“Setetes darah sangat berharga bagi kami yang membutuhkan.”
Sajak Febuari, 08 Mei 2024
_____Di satu pagi, saat Gia berjalan menuju rumah sakit. Tempat ternyaman dan menjadi rumah kedua bagi Gia dan teman-teman. Setibanya di ruangan, tiba-tiba dia dikagetkan dengan kehadiran sahabatnya.
“Gia, kok lama banget sih, datangnya? Buruan sini!” ucap sang sahabat seraya menarik pergelangan ramping miliknya. Membuat Gia tak berkutik selain menuruti permintaannya. Di sisi lain, gadis itu tak henti mengoceh.
“Duh, apaan sih, Lia? Aku capek loh, baru tiba di sini.” Sang sahabat mengerutkan bibir yang semula selalu tersenyum. Sedangkan Lia membalasnya dengan tawa.
“Maaf, tapi aku disuruh sama Chissa, katanya akan ada tamu spesial buat kamu.”
“Why? Siapa?” tanya sang sahabat, membuat langkahnya terhenti seketika. “Aku mau ajak aku ketemu sama siapa sih? Kenapa sebelumnya enggak pernah konfirmasi?”
“Ya enggak tahu, Gia. Tapi katanya tamu jauh deh, dari pulau yang berbeda. Katanya dia mau merayakan hari thalasemia di ruangan kita. Kamu tenang aja, pasti kamu gak bakal kecewa saat melihat tamunya.” Usai menjawab, Lia kembali menarik pergelangan milik sang sahabat.
“Ya udah, ayo! Nanti terlambat.” Gia melengos, seperti malas menemui seseorang yang sedang dibicarakan. Gadis itu tak henti bermonolog.
“Kira-kira siapa, ya? Sespesial itukah dia di mata teman-temanku? Terus bagaimana jika aku mengenal orang itu, dan bagaimana juga tanggapan orang-orang di sekitar sini? Oh, tidak!”
Satu menit berlalu, langkah mereka pun terhenti pada suatu ruangan. Di atas brankar terdapat gaun berwarna putih yang lengkap dengan setiap pernak-perniknya.
“Loh, ini gaun punya siapa? Kenapa ada di brankarku? Apa kamu berniat mengambil brankar yang sudah ada barang-barangku?” tuding Gia kepada sahabatnya.
Lia menghela napas. “Kebiasaan banget, sih. Apa-apa selalu aja ngegas, dibawah santai dong!” balas Lia sambil merapikan hijabnya. Sedangkan Gia mengangkat salah satu alisnya.
“Ya emang aku kayak gini, mau gimana dong? Aku cuma penasaran, ini gaun siapa?” sahutnya, masih dengan kedua alisnya yang saling terangkat. “Ini gaun mahal loh, Lia. Harganya ratusan kalau di mall.”
“Itu gaun milikmu, Gia. Seseorang memberikan gaun ini buat kamu pakai nanti.”
Mendengar jawaban Lia, gadis itu pun terperangah. “Apa? Seseorang?”
“Yes, someone,” sahut Lia setengah kesal. “Sudah, gak usah banyak tanya. Pakai gaun ini di ruangan kecil sana, nanti aku dandani kamu!” titah Lia seraya melempar gaun mahal itu ke arah sahahatnya, membuat wajah sahabatnya setengah tertutup.
Hal tersebut membuat Gia sangat kesal, mau tak mau dia pun pergi untuk berganti pakaian. Sesampainya di ruangan kecil itu, gadis kelahiran Febuari itu tak henti menggerutu. “Apaan sih, nyuruh pakai gaun segala. Nambah beban hidup aja, bukannya malah ribet pakai pakaian kayak gini? Udah aku gak biasa pakai gaun. Ini apa lagi coba? High heels?” ucapnya saat pandangannya tertuju pada high heels mewah terpampang nyata di sudut ruang kecil itu.
Walau kesal gadis itu tetap mengganti pakaiannya, sesuai perintah, dia pun memberanikan diri untuk memakai high heels tersebut. “Ya Allah, kok ribet gini sih jalannya? Tinggi banget, berapa cm sih? 30 atau 50 cm ini?”
“Udah, jangan kebanyakan protes!” sahut Lia yang sudah berdiri di belakang. “Lagian siapa suruh punya tubuh mungil, kan jadi susah sendiri,” ucapnya setengah meledek. Gadis itu tak henti menertawakan ekspresi wajah yang ditujukan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Thalasemia Day
RomanceMasa lalu senantiasa membekas di kalbu. Indah, atau buruk sekalipun, kita tak mampu lari darinya. Hal yang sama dirasakan oleh gadis pemilik zodiak Aquarius bernama Gia Syafitri. Gadis pemilik gingsul ini mencoba lepas dari masa lalunya. Seiring ber...