Chapter 6

2 0 0
                                    

"Kau pantas dimaafkan, Belajar untuk memafkan dirimu. Kau mungkin pernah gagal atau telah melakukan kesalahan, Tapi itu tidak apa-apa...kamu tidak sempurna, Tidak akan dan tidak akan pernah. Tapi satu-satunya hal yang bisa kau lakukan adalah belajar dari kesalahanmu. Maafkan dirimu, Kau tidak akan tahu apakah itu yang paling anda butuhkan."

dengan rasa terinspirasi, mengangguk. Kata-kata Sang Penempa membawa cahaya di dalam kegelapan hatinya, memberikan harapan bahwa di balik setiap kesalahan, masih ada ruang untuk pertobatan dan kebaikan yang mengalir dari hati yang tulus.

"aku selalu bingung dengan diriku, aku tidak tahu sebenarnya aku ini apa, aku lelah mencari diriku yang hilang ini.'

"Hidup bukan tentang menemukan dirimu sendiri, tapi tentang menciptakan dirimu sendiri."

"Apa artinya membuat diriku sendiri?"

"Membuat dirimu sendiri berarti mengambil tanggung jawab atas keputusan-keputusanmu, baik yang baik maupun yang buruk. Menyadari kekuatanmu dan kelemahanmu, dan belajar dari setiap pengalaman. Bukan menciptakan gambaran sempurna tentang dirimu, tetapi merangkul siapa kamu sebenarnya. Mungkin kamu akan menemukan jati dirimu melalui pencapaian-pencapaian kecil, melalui rasa kasih sayang yang kamu berikan kepada orang lain, atau mungkin melalui musik yang kamu mainkan dengan piano. Ini adalah perjalanan yang tak berujung, Rua. Tetapi, dengan setiap langkah, kamu sedang membentuk karya seni unik yang disebut dirimu sendiri."

Rua mulai merasakan beban di hatinya sedikit meringan. Mungkin, memang benar, ia tidak perlu terlalu keras mencari diri, tetapi lebih kepada bagaimana ia membentuk dirinya sendiri melalui perjalanan hidupnya.

"Hidup ini tidak adil." Ucap Rua.

"Hidup itu kadang di atas kadang juga dibawah." balas si sang penempa.

"Aku harap aku bisa kembali ke masa lalu dan mengubah itu." Ucap Rua.

"Semuanya adalah pelajaran dan dibutuhkan." balas si sang penempa.

"Bagaimana jika keadaan tidak menjadi lebih baik?" Ucap Rua.

"Bagaimana jika itu terjadi?" balas si sang penempa.

"aku tidak akan pernah bisa melupakan ini." Ucap sekali lagi Rua kepada sang penempa.

"penyembuhan membutuhkan waktu, tetapi saya akan pulih." balasan terakhir dari sang penempa.

"Lalu bagaimana dengan orang orang yang jahat kepadaku paman? Jika nanti aku sudah memaafkan diriku bagaimana jika masih ada orang yang jahat kepadaku? Walaupun aku sudah baik mereka masih saja jahat kepadaku. Aku tidak pernah menyesal menjadi baik, Aku hanya menyesal baik dengan orang yang salah."

"Perlakukan semua orang dengan sopan dan baik hati, Bukan karena mereka baik tetapi karena kamu memang orang yang baik."

Sang penempa melanjutkan. "Bersikaplah baik bukan karena mereka pantas menerima kebaikanmu, Tapi karena kamu pantas mendapatkan kedamaian."

Rua mengangguk, mencoba meresapi nasihat Sang Penempa. Mungkin memang, tidak semua orang akan merespon perubahan dengan positif, tetapi itu bukan alasan untuk menghentikan usaha menjadi versi terbaik dari diri sendiri.

Pagi sudah tiba, Waktu berjalan, dan matahari pagi bersinar terang di langit. Rua dan Sang Penempa melanjutkan perjalanan mereka ke puncak gunung. Setiap langkah yang diambil membawa mereka lebih dekat ke titik tertinggi. Pemandangan indah sekitar gunung mulai terbuka, dan aroma segar hutan menemani perjalanan mereka.

Ketika mereka mencapai puncak, Rua merasa seperti memasuki dunia baru. Puncak gunung memberikan perspektif yang luar biasa terhadap keindahan alam. Rua terdiam sejenak, terpesona oleh kecantikan panorama di depan matanya. Ia memandang jauh ke bawah, melihat desa, hutan, dan sungai yang berkelok-kelok. Burung-burung berkibar di langit biru, awan putih lembut tergantung di atas kepala mereka, dan sinar matahari pagi menerangi segalanya dengan kehangatan. Rua merasakan kepuasan dan rasa syukur yang mendalam. Ia membiarkan angin sejuk gunung membelai wajahnya, dan rasa bebas melanda jiwanya. Rua tak bisa menahan kebahagiaan dan kekagumannya. Dengan tangan terbuka lebar, ia merangkul udara sejuk gunung seperti memeluk seluruh keindahan yang terbentang di hadapannya. Ia merasakan detak jantungnya seiring dengan alam semesta, seolah-olah menyatu dengan alam itu sendiri.

Mata Rua kemudian memandang ke belakang, di mana Sang Penempa berdiri dengan senyuman lembut di wajahnya. Rua memberi senyuman balasan, dan dalam pandangan itu, mereka berkomunikasi tanpa kata-kata. Kebersamaan mereka di puncak gunung menjadi momen yang tidak terlupakan, membangun kedalaman emosi dan pemahaman di antara mereka. Itu adalah awal dari perjalanan baru Rua untuk menemukan arti hidup dan kebahagiaan yang sejati.

Bersambung . . .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Melodi yang TerlupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang