EPS 30 : Jangan Dewasa Terlalu Cepat

45 9 0
                                    

Telah direvisi pada 08 Mei 2024
Telah dipublikasikan pada 12 Mei 2024

"Muda jiwa selamanya muda, kisah kita abadi selamanya"
-Tujuh Belas, Tulus

『✎﹏ 』

NAREN pergi ke arah rumah Elina sambil melompat kecil pukul tujuh malam, tumben sekali tidak terdengar suara riuh rendah dari dalam rumah bercat putih tulang tersebut. Sempat berpikir apakah tidak ada orang di dalam sana?

"Elina?" panggilnya sambil mengetuk pintu.

"Kiw cowok, ngapain lu di situ?"

Pemuda dengan baju monyet itu menoleh ke belakang, Elina berdiri di halaman rumah sambil tersenyum manis. Gadis itu baru saja bergosip dengan ibu-ibu di warung.

"Buset baju kita couple-an, Bro," kata Elina seraya menyikut lengan teman dekatnya itu, "Jangan-jangan di kehidupan sebelumnya kita itu sepasang kekasih."

"Idih," balas Naren merasa merinding.

Pemuda itu kembali menoleh ke rumah yang ada di depannya. "Rumah lo tumben sepi, pada keluar?"

"Oh iya, gue lupa kasih tau lo kalo ortu gue udah pisah--"

"Apa?! Ortu lo cerai?!"

Elina langsung memukul mulut pemuda yang suka makan bubur sambil diaduk itu, karena telah membuka rahasia di depan umum. Elina menebak jika dirinya pasti akan menjadi topik hangat gosip ibu-ibu komplek. Naren menarik tangan Elina untuk masuk ke dalam rumah, melihat beberapa tetangga mulai memasang telinga untuk menguping.

Jika ditanya ikut mama atau papa, maka Elina akan menjawab jika dirinya ikut dengan papa. Agak berat hati memang, akan tetapi kalau perpisahan adalah jalan pemecahan dari permasalahan ini maka Elina akan menerimanya dengan lapang dada. Sedangkan membangun rumah tangga itu tidaklah gampang, padahal Elina telah berdaya upaya membetulkan kerusakan yang ada pada hubungan orang tuanya, namun itu semua tiada hasilnya.

Rencananya mulai besok Elina akan pindah rumah ke rumah nenek untuk sementara, jadi rumah yang dia singgahi saat ini akan ditinggali oleh mama. Naren yang mendengar itu sedikit tidak senang, kendati disatu sisi merasa senang karena teman baiknya itu akhirnya mendapatkan jalan keluar, namun untuk pindah rumah ... dia berkeberatan.

"Kalo kehidupan selanjutnya beneran ada, gue harap mama punya kehidupan yang paling layak dan punya anak yang baik dan ngertiin perasaannya, meskipun itu bukan gue. Di kehidupan selanjutnya gue harap mama nggak ketemu sama papa lagi," curhat Elina tersenyum tipis, kemudian bersandar pada sofa sambil menonton televisi.

"Gue kadang suka sedih tiap mama mengeluh tentang kehidupannya. Karena itu gue biarin mereka cerai biar mama nggak menderita lagi," jujur Elina beralih bersandar di pundak Naren.

"Kalo papa ... gue harap di kehidupan selanjutnya, papa bisa jadi Superman untuk anak dan istrinya. Gue tetap sayang sama mereka berdua sampai kapan pun," tambahnya.

Naren menghela napas panjang sambil mengusap lengan Elina, berusaha menyejukkan hati yang susah. Perceraian punya pengaruh kuat yang mendatangkan akibat untuk anak, dia yakin kalau Elina sebenarnya tidak mengharapkan perceraian ini.

"Gue nggak terlalu pandai menghibur orang, tapi makasih udah bertahan melewati badai, Na. Makasih karena udah jadi anak mama dan papa lo. Gue harap lo nggak menderita lagi," pesan Naren sambil menonton acara televisi.

Excellent '05 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang