Typo bertebaran ~
***
"Dandelion itu sederhana, namun penuh makna. Kita bisa menjadi seperti dandelion, yang tetap bertahan meski angin selalu menerjang."–Nana Grizsella.
***
Alvero terkekeh ketika melihat raut wajah cemberut Nana. Setelahnya kejadian kemarin, Nana tak di perbolehkan sekolah terlebih dahulu.
Sean dan Leon pergi bekerja. Sean kini telah memutuskan untuk Leon bekerja di Indonesia saja.
Sedangkan Arsen dan Kaivan pergi sekolah, dirumah hanya ada Alvero, Nana, dan om jef.
Alvero di perintahkan menjaga Nana oleh Sean dan yang lainnya, karena hari ini. Dirinya sedang tidak ada kelas.
"Itu-itu, kenapa mukanya cemberut gitu?" Alvero mengusak rambut Nana, yang tengah duduk di karpet.
Sedangkan dirinya duduk diatas sofa. Ya, mereka kini tengah menonton tv di ruang tengah.
"Masih nanya juga. Ya kesel lah, masa bang Asen, Sama Kain flanel boleh sekolah. Lah aku ga boleh!" ketus Nana.
Alvero tertawa gemas. "Udah-Udah. Jangan cemberut gitu ah, mending lanjutin nanam bunga. Kemarin belum sempat selesai, kan?"
Nana mengangguk, lalu ia mengangkat kedua tangan nya. Mengisyaratkan bahwa dirinya ingin di gendong.
Alvero yang mengerti, langsung berjongkok lalu menyuruh Nana naik ke punggung nya.
"Emang dasarnya anak kecil kamu mah Na, minta di gendong mulu." Alvero melangkahkan kakinya ke halaman belakang.
Nana menaruh dagunya di pundak sang Abang. "Nye-nye-nye. Nana tuh males jalan, kalo bisa di gendong. Kenapa harus jalan?"
Alvero terkekeh akan jawaban yang Nana berikan, ada-ada saja pikirnya.
"Sebelum nanam, pake dulu Sarung tangannya. Sayang," Kata Alvero menurunkan Nana, setelah dirinya tiba di halaman belakang.
"Iya-iya, bangvel bawel. Udah kayak papa!" Nana berlari menghampiri peralatan untuk menanam, setelah dirinya turun dari punggung sang Abang.
"Jangan lari-lari, nanti jat—tuhkan! baru aja di bilangin." Alvero menghampiri Nana yang terjatuh, sedangkan Nana. Hanya memberikan cengiran bodoh nya.
Keduanya kini tengah sibuk menanam bunga Dandelion. Halaman belakang itu, lebih di dominan rerumputan saja.
"Adek, kenapa kamu milih bunga dandelion buat di tanam. Sedangkan, masih banyak bunga yang lebih bagus dari bunga ini." Alvero bertanya, di sela-sela dirinya yang menanam sang bunga.
"Abang gatau ya? Dandelion itu bunga kesukaan Nana, walaupun bunga ini termasuk ke jajaran tanaman liar. Abang mau tau makna di balik bunga ini?" Nana menatap sang Abang, dan di balas anggukkan oleh Alvero.
"Dandelion itu sederhana, namun penuh makna. Mereka itu emang kelihatan biasa aja, banyak juga bunga yang lebih cantik dari dia. Tapi cuma dandelion, yang bisa tumbuh di mana aja. Di rerumputan liar, Bahkan di sela-sela bebatuan. Bunga dandelion itu rapuh, sekaligus tangguh. Dandelion itu pemberani, mereka berani menentang sang angin yang selalu menerpa dirinya. Lalu ikut terbang tinggi menjelajahi luasnya langit, sampai akhirnya. Tiba di suatu tempat untuk tumbuh membentuk kehidupan baru ... " Nana menjeda ucapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nana Grizsella [ SELESAI ]
Teen Fiction[ BELUM DI REVISI ] Seseorang ekstrovet yang kelewat aktif. Nana. Gadis yang di kenal bar-bar dan petakilan, hidupnya monoton dan membosankan. Kemudian, dia di pertemukan dengan empat pria? Memiliki ikatan darah dengan sang kakak kelas? *** Pen...