Chapter 1

5 0 0
                                    

Dalam perjalanan mencari identitas, hubungan Rua dengan Shion menjadi rumit. Shion berusaha membantu Rua, tetapi Rua mungkin mengalami kesulitan membuka diri dan menerima bantuan. Rua menghadapi berbagai rintangan dalam perjalanannya mencari identitas dan "passion". Tidak semua langkah yang diambilnya menuju pemahaman diri adalah mudah, dan ia harus mengatasi kegagalan dan ketidakpastian dalam perjalanan tersebut.

"Shion." ucap Rua kepada anak itu tanpa mengalihkan pandangannya.

"Iya?" respon Shion.

"Uhm, jadi begini..."sebelum Rua melanjutkan pembicaraanya, Bunyi dari bel terdengar membuat Rua terdiam. Iya, dia tidak bisa bercerita karena sudah waktunya pelajaran terakhir dimulai.

"Tidak jadi deh, kapan-kapan saja ya?" ucap Rua dengan nada lembut dengan suara merdunya, Suara itu seperti lagu yang indah. Shion pun sedikit kagum dengannya.

"Oke, Jika ada yang ingin dibicarakan, Datang saja kepadaku." ucap Shion dengan nada yang mengikuti Rua, ia membuat intonasi nadanya lembut juga.

Jam pelajaran terakhir dimulai, Sudah waktunya Shion kembali ke kelasnya. Seperti biasa, Rua masih duduk di tempat kursinya dan disampingnya adalah teman sekelasnya. Rua duduk diujung kelas seperti sehelai daun yang mengambang di tepi kolam, merasa terlempar ke sudut tak terduga. Seperti jendela yang terbuka, pandangannya merentang jauh ke luar, menyapu angin segar yang menerobos masuk bagai rahasia kehidupan. Langit yang sedikit berwarna oren seperti lembaran harapannya yang muncul di tengah kesunyian kelas. Seakan-akan kehadirannya tak lebih dari bayangan yang terabaikan, meskipun di ujung itu, cahaya matahari mencoba menyentuhnya dengan hangatnya, menari-nari di rambutnya yang gelap. Rua, seorang penjelajah keheningan, melihat dunia dari balik kaca jendela, seperti mengamati lukisan abstrak yang terus berubah warna di dalam benaknya.

Jam pelajaran terakhir sudah selesai. Ia mulai merapihkan buku-buku itu dan siap untuk pulang kerumah, sendiri. Ia sambil melihati orang-orang dikelas mulai piket dan membersihkan papan tulis yang penuh dengan kapur, Semua terlihat sama saja seperti hari biasa.

Rua meninggalkan gedung sekolah dengan langkah yang ringan, seolah-olah membawa beban yang tak terlihat. Bulan telah mulai menari di langit senja, menciptakan pemandangan yang penuh misteri di ujung jalan. Ia berjalan sendirian, merenungi langkah-langkahnya yang tak bertenaga. Ia tidak ada pembicaraan lagi dengan Shion setelah pulang sekolah. Kita semua pulang dengan jalan yang berbeda.

Di desa tempat Rua tinggal, ada seorang penempa kayu tua yang sudah lama tinggal di sana, namun baru dua tahun terakhir Rua mengetahui keberadaannya. Sang penempa, yang telah melalui berbagai fase hidup, menjadi saksi bisu atas kehampaan yang melingkupi Rua. Entah mengapa, pandangan Rua tertuju pada tokoh yang selama ini tersembunyi di antara warga desa.

Melihat orang itu dengan tatapan kosong namun serius. Tiba-tiba ia melihat piano tua yang tersembunyi dekat dengan lokasi itu. Sang penempa kayu itu sama sekali tidak mengalih pandangannya ke Rua dan lebih memilih untuk melanjutkan pekerjaannya.

Piano tua itu seperti saksi bisu dari masa lalu Rua yang penuh keceriaan. Namun, ketika jari-jari Rua menyentuh tuts-tuts kayu yang telah bertahun-tahun mengalami perjalanan waktu, terasa ada sesuatu yang berubah. Entah apakah itu dalam not-not yang terasa kaku atau dalam harmoni yang seakan terputus. Sang penempa kayu melihat Rua bermain piano dengan senyum bijak di wajahnya. Ia tahu bahwa piano itu telah menjadi bagian dari banyak kisah yang pernah dijalani Rua.

"Piano itu memiliki cerita yang panjang, bukan?" ucap si sang Penempa.

Rua mengangguk. "Ya, dulu piano ini adalah sahabat setiaku. Aku bisa menghabiskan berjam-jam di sini, memainkan lagu-lagu yang menyenangkan hati. Tapi sekarang, rasanya berbeda."

"Setiap not yang kamu sentuh adalah catatan perjalanan hidupmu. Tetapi kadang-kadang, hidup kita berubah dan kita harus belajar mengenali kembali melodi-melodi yang baru." ucap si sang penempa kayu.

Rua mencoba untuk memahami kata-kata sang penempa, tetapi kehilangan nada-nada yang dulu begitu dekat dengan hatinya membuatnya merasa kehilangan. Ia mencoba mencari melodi yang dulu terasa begitu akrab, tetapi seakan-akan not-not itu telah menjadi bahasa yang asing. "Apa yang terjadi dengan piano ini? Mengapa rasanya semuanya berubah?"

"Anak muda...Hidup adalah seni yang terus berkembang, begitu juga dengan musik. Kita kadang-kadang harus melepaskan not-not lama untuk memberikan tempat bagi yang baru. Mungkin ini saatnya untuk menciptakan melodi-melodi baru dalam hidupmu." Sang penempa itu menjawab.

Rua terdiam, merenungkan kata-kata sang penempa. Ia melihat piano tua itu dengan rasa campur aduk di hati. Mungkin inilah waktunya untuk melepaskan keterikatan pada melodi lama dan membuka diri pada melodi-melodi baru yang akan membawanya melangkah ke depan.

Rua bertanya lagi kepada sang penempa. "Apa yang harus aku lakukan?"

"Ciptakanlah musik baru. Biarkan piano ini menjadi alatmu untuk mengekspresikan perjalanan hidupmu yang baru. Ingatlah, kadang-kadang kita harus merangkul perubahan agar dapat menghasilkan harmoni yang lebih indah."

Rua mengangguk, merasa seakan mendapat pencerahan dari kebijaksanaan sang penempa kayu. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk menciptakan melodi baru, meski itu berarti harus merelakan melodi-melodi lama yang telah menjadi kenangan manis dalam hidupnya. Rua masih sedikit bingung apa yang dikatakan sang penempa, Ia masih belum cukup menemukan jawaban jawaban itu semua di pikiran benaknya. Ia harus menanyakan tentang perasaannya lagi lebih detail setelah pulang sekolah lagi besok.

Melodi yang TerlupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang