Prolog

15 0 0
                                    


Disebuah desa terpencil, Hidup seorang remaja laki-laki yang berusia lima belas tahun bernama Rua Watson. Matanya, seperti jendela menuju alam batinnya yang penuh tanya. dalam dua setengah tahun ini, Ia tumbuh dalam kehampaan. tatap mata kosongnya tidak mengekspresikan suatu wajah. senang, rindu, sedih, kecewa, bahkan tidak semuanya. Ia bahkan tidak mengerti disaat waktu ia tiba-tiba tidak merasakan apapun, tidak merasakan emosi, tidak merasakan empati, tidak merasakan kebahagiaan, bahkan tidak merasakan kesedihan sama sekali. Seakan akan bertanya-tanya dengan diri sendiri. Merasakan dimana dunia terasa berat tapi tidak tahu apa yang salah. aku bukanlah tipe remaja yang gemar mengikuti dikumpulan anak sebayaku.

Pada suatu hari ada dimana Rua tiba di sekolahnya, Semua terasa sama. Hening, Melakukan kegiatan yang sama. Lagi-lagi kehidupan yang membosankan. Tidak tidak, Ini lebih seperti menderita dalam keheningan. Ia membuka lembaran-lembaran buku itu dan mencoba menggambar sesuatu. Ia sudah siap untuk menggambar dan menyiapkan pensil. namun, Saat itu ia tiba-tiba terdiam dan bingung. "Aku harus gambar apa, ya?" dengan sikap anehnya ia langsung menutup lembaran itu dan menghela nafas dengan berat. Ia bahkan tidak membereskan buku itu di mejanya. Ia menatap ke jendela disebelahnya.

"Kenapa aku tidak bisa merasakan apa-apa? Apa yang salah denganku?" Jawab Rua dengan suara yang penuh kekosongan.

Dalam kegelapan, seakan-akan hanya bayangan yang mendengar keluh kesah Rua. Rua terus berbicara, Berusaha merangkai kata-kata untuk menyusun teka-teki hidupnya. Iya, Sudah waktunya istirahat. Yang harus dilakukan adalah makan. Agar tubuh tetap sehat. Saat ia makan sendiri ia melihat teman-temannya di lorong yang dilapisi jendela lagi. Teman?apa mungkin kenalan saja. Teman satu angkatan? Rua melihat mereka dengan matanya yang tiba-tiba mengarah dengan seksama. Ia juga melihat yang lain sedang tertawa bermain dikelas dengan melakukan hal-hal yang aneh. Dan juga sekelompok anak perempuan yang sedang menangis akan sesuatu lalu seseorang berusaha menenangkan hatinya. Ia hanya diam ditempat tanpa melakukan sesuatu.

"Aku melihat orang-orang bahagia, tersenyum, menangis, dan aku? Aku di sini, merasa seperti hantu dalam kehidupan sendiri. Tak ada kebahagiaan, tak ada kesedihan. Hanya kekosongan yang merayap dan membuatku tak bisa bernapas." batinnya.

Tidak sampai semenit, Teman masa kecilnya yang berada dikelas lain terlihat di lorong, Anak perempuan itu berjalan mendekati Rua yang sedang duduk dalam keheningan. Rua tampaknya sangat tenang melihat burung burung dan cuaca hari ini dijendela itu. Rua terbawa arus angin didekatnya.

"Angin kali ini menyejukkan, ya." ucap si anak perempuan itu dengan nada bicara yang santai

Anak perempuan itu datang dengan sedikit senyum diwajahnya namun sekarang ia begitu bingung dengan ekspresinya Rua. Rua tidak menjawab, Ia sibuk melihat ke arah jendela yang terbuka. Baru beberapa saat, Rua menjawab.

"Tumben sekali kamu datang kesini, Ada apa Shion Nara?" ucap Rua dengan nada yang sedikit mengejek dan menyeringai.

"Rua, Kau sudah tahu aku tidak suka saat seseorang memanggil dengan nama panjangku. Itu sangat aneh." jawab si anak perempuan bernama Shion itu dengan intonasi nadanya yang langsung begitu berubah.

"Aku hanya sedikit bercanda, Jangan begitu sensitif. Baiklah, Langsung saja kau ingin cerita apa?" Jawab Rua dengan nada santai, Ia awalnya ingin membuat suasana tapi ternyata sama saja.

"Baiklah, jadi..apakah kau pernah berpikir tentang betapa anehnya jika kita tahu begitu banyak tentang orang asing di sekitar kita?" Jawab Shion dengan santai namun lantang, ia duduk disebelah Rua. Sepertinya pembicaraan kali ini agak sedikit berat.

Rua menatapnya dengan mata kosong, kebingungan merajalela di pikirannya. "Aneh?Apa yang kau maksud?"

Shion tersenyum dan duduk di sebelahnya. "Bayangkan jika kita bisa melihat lebih dari sekadar wajah mereka. Tahu makanan kesukaan, warna kesukaan, bahkan detail kecil seperti tanggal ulang tahun. Bukankah itu aneh?"

"Berjalan dilorong lalu melewati orang yang sudah melakukan banyak memori bersama dimasa lalu, Sayang sekali, Sudah asing sepertinya, Menyedihkan." Kepala Rua perlahan-lahan mengarah ke Shion dahulu lalu barulah pandangan Rua melihat ke arahnya. Ia membuka kacamatanya dan menaruhnya di meja.

Rua mulai memikirkan kata-kata yang sudah dilantarkan oleh Shion, mencoba memahami arti dari pandangan yang berbeda. Melihat wajah-wajah yang seolah asing, meskipun mereka pernah bersama di masa lalu, membuat hatinya merasa hampa. "memang menyedihkan." ucap Shion dengan intonasi nada kecil, Mereka berdua menghela nafas. Hening seketika membuat pembicaraan canggung. Kepala mereka tunduk kebawah seperti merasa bersalah. Lagi-lagi terdiam dan bingung harus apa yang dibicarakan lagi.

Melodi yang TerlupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang