5. Awal SMP

4 1 0
                                    

"Adaptasi emang ga mudah, tapi kalo kita yakin bisa, pasti bisa."
-Senja Sandyakala

***

Akhirnya masa SD ku telah selesai. Hari ini adalah hari pertama aku belajar di SMP setelah melewati masa MPLS. Di SMP ini, tak ada seorang pun yang aku kenal karena aku bersekolah di lingkungan yang baru. Aku telah meninggalkan lingkungan semasa SD karena harus pindah rumah. Disini, aku memulai semuanya dari nol.

Sekarang aku tak bersekolah di negeri, tapi aku bersekolah di sekolah Islam swasta. Bukan MTs, tapi SMP swasta yang memiliki pelajaran agama Islam lebih banyak, tapi tak sebanyak MTs. Apakah sekolah disini atas keinginan ku? Tentu saja bukan. Aku bersekolah disini karena aku tak bisa mendaftar ke SMP negeri. Kartu keluarga ku baru dibuat 6 bulan lalu. Sedangkan syaratnya kartu keluarga minimal 1 tahun. Karena itu aku bersekolah di SMP swasta ini.

Aku berada di kelas 7B. Aku duduk di paling depan. Sendirian. Tapi tak lama kemudian, seseorang duduk di sampingku. Ia menyapaku, tentu saja ku sapa balik dengan sedikit malu-malu. Setelahnya situasi canggung tiba-tiba menyelimuti kami. Aku diam karena tak tau harus membahas apa. Ia juga ikut diam karena mungkin bingung harus membahas apa. Jadi berakhirlah kami dengan diam-diaman sampai wali kelas pun datang.

Wali kelas ku memperkenalkan diri. Namanya Bu Imas. Beliau mengajar pelajaran matematika khusus kelas 7. Setelah beliau memperkenalkan diri, aku dan anak-anak kelas 7B dipersilahkan untuk berkenalan dengan satu sama lain. Barulah aku dan teman sebangku ku berkenalan. Teman ku ini bernama Annisa.

Lalu, dua teman lain yang duduk di belakang memanggil kami dan mengajak berkenalan. Yang satu namanya Nadiya. Yang satu lagi namanya Vania. Setelah berkenalan dengan mereka, aku juga berkenalan dengan yang lain. Walaupun tak langsung hafal namanya, tapi setidaknya aku sudah berkenalan dan mampu mengingat wajahnya.

Setelah sesi perkenalan selesai, pelajaran hari ini pun dimulai. Aku fokus mendengarkan penjelasan guru. Sesekali aku dan Annisa berdiskusi dan mencoba memahami materi. Tak terasa, akhirnya waktu istirahat pun tiba. Aku tak ke kantin karena rasanya aku tak berminat kesana. Namun tak lama kemudian, seorang siswa menghampiri mejaku.

"Hai, kenalan yuk." Aku mengangkat kepalaku kala mendengar suara itu. Kemudian aku mengangguk tanda mengiyakan ajakannya.

"Aku Tubagus. Kamu siapa?" tanyanya.

"Aku Senja," jawabku.

Tiba-tiba dia duduk di kursi Annisa. Aku sedikit menggeser menjauh. Aku memang jadi sedikit menjaga jarak setelah putus dan lulus. "SD dimana?" tanyanya.

"Jauh. Kamu ga mungkin tau," balasku. Sekolahku memang jauh dari rumah yang sekarang.

"Ya jauh téh dimana?"

"Di SDN Bhakti Kencana."

"Oh. Aku di SDN Jalaspurna"

"Oh deket rumah aku."

"Emang rumah kamu dimana?"

"Aku di Buana Rekah."

"Eh berarti rumah kita deketan. Aku di Logam."

Aku hanya menganggukkan kepala tanda bahwa aku tau. Lalu ia kembali berbicara banyak hal. Aku hanya mendengarkan karena aku tak tau harus membalasnya dengan apa. Waktu berlalu, tak terasa bel masuk berbunyi. Ia berpamitan untuk kembali ke bangkunya. Aku hanya mengangguk.

Mata pelajaran selanjutnya dimulai. Aku menyimak penjelasan materi dengan baik. Aku juga mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu. Aku sangat fokus dengan pembelajaran pada hari ini.

***

Tak terasa waktu pulang telah tiba. Setelah selesai salat zuhur berjamaah di masjid sekolah, aku langsung membereskan alat tulis dan buku pelajaran kedalam tas. Setelah itu, KM menyiapkan kami berdoa bersama dan memberi salam kepada guru.

Aku langsung pulang tanpa mampir kesana kemari. Aku berjalan menyusuri jalanan komplek perumahan yang ada disekitar sekolah untuk menuju jalan utama. Setelah sampai di pinggir jalan raya, aku menaiki angkot berwarna hijau yang kebetulan sedang berhenti. Lalu, aku kembali turun di sebuah jalan dan kembali berjalan sampai ke rumah.

Di tengah perjalanan ku menuju rumah, aku mendengar seseorang memanggil namaku. Aku menoleh ke belakang. Terlihat Tubagus sedang berjalan cepat ke arahku. Aku diam di tempat, menunggu dia sampai.

"Bareng yuk," ajaknya saat tiba dihadapan ku. Belum juga ku jawab ia sudah langsung menarik tanganku.

Aku langsung menarik tangan ku dari genggaman tangannya. Ia tak bertanya apapun. Mungkin ia paham alasan mengapa aku melepaskan genggamannya. Kami berjalan berdampingan. Ia kembali berbicara banyak dan aku kembali diam menyimak ucapannya. Sesekali ia bertanya dan aku menjawab seadanya.

Tak terasa, dia telah sampai di rumahnya. Aku pun berpamitan dan melanjutkan perjalananku yang jaraknya tak begitu jauh dari rumahnya. Setibanya di rumah, aku langsung mengucapkan salam sembari melepaskan sepatu dan menyimpan ditempatnya dengan rapi.

Aku masuk ke kamar ku. Ku lepas tas yang ku bawa dan menyimpannya di samping kasur. Lalu, aku langsung saja merebahkan tubuhku keatas kasur. Hari ini aku merasa sangat lelah. Aku tak punya sisa energi untuk beraktivitas lagi. Semoga saja setelah beristirahat energi ku bisa pulih.

***

Hai halo warga ku!!
Apa kabar? Semoga baik ya.
Gimana harinya? Menyenangkan? Menyedihkan? Atau nano-nano alias semuanya dirasain? Semoga hari kalian selalu baik ya.

Aku ucapkan terimakasih banyak buat kalian yang udah stay dan menunggu kelanjutan cerita ini.

Happy reading and enjoy your day, guys!
Love you, muach💋❤️

Bandung, 08 Agustus 2024
-ama

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senja SandyakalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang