Prolog

223 88 46
                                    

"Jangan salahkan cinta jika hatimu jatuh pada
orang yang salah."

ꈍ⁠ᴗ⁠ꈍ

Juanda nampak menarik nafas panjangnya, mencoba menahan rasa kesalnya. Si Cilukba, motor yang selalu menemaninya kemana-mana, tiba-tiba mogok kini harus dirawat di bengkel. Dengan enggan, ia mulai melangkah, walaupun setiap langkahnya terasa berat. Bayangan latihan voli yang melelahkan masih melekat dipikirannya. Tubuhnya yang terasa pegal kini harus pulang berjalan kaki meskipun lelah. Padahal, dengan Cilukba dia bisa pulang cepat dan menikmati hembusan angin sore di jalan.

Sambil melangkah, ia mencoba menghibur diri. "Ya, mungkin Cilukba juga butuh istirahat," tukasnya. Disetiap langkahnya ia tak henti-hentinya berpikir betapa sialnya hari ini. Ditambah lagi dia sudah merasa lelah setelah latihan voli, dia merasa hari ini benar-benar tidak memihaknya. Meskipun begitu, ia harus tetap melangkah sampai rumah.

Lagi-lagi dia bernafas gusar sambil mengacak-acak rambutnya. "Harusnya gue udah sampe rumah, terus tiduran di kasur," rengeknya yang diselipkan rasa kesalnya seiring langkah kakinya.

Sejurusan, matanya tertuju pada suara ramai dari gerombolan anak kecil yang menarik perhatiannya, mereka seperti merebutkan sesuatu dari seorang gadis diantara mereka. Juanda mengangkat keduanya alisnya ketika matanya menatap gadis itu seakan terperosok dalam pesonanya.

"Indahnya karya Tuhan... "  gumamnya memperhatikan gadis yang tersenyum tulus kepada anak-anak kecil disana.

Dalam jarak lima meter dari tempat ia berdiri, Juanda tak lepas memandangnya. Tanpa ia sadari, sudut bibirnya terangkat perlahan, seakan senyum itu lahir begitu saja dari perhatiannya yang tak teralihkan. Waktu terasa lambat ketika gadis itu menatapnya lalu menyapanya dengan senyuman yang begitu manis. Juanda tertegun, karena tatapannya yang begitu polos namun melekat di dihati.

Gue rasa... gue jatuh cinta.

Toko kue itu memang baru seminggu membuka lapak di sana, yang memang akhir-akhir ini tengah menjadi perbincangan murid-murid yang bersekolah di tempat yang sama dengannya. Juanda juga punya rencana untuk mampir ke sana, tapi sepertinya itu akan terlaksana lebih cepat, karena bukan hanya kue yang dia inginkan, tapi juga ingin bertemu dengannya, yang tak sengaja membuat dirinya terpesona.

Senyummu yang menyapaku waktu itu, masih teringat olehku, nona.

⁠ꈍ⁠ᴗ⁠ꈍ

Sejak dia melihat gadis di toko kue waktu itu, Juanda menyempatkan waktunya sepulang sekolah untuk mampir ke tokonya, sampai sahabat yang selalu menemaninya itu merasa heran. "Gue perhatiin akhir-akhir ini lo sering mampir toko kue yang di pinggir jalan itu."

Juanda hanya menghelah senyumnya. "Makasih udah perhatiin gue," balasnya. Ah, itu membuat Raga selaku sahabatnya merasa jengkel mendengarnya.

"Lagi ngidam kue, lo?"

Juanda tertawa seraya melirik sekilas kearahnya. "Lagi ngidam senyum ownernya."

"Maksud?" Tanya Raga. Ia mengerutkan dahinya seolah menuntut penjelasan.

"Misi yang harus dilakukan kalau lagi jatuh cinta... " ujarnya sengaja menggantung kalimatnya hingga membuat Raga semakin menatapnya dengan tatapan selidik. "Pengenalan," sambungnya berucap.

"Lo naksir sama ownernya? masih muda ga? gue takutnya bini orang." Raga terus-menerus memberikannya pertanyaan beruntun.

"Enggalah, gila. Masih muda, kayanya seumuran kita."

Raga membenarkan posisi duduknya, merasa pembicaraan ini semakin menarik. "Yang mana sih?" Tanyanya sembari merangkul Juanda.

"Makanya lo mampir kesana."

"Yaudah bareng lo hari ini."

"Tumbenan banget langsung mau," ujarnya menaikkan salah satu alisnya penuh selidik.

"Gue penasaran. Barangkali pas liat gue dia jadi naksir sama gue."

"Dih, gantengan gue dari lo," ujarnya melepaskan rangkulan Raga dari pundaknya.

Nyatanya, hari itu Raga tak benar-benar ikut dengannya, ia sibuk dengan agenda club yang diikutinya di sekolah.

ꈍ⁠ᴗ⁠ꈍ

Toko kue tengah keadaan ramai pengunjung, Iliana sibuk melayani pelanggan dengan bermacam-macam pesanan mereka. Sembari mengisi waktu luang sebelum masuk sekolah barunya.

"Kalo ga salah lima hari berturut-turut dia datang  mesen kue stroberi terus. Ga mau nyoba rasa yang lain?" gumamnya, menatap sosok lelaki yang duduk di kursi dalam toko di dekat panoramic window.

Biasanya ia tak benar-benar memperhatikan setiap pelanggan yang datang. Tapi ada satu lelaki yang menarik perhatiannya, karena beberapa hari ini lelaki itu datang dengan waktu yang sama dan memesan kue stroberi terus sampai hari ini. Kue stroberi memang salah satu varian rasa yang enak di tokonya, karena perlu proses yang panjang untuk membuatnya.

Membuat kue stroberi butuh waktu dan kesabaran untuk menemukan rasa yang pas. Jika belum menemukan rasa yang tepat, maka kamu harus terus mencoba sampai menemukannya. Itu merupakan sebuah proses, penuh percobaan dan kegagalan sampai akhirnya menemukan kebahagiaan ketika rasa berhasil ditemukan.



Manusia akan jatuh cinta meskipun tahu bahwa tak ada jaminan cinta itu akan terbalas.

Juanda Sailendra.


Perasaan itu datang secara tiba-tiba, tak bisa ditawar dan tak bisa dipaksa.

Iliana Laila.











Gimana prolognya guys?
Are u ready for moOoore scenes??
Lemme shows what will happen!!

Strawberry CakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang