Prolog

95 7 4
                                    

Assalamualaikum, apakabar semua?

Jangan lupa untuk follow akun Author, Vote, komen, dan share ketemen-temen kalian ya. Terimakasih...

Doakan ya, berharap cerita pertama saya ini bisa dipinang/diterbitkan hehe. Aamiin...

Happy Reading🍂

_________________________________

"Saya kecewa dengan Buya, kenapa Buya lakukan ini pada kami? Apakah Buya tidak memikirkan perasaan Ummah?". Ucap remaja laki-laki itu dengan emosi yang menggebu-gebu, sampai merubahi logat bicaranya. Yang sebelumnya (aku) menjadi (saya)

Laki-laki itu sepertinya sudah sangat kecewa dengan Buyanya. Yang dimana dulu Buyanya ia jadikan panutannya, namun sekarang sudah tidak lagi.

"Akupun kecewa sama Buya, Buya telah menyakiti kami semua. Terutama Ummah, kenapa Buya lakukan ini?" Lanjut dengan suara lirih perempuan

"Nak, maafkan Buya, Buya lakukan ini semua karena ada alasannya-" jawab oleh pria paruh baya itu, alias Buyanya

"CUKUP!!, cukup membuat alasan yang tidak masuk akal". Jawab remaja laki-laki itu yang langsung memotong omongan Buyanya.

"Nak, tidak boleh meninggikan suara mu. Apa yang dibilang Buya kalian itu benar, Buya lakukan ini karena ada alasannya, tidak mungkin kan kalo Buya lakukan ini jika tidak ada alasan? Betul bukan Buya?" Akhirnya wanita paruh baya itu ikut bicara, yang langsung diangguki oleh Buyanya.

"Maafkan aku Ummah" jawab remaja laki-laki

"Ta-pi Umm-ah?" Jawab lirih perempuan itu kepada Ummah nya

Ummahnya yang langsung peka itu, mengerti apa yang anak perempuan itu tanyakan.
"Nak, Ummah sudah ikhlas dengan apa yang terjadi. Walaupun waktu itu Ummah juga sempat kecewa sama Buya, tapi setelah tahu apa masalah dan alasannya, alhamdulillah Ummah bisa ikhlas. Jika Ummah saja sudah ikhlas, mau ya kalian belajar ikhlas untuk menerima ini semua? Kalian tidak boleh terlalu larut kecewanya, kalian juga tidak boleh membenci Buya ya?".

"Maafkan aku Ummah, aku tidak bisa berjanji. Aku butuh menata apa yang terjadi saat ini"

"Ingat kalian tidak boleh larut dalam kesedihan dan kekecewaan, semuanya ada takarannya sayang. Ingat ayat Allah Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman (QS. Ali Imran [3]: 139), terus berdoa kepada Allah Nak, tenangkan hati kalian".

"Ummah aku izin keluar, aku ingin menenangkan pikiran. Aku butuh waktu untuk menerima ini semua. Assalamualaikum". Ucap remaja laki-laki itu yang langsung pergi, tak lupa untuk menyalami kedua orangtua dan kakak perempuannya. Waalupun dia kecewa kepad Buyanya tapi dia masih bisa menghormatinya.

Remaja laki-laki itu bernama Azzavier Aftar Al-Zayn, atau biasa dipanggil Aftar. Laki-laki yang berparas gagah, kulit yang putih, gigi yang rapi, badan yang ideal, rambut yang sedikit acak, tinggi, hidung mancung, humoris.

"Ummah, Kakak juga izin untuk menata ini semua, Kakak mau berbenah duluya, beri Kakak waktu Ummah. Doakan Kakak ya agar bisa menerima ini semua, Kakak izin pamit ke kamar Ummah, Buya. Permisi Assalamualaikum". Dilanjut dengan Kakak perempuan Aftar yang meninggalkan ruang keluarga itu.

"Waalaikumussalam warahmatullah" jawab berbarengan Buya dan Ummahnya.

Kakak yang berparas cantik, kulit yang putih, tutur kata yang lembut, tidak suka marah, dan Kakak yang menjadi tempat wadah cerita keluh kesah Aftar. Jika kalian berfikir bahwa laki-laki tidak butuh akan tempat untuk ia bercerita, maka jawabannya salah. Laki-laki juga butuh untuk ada yang mendengarkan ceritanya, butuh untuk ada yang merespon akan ceritanya, dan butuh bahu untuk ia jadikan sandaran.

Selama ini yang selalu beri semangat, motivasi, dan support selain Ummah dan Buya, Kakaknya juga sangat sering memberikan support dan motivasi kepada Aftar.
Kakak perempuannya itu yang bernama Azzahra Sifatillah Althofunnisa, atau biasa kerap disapa dengan Kak Sifa.

Sekarang diruang keluarga tersisa Buya Latif, dengan nama lengkapnya Muhammad Droup Al-Latif. Dan Ummah Hasna Latifah atau Buya dan anak-anak sering memanggilnya Ummah Hasna.
Buya Latif yang sekarang menginjak kepala 4, dan Ummah Hasna yang hanya selisih 3 tahun dari Buya.

"Hasna, bagaimana ini anak-anak sepertinya sudah sangat kecewa, dan benci pada Mas. Apa yang harus Mas lakukan? Mas amat sangat bingung Hasna".

"Mas, anak-anak itu tidak benci sama Mas, mereka hanya kecewa dengan Mas, sama seperti awal-awal aku baru tahu informasinya, akupun sama sempat kecewa sama seperti mereka. Mereka hanya butuh waktu untuk menenangkan pikiran, dan belajar untuk menerima ini semua Mas, yakin sama aku. Mas hanya perlu berdoa pada Allah, minta petunjuk kepadanya Mas, minta tolong agar Allah cepat meluluhkan hati mereka Mas".

"Iya sayang, Mas akan memohon kepada Allah, terimakasih ya Zaujati, Mas janji akan selalu menyayangi kalian semua. Kalian semua itu pelipur lara Mas, Ana Uhibbukifillah ya zaujati".

"Ana uhibbukafillah ya zauji".

Ya, akhirnya Ummah Hasna bisa menenangkan hati Buya Latif, sehingga tak sadar mereka kelehan dan tidur disofa ruang tamu.

Bersambung....

~Cahaya Cinta yang Abadi~

______________________________________


بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamualaikum Mentemen
Apakabar?

Bagaimana di Prolog CCYA ini?

Apakah kalian suka?

Beri aku Saran dan Kritiknya dicerita pertama ku ini ya

Alhamdulillah setelah memberanikan diri untuk membuat cerita, akhirnya aku publish di WattPad.

Jangan lupa untuk Vote dan Komen!!!

#10/Mei/2024

Cahaya Cinta yang AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang