Halo! Aku Senja!

18 4 4
                                    

"Setiap orang pasti punya kekurangan, tapi jangan sampai kita menyerah hanya karena kekurangan itu. Cobalah cari kelebihan dalam dirimu."
-Senja Sandyakala

***

Halo! Perkenalkan namaku Senja Sandyakala. Saat ini umur ku 9 tahun dan aku baru kelas 3 SD. Aku lahir di Cilacap, tapi aku besar di Kota Bandung. Aku berulang tahun pada tanggal 27 Oktober. Warna favorit ku adalah biru. Aku sangat mencintai warna biru!

Selain suka warna biru, aku juga suka senja. Bukan diriku, tapi senja yang ada di langit itu. Aku suka warnanya yang jingga, cuacanya yang cerah, dan udaranya yang hangat. Demi melihatnya bersinar, aku sering dengan sengaja pulang dari tempat mengaji lebih dari jam 5 sore.

Lalu, aku memiliki seorang adik yang sangat menggemaskan. Namanya mirip dengan seorang artis. Coba tebak siapa? Namanya adalah Maudya Ayunda. Hanya ditambah huruf 'a' setelah huruf 'y'. Semoga adik ku bisa menjadi orang yang cerdas, berprestasi, dan berbudi luhur seperti Maudy Ayunda, aamiin.

Kehidupan ku terbilang sangat sederhana. Aku hanya tinggal di sebuah kamar kontrakan berukuran kecil. Mungkin luasnya hanya sekitar 12 meter. Lokasi kontrakannya pun didalam sebuah gang kecil. Tapi, aku bahagia tinggal disana. Aku memiliki sahabat yang sangat baik.

Sahabat ku bernama Windi Pratini. Ia cantik, putih, dan sangat menyenangkan. Aku dan dia telah berteman sejak kami masih kecil. Mungkin sekitar umur 1 atau 2 tahun. Karena dia lebih tua 9 bulan dariku, jadi ku panggil dia 'Teh Windi'.

Teh Windi juga punya saudara sepupu. Namanya Yesi Amelia Putri. Dia hitam manis dan agak pendiam, tapi dia juga menyenangkan. Aku juga memanggilnya dengan sebutan teteh karena dia lebih tua 10 bulan dariku.

Omong-omong soal kontrakan. Disini, kamar mandi dan dapurnya digunakan bersama. Jadi, ketika sedang digunakan, aku dan keluargaku harus sabar menunggu giliran. Tak boleh menyela. Dengan ini juga aku belajar dan terbiasa untuk sabar dan mengantre.

Kalau tentang kedua orang tua ku, mereka hanyalah seorang pekerja keras. Ibu ku bekerja di suatu rumah produksi olahan coklat. Aku telah dibawa kesana sejak umur 2 bulan. Lalu, ayah ku memiliki usaha foto copy. Penghasilan mereka tak seberapa. Bahkan uang itu habis untuk makan sehari-hari, membayar kontrakan setiap bulannya, mengisi token listrik, dan membayar cicilan ke bank dengan jumlah yang tidak sedikit.

Mendengar dari cerita ibu, sekitar 2 tahun lalu ayah ku terkena penipuan. Uang ayah yang totalnya sekitar 70 juta dibawa kabur oleh seseorang. Padahal ayah ku menabung dari hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun dan uang itu rencananya akan dipakai untuk membeli rumah. Karena penipuan itu, ayah terpaksa menunda rencananya membeli rumah.

Tak lama kemudian, ayah nekat pinjam ke bank untuk membeli rumah. Setelah itu, ayah kembali bekerja keras, banting tulang dari pagi sampai malam berjualan demi membayar hutang ke bank. Bahkan beberapa kali ayah menunggak pembayaran karena tak punya uang.

Karena itu, gaji ibu ku lebih sering dipakai untuk membayar kontrakan dan token listrik. Kami pun makan seadanya dari uang yang ada. Yang penting stok beras selalu ada. Soal lauk untuk makan, apapun bisa kami makan selama bukan ranting kayu apalagi batu. Aku bahkan pernah hanya makan nasi dengan kerupuk, tapi itu enak. Sangat enak.

Selain itu, aku juga bersekolah di SD negeri agar gratis. Lingkungan nya memang tak begitu baik, tapi prestasi ku selalu bagus. Nilai harian maupun ulangan ku selalu bagus. Aku selalu dapat juara kelas dan masuk 3 besar. Tapi, aku selalu lemah di pelajaran matematika dan bahasa sunda. Nilai ulangan dan rapor ku sering buruk di pelajaran itu. Orang tua ku juga sering mengomel jika nilai ku buruk.

Karena itu, aku belajar dengan lebih keras di kedua pelajaran itu. Tapi, mau bagaimana pun aku berusaha, nilai ku tak pernah berubah. Hanya sesekali dan itu pun hanya ketika beruntung. Selama aku di kelas 3, nilai bahasa sunda ku selalu rendah. Nilai ulangan ku saja pernah mendapatkan 49. Bukan karena aku tak belajar, tapi karena aku tak bisa memahami bahasanya yang sangat sulit.

Aku benci pelajaran itu! Terutama matematika. Aku benar-benar benci matematika!! Aku sering dibuat menangis ketika mengerjakan karena tak paham dan selalu salah. Jadi, akhirnya aku selalu pasrah. Orang tua ku pun lama kelamaan terbiasa dengan nilai ku yang seperti itu.

***

Hai halo warga ku!
Ya ampun udah lama banget ga update!! Maaf ya warga, soalnya aku sibuk sekolah dan persiapan buat pkl. Mohon do'a nya semoga pkl ku lancar ya, aamiin..

Semoga warga suka yaa sama cerita baruku, hihihi..
Jangan lupa vote dan komen nya yaw..
Happy reading, happy long holiday, and enjoy guys!!
Love you, muach💋❤️

Bandung, 09 Mei 2024
-ama

Senja SandyakalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang