Renjun tertegun dengan tatapan nanar pada kedua orang tuanya yang kini masih berbincang padanya. Seolah suara tidak lagi terdengar menembus gendang telinganya. Hanya ekspresi wajah, dan gerakan bibir mereka yang Renjun lihat.
Otaknya tidak lagi bisa mencerna apa yang mereka katakan. Bahkan perdebatan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Renjun hanya diam bahkan ketika mereka mulai menggerakan tubuh Renjun.
Air mata bahkan tidak sempat jatuh untuk menggambar betapa hancurnya perasaan Renjun saat ini. Pada akhirnya tidak satupun yang bisa ia percaya. Mereka semua mendorong Renjun pergi, mendorong Renjun menjauh.
Terakhir kali Renjun berharap bahwa Johnny akan benar-benar menepati ucapannya. Namun justru sebaliknya, yang terjadi Renjun harus tetap berkorban.
“Renjun tidak ada pilihan lain, tolong bantu kami untuk terakhir kalinya. Lagi pula ia berniat menikahi mu, bukan menjadikan mu simpanan seperti Pimpinan Park” Ten terus menerus membujuk Renjun yang sedari tadi bahkan tidak bergeming.
“Maaf ... Maafkan ayah, ayah gagal nak ... mereka menginginkan mu” Johnny amat merasa bersalah pada Renjun. Ia gagal memperjuangkan kebebasan Putranya.
Renjun berdiri dengan tatapan kosong. Rautnya datar tanpa menunjukkan mimik apapun. “Ayah, Ibu ... Jika ini bisa menyelamatkan keluarga kalian, maka aku akan menikah dengannya. Setelah ini aku harap Ibu, dan ayah bisa berbahagia, terima kasih sudah membesarkan ku dengan baik”
Setelah mengatakan itu Renjun berlalu begitu saja ke kamarnya. Meninggalkan Ten, dan Johnny yang dikerubungi perasaan berkecamuk. Terlebih sang kepala keluarga yang merasa hancur setelah mendengar kalimat Renjun.
“Keluarga kalian” Katanya. Betapa kalimat itu begitu mengganggu Johnny. Selama ini ia menyayangi Renjun layaknya buah hatinya sendiri, hanya saja ia mengakui bahwa ia gagal memperlakukan Renjun dengan adil.
“Kau puas? Semua sudah selesai. Sekarang tolong katakan hal-hal baik pada putra ku. Tidak apa jika kau tidak menganggapnya, dia tetap putraku” Ujar Johnny sebelum meninggalkan sang Istri sendiri di sana.
Renjun berjalan gontai memasuki kamarnya. Tubuhnya jatuh terduduk di depan pintu. Tatapannya kosong, benaknya mengawang. Entah bagaimana lagi menggambar betapa hancur hatinya.
Pada akhirnya harapan itu luruh. Memang tidak ada seorang pun yang bisa menyelamatkannya dari permainan takdir ini. Semesta mengambil kedua orang tuanya, sehingga ia harus bersama keluarga lain.
Kasih seorang ayah memang ia dapatkan. Renjun tumbuh dengan layak walau dalam ketidakadilan. Sepanjang hidupnya, ia dihantui dengan perasaan bersalah karena hadir di tengah keluarga lain. Dibebankan hutang budi karena telah dibesarkan, hingga detik ini. Ditusuk dengan beribu-ribu kalimat menyakitkan yang menggores hatinya.
Tidak sekalipun Renjun bisa memilih, tidak sekalipun Renjun bisa berontak. Rasanya ia tidak pantas untuk berkata tidak pada orang-orang yang telah membiarkannya tetap hidup walau dalam ketidakbahagiaan. Namun kali ini ia merasa benar-benar dibuang. Disingkirkan dari mereka semua.
Sekarang apa yang bisa Renjun harapkan? Entah bagaimana lagi kehidupannya akan berjalan setelah menikah dengan Putra keluarga Jung. Apa Renjun akan mati di tangan mereka, apa Renjun akan tersiksa selama hidup pernikahannya? Tidak pernah terbayangkan dalam benaknya bahwa ia akan menikahi seseorang yang asing, seseorang yang tidak pernah ia cintai bahkan tidak pernah ia kenal.
Apalagi yang akan terjadi pada kehidupannya kini? Haruskah ia akhiri saja perjalannya agar kelak tak perlu merasa sakit lagi? Tapi itu hanya akan menggiring masalah baru, dan membuat semua orang semakin membencinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
By Your Side
FanfictionDia membawaku ke rumah yang ku rindukan selama ini, maka ketika aku pergi terlalu jauh, dan dia berkata untuk pulang, aku akan pulang. Noren au - mature content Tidak diperkenankan untuk pembaca di bawah umur. - BXB Homophobic silahkan menjauh. - M...