasanya, ia pergi ke tempat yang seharusnya ia tidak berada disana. Ia telah mengecewakan istrinya, namunku harap..

Ia tak akan membuat anak - anakku kecewa padanya kelak. Mungkin tak apa gagal menjadi suami, tapi tidak menjadi seorang ayah.

_____________________________

My FarewellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang