Cherissa Athyia Veodore
Yessie memberikan nama tersebut, karena memiliki arti yang sangat mendalam. Yaitu...
"Menghargai anak ketiga yang lahir."Terdengar aneh, namun jika di pikirkan akan memiliki banyak arti. Selain nama yang unik tersebut, Cherissa memiliki nama yang panjang karena kelahirannya yang lebih sulit dibanding ke 2 saudaranya. Jadi, Cherissa benar - benar seperti anak yang spesial.
~ Februari 2012.
Sang bungsu sudah berumur 3 tahun dan sudah bisa berjalan serta berdiri. Padahal biasanya, balita yang masih berumur 3 tahun masih di tuntun untuk berjalan. Namun tidak untuk Cherissa.Tak lupa dengan keunikannya, Cherissa sangat menyukai kertas dan pulpen. Seakan ia menunjukan pada semua orang bahwa ia adalah seorang seniman. Namun bukan itu keunikannya. Keunikan yang sebenarnya adalah ketika Yessie sang ibu sedang bermain dengan Cherissa.
Yessie salah fokus dengan cara Cherissa memegang pulpen/pensil. Benar, ia memegangnya di tangan kiri. Awalnya Yessie heran, apakah sang anak bungsu ini benar - benar spesial dan berbeda? Hingga ketika ia mengantarkan Cherissa untuk imunisasi, ia bertanya pada susternya.
"Sus, anakku kenapa ya.. kalau menulis pegang pulpen/pensil di tangan kiri? dia seakan condong ke tangan kirinya."
Lalu sang suster kembali bertanya.
"Kalau makan pakai tangan apa, bu?"
"Tangan kiri juga."
Susterpun tertawa kecil dan tersenyum pada Yessie yang memasang wajah kebingungannya.
"Anak ibu kidal. Bisa di bilang ini jarang namun tidak langka, ibu tidak usah khawatir. Dia spesial!"
Yessie yang mendengarpun tersenyum lega. Bahwa anaknya normal saja sudah membuatnya senang tak karuan. Karena awalnya Yessie menganggap bahwa Cherissa anak yang berbeda dari saudaranya yang lain.
Suatu siant di mall. Edwin mengajak keluarga kecil nya untuk berjalan - jalan di mall yang biasa mereka kunjungi dengan mobilnya.
Baru saja sampai, sang bungsu sudah merepotkan orangtua nya."mama... mama!! es kim. Es kimm!"
"Kita makan dulu ya. Bianca, Arsen.. mau makan apa?" Tanya Yessie seraya menenangkan Cherissa yang menginginkan es krim.
"Papa! aku mau HokBen!"
"Aku juga!"
Seru Bianca dan Arsen yang segera di iyakan oleh papa nya.
______________________________
Setelah memakan HokBen, Yessie pun izin pada suami dan anak - anaknya untuk memebi es krim karena Cherissa masih rewel meminta es krim.
"Mau rasa apa?"
"Paniya!!"
"Nggak cokelat aja?"
"Paniyyyyaaa!!!!"
Vanilla adalah rasa kesukaan Cherissa. Karena Cherissa adalah anak yang sangat menyukai rasa susu tanpa ada rasa lain yang di campur.
Sebelum pulang, tentunya mereka pergi ke Supermarket terlebih dahulu untuk menstock makanan dan barang - barang selama sebulan. Bisa dibilang ini adalah 'Belanja bulanan'.
"Mama, sendal!"
"Mahal. Nanti saja belinya."
"Tapi ini bagus ma, ada-"
"Besok mama beliin, tapi tidak disini. Bianca."
"Mama beliin Cherissa es krim, tapi gak beliin aku!"
"Kan mama awalnya sudah tawarin kamu, tapi kamunya saja yang tidak mau. Salah mama juga?!"
"..."
"Sudahlah."
Jawab Yessie. Namun setelah di kasir, sendal itu berada di sana, karena ternyata Edwin menaruhnya secara diam - diam dan membayarnya untuk sang Bianca.
______________________________"Mama belanja dulu ya ke pasar, Jagain adeknya. Bianca."
"Iya mah."
Kini hanya ada Bianca, Arsen dan Cherissa di dalam rumah ini. Ketika Arsen sedang fokus menonton televisi di kamar, Bianca mengambil kesempatan untuk melakukan aksi nya pada Cherissa yang sedang berada di ruang tamu mencoret - coret kertas HVS.
"Sini pensil nya."
Tak ada jawaban dari sang anak berusia 3 tahun itu, karena ia benar - benar sedang fokus pada karya nya.
"SINI PENSILNYA!!"
Bentak Bianca pada adiknya.
Karena Cherissa hanya melihat ke arsh Bianca, akhirnya Bianca mulai mendorong Cherissa ke lantai.BBBRRUUKKK!!
"LU TUH DENGER GAK SIH?!! INI TUH PENSIL GW!!"
Bianca mendorong - dorong dan mencubit Cherissa hingga kulitnya memerah, Cherissa pun menangis tak karuan karena merasa kesakitan.
"SEHARUSNYA LU MATI AJA!! GAK USAH LAHIR. LU NGEREBUT SEMUANYAAAAA!!"
Karena terdengar keributan di ruang tamu, Arsen sang anak pertama pun berteriak menanyakan apa yang terjadi.
"Ada apa, Bianca??!!"
Tanya nya sambil beranjak dari kasurnya yang empuk.
Terdengar langkah kali Arsen membuat Bianca takut. Ia pun berdiri seolah - olah tak terjadi apa - apa.
"Gak tau, Cherissa nangis sendiri."
Jawabnya dengan wajah yang merasa tak bersalah.
Arsen pun menggendong Cherissa dan membawanya ke kamar nya sambil menenangkannya. Meninggalkan Bianca sendirian di ruang tamu tersebut.
" Aku puas melihatnya menangis."
Batin Bianca._______________________________
"Sudahlah Cherissa, cup cupp.. Tuh lihat, main bola. Cherissa besarnya mau jadi apa?"
Tanya Arsen pada Cherissa yang masih menangis.
"Sudah yaa... cup cupp."
Akhirnya Cherissa pun berhenti menangis dan menonton bola bersama Arsen. Cherissa tak pernah mengadukan apapun hal yang membuatnya menangis, entah kenapa. Ia malas untuk membahasnya lebih panjang.
______________________________"Tak ada yang terjadi di keluarga yang ceria ini, namun semua akan terungkap seiringnya waktu. Tunggu dan lihatlah."
_______________________________

KAMU SEDANG MEMBACA
My Farewell
No FicciónKisah masa lalu yang akan di ungkit kembali menjadi sebuah cerita untuk menyembuhkan luka yang pernah ada. ~ Real Story.