📖 [10] Di hukum

114 13 23
                                    

Xdinary Heroes versi anak sekolah lokal ✓

Vote komen biar rajin update hehe

Gunil = Gibran (bukan anak presiden)
Jungsu = Juan
O.de = Edo
Gaon: Gilang
Junhan = Arjuna/Juna
Jooyeon = Jovan

Mereka semua ku bikin jadi satu kelas, tapi Gunil sama Jungsu tetap lebih tua dari mereka. Mereka ku bikin jadi anak SMA kelas 11 IPS-B. Gunil dan Jungsu 18 tahun sedangkan yang lain 17 tahun.

Setuju gak kalo misalnya cerita yang ini saya jadiin book yang terpisah alias ada book nya sendiri?





















Gilang dan Jovan menatap kesekitar nya dengan hati-hati, mereka menatap kearah luar kelas sembari memperhatikan apakah ada guru di lorong sekolah.

Arjuna dan Gibran hanya geleng-geleng melihatnya, kalau mau bolos ya bolos saja. Kalo misalnya berujung diruang BK ya mampus, berarti mainnya kurang hebat.

Berbeda dengan teman-temannya yang lain, Juan memilih untuk tidur ditempat duduknya dengan mulut yang ternganga estetik, namun sayangnya tidak ada air terjun yang mengalir indah disudut bibirnya.

Sedangkan Edo tengah mojok di salah satu sudut belakang kelas sembari menonton sesuatu dari ponselnya dengan headset yang terpasang pada telinganya.

Sus sekali bukan?

Jangan-jangan bandarnya nih. Siapa yang tau? Hanya Edo dan Arjuna yang tahu.

Eh? Arjuna?

Gak salah?

"Ada pak Jamal di ujung lorong cok!"

Jovan lalu kembali masuk kedalam kelas dengan kesal karena tak bisa ke kantin untuk menghambur-hamburkan uangnya dan membuat ibu-ibu kantin bahagia.

"Yeuh, beneran ada si botak nih, Van? Kaga ngibul kan lu?" Tanya Gilang tak percaya.

"Gak percayaan banget sih jadi human! Tuh liat tuh apaan coba tuh kinclong kinclong kalo bukan pak Jamal." Ucap Jovan sembari kembali mendekat dan menunjuk-nunjuk pak Jamal yang tengah berjalan menuju kelas mereka.

Pak Jamal yang bernama lengkap Jamaluddin Asephi Cihura, merupakan seorang guru BK di sekolah mereka.

Jika tengah giliran kelompok guru pak Jamal yang piket atau menjaga ketertiban sekolah, maka guru botak itu akan berkeliling sekolah memastikan tak ada siswa-siswi yang membolos ke kantin.

"Iya juga, eh pak Jamal ke sini weh! Epribadeh epribadeh hellow! Helep euy helep! Pak Jamal is kom hir! Ettensyen teh! WOI ANJNG!" Teriak Gilang saat merasa teman-teman sekelasnya tak memperhatikannya.

Mengabaikannya seperti dia hanyalah seorang lalat yang terbang lewat, ada suaranya namun tak dipedulikan. Sad banget atuh.

"Eh kolor Edo pink!" Latah Juan yang kaget mendengar Gilang yang tiba-tiba berteriak.

Para siswa-siswi dikelas mereka yang mendengarnya pun tertawa pelan karena yang diucapkan Juan. Edo tentunya tak terima, enak aja dia gak punya kolor dengan warna feminim.

"Enak aja lu Juan! Kolor gua warna biru bukan pink!" Bantah Edo sembari menunjuk nunjuk Juan dengan ponselnya.

Salah satu siswi yang melihat tontonan Edo itupun tertawa terbahak-bahak dengan sangat estetik.

"ANJR EDO NONTON BABY BUS COK!! HAHAHAHAHA MUKA SANGAR TONTONAN BOCIL!!" Ejek siswi itu yang bernama Jina (Ryujin).

Teman sebangku Jina yang juga melihat itu pun ikut tertawa, namun tertawanya sedikit lebih anggun daripada Jina.

"Plis lah, tontonan Edo gak sesuai banget sama umurnya," ucap teman sebangku Jina, Cacha (Chaeryeong).

Edo yang diketawain seperti itupun menutupi wajahnya malu dengan tudung Hoodie sweater yang ia kenakan. Mau di taro dimana muka sangar bak premannya ini karena ketahuan nonton baby bus?

'Malu bet gua ya tuhan.' batin Edo.

Gilang yang awalnya ingin memperingatkan teman-temannya bahwa pak Jamal akan melewati kelas mereka pun malah ikut tertawa terbahak-bahak sembari memegangi perutnya. Gibran sendiri sudah bengek hingga tak bersuara, begitupun dengan Jovan.

Sementara Arjuna memilih untuk duduk diam di kursinya sembari sesekali terkekeh kecil karena rahasia temannya itu terbongkar dengan sangat tidak estetik dihadapan para teman kelasnya.

Lalu Arjuna kembali menetralkan ekspresinya saat pak Jamal sudah berada didepan pintu kelas mereka yang dipenuhi dengan suara tawa dan kebengekan yang memenuhi ruang kelas.

Tak ada yang sadar akan kehadiran pak Jamal yang sudah siap memukul mereka dengan penggaris kayu besar legendaris milik beliau.

Arjuna menarik-narik baju seragam Gibran yang berdiri disampingnya itu sedang tertawa bengek. Namun karena posisi Gibran yang membelakangi, ia jadi tak tahu bahwa ada pak Jamal.

"Pstt.. bang. Bang Gibran!" Bisik Arjuna sembari masih menarik-narik baju seragam Gibran.

Arjuna melirik dengan kaku kearah pak Jamal, tersentak kaget saat ternyata pak Jamal juga menatap dirinya dengan sangat sinis.

'Huwe mama, Juna mau pulang aja.' batin Arjuna.

Ekspresinya si Arjuna udah pengen mewek aja. Merasa seragamnya ditarik-tarik, Gibran pun menoleh kearah Arjuna. Kaget saat melihat ekspresi yang udah mau nangis dari Arjuna lalu ia menoleh kearah yang dilihat oleh Arjuna.

'Mati gue.' batin Gibran.

Katakan selamat tinggal pada jam kosong, sebab sekarang seluruh siswa-siswi kelas 11 IPS-B seluruhnya sedang berjemur bagai ikan asin di lapangan sekolah. Menjadi bahan tontonan para kakak kelas yang sedang olahraga.

"Aduh kasian banget deh adek kelas gua," ejek seorang kakak kelas yang menghentikan larinya, namanya Mirza (Minho/Lee Know).

Gilang tersenyum sinis kearah kakak kelasnya itu sembari menyumpah serapahi para kakak kelasnya yang tengah mengejek anak-anak kelasnya.

















Nanti lagi~

25 Mei 2024

Xdinary Heroes jokesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang