Selenophile 1.0

592 53 1
                                    

Selenophile

.

.

.

Suara lonceng dari pintu membuatku langsung menoleh kepada seseorang bertubuh tegap yang lansung menghampiriku, wajahnya datar dan tatapan penuh dengan kekesalan lalu kini ia duduk di depanku.

"Orang-orang hari ini aneh pada bikin kesel termasuk kamu". Ucapnya sambil menunjukku dan aku hanya menampilkan senyum tipis di wajahku.

Namanya Ardi, lelaki yang sudah aku pacari satu tahun ini dan selama itu juga aku merasa seperti orang bodoh yang harus bertahan dengan lelaki yang suka sekali main dengan wanita lain. Kalian boleh bilang aku bodoh tapi aku tak bisa berbuat banyak karena bajingan ini adalah seseorang yang sudi dekat denganku dan bertahan tapi perlahan aku mulai muak dengan perlakuan dan sifatnya yang tak pernah berubah. Setelah aku pikir dia bukan tak pernah berubah tapi memang tak mau berubah.

"Mari kita selesai".

"Kamu udah mikirin ini dari kapan?".

"Semingguan ini, aku lelah dan jenuh". Ardi tertunduk sambil mengepalkan tangannya, aku tau dia sedang menahan kesal dan air matanya.

"Kamu gak mau berubah dan aku pernah bilang kan, kalo akan ada masa di mana aku ingin selesai maka kamu harus menerima". Ardi terdiam cukup lama lalu ia kemudian menatapku.

"Reine, terimakasih karena udah menerimaku dan segala hal yang kita lalui bersama.. aku minta maaf karena aku gak bisa membahagiakanmu, kamu bisa pergi sekarang, aku gak bisa menahanmu karena aku tau kamu udah memikirkan ini jadi pergilah". Mataku terasa perih dan dadaku sesak namun ada kelegaan mendengar apa yang dikatakan Ardi dan pada akhirnya aku melepaskannya.

"Jaga dirimu baik baik, Ardi". Ucapku berdiri lalu mengecup pipinya untuk terakhir kalinya.

.

.

Aku terduduk memeluk tubuhku menangis tersedu di pojok sebuah bangunan tua yang hanya memiliki penerangan minim dari lampu lentera yang di kerubungi oleh serangga malam dan cahaya bulan yang begitu indah membuat suasana kian sendu. Siapa yang tak sedih melepaskan seseorang yang pernah kamu cintai dan pernah menjadi salah satu kebahagiaan dalam hidup meski sesaat.

Setelah merasa sudah tak sanggup lagi menangis aku pun bersandar pada tembok dan tubuhku yang lemas, banyak hal terjadi hingga rasanya aku tak sanggup lagi untuk bangun. Ini sudah tengah malam dan rasanya aku tak sanggup melanjutkan perjalananku menuju rumahku.

Ohya aku lupa memperkenalkan diri, aku Reine Alesya umur ku 24 dan aku bekerja disalah satu perusahaan swasta, aku tinggal sendirian karena ibu ku sudah meninggal 4 tahun lalu sedangkan ayahku atau seseorang yang membuat diriku tak berguna yaitu seorang bajingan yang sudah melecehkanku dulu kini tak tau kabarnya, rasanya malas menyebutnya sebagai seorang ayah.

"Kamu percaya kalau ada kehidupan lain di bulan?". Aku terkejut dengan sebuah suara yang tak jauh dariku, aku melihat seseorang sedang menggendong kucing dan hanya menggunakan kaus dibalut sweater hitam dan celana training dengan rambut panjang terurai sedang berdiri memandang keatas langit.

"Kamu bertanya padaku?". Dia menoleh dan tersenyum tipis lalu mengangguk.

"Nggak, aku gak percaya tapi aku yakin ada yang pernah kesana". Dia mengangguk lalu melepaskan kucing jalanan itu hingga kucing itu berlari meninggalkannya setelah itu ia berjalan mendekat menghampiriku lalu ikut duduk di sampingnku namun ada jarak karena sebuah kardus kosong di dekat kami.

"Memang kamu percaya?". Tanyaku padanya.

"Aku percaya, aku percaya ada kehidupan disana, ada manusia lain yang tinggal disana dan menatap bumi, berpikir hal yang sama bahwa mereka juga menatap keindahan bumi dari sana...". Aku tersenyum, aku melihat perempuan di sampingku ini tampak pucat dan terlihat lelah karena matanya kurang tidur walaupun menggunakan kaca mata aku bisa melihat pola hitam di bawah matanya, tubuhnya ringkih, sepertinya dia tak enak badan.

Selenophile 2.0 'Moonlight'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang