Sepersekian detik aku menatap tanah. Melamun membuang detik demi detik yang tak terasa. Aku menyusuri jalan yang kita lalui kala itu, kenangan yang sama, rasa sakit yang sama. Nyeri menyelubungi ulu hati, mual, sesak.
Aku ingin memaki. Berteriak kepada siapapun yang melihat ku menangis tak berdaya.
Aku hanya melarikan diri, aku tak mau tersakiti. Mereka hanya mengamati, tak pernah benar-benar peduli.
Sekali lagi aku membuatnya hancur, entah, mungkin akan menjadi yang terakhir kali. Air mata ku bahkan muak terhadapku, kering dan hampa. Seperti melayang-layang tanpa arah. Sekali lagi, atau mungkin yang terakhir kali
Kembali ke rutinitas yang memuak kan, kembali pada segalanya yang terasa abu. Berat melangkah meninggalkan tempat ku bangun pagi ini. Memulai hari yang sama, lagi dan lagi.
Tak ada yang mengerti, tak ada yang peduli. Aku hanya sendiri, hati ku tertutup sendiri. Menyendiri dan memaki.
Kesedihan, kesenduan semuanya terjadi saat kamu melangkah dan tak pernah kembali.
Archive July 12, 2021 - via blog
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Sendu
PoesíaKetika hati yang rapuh menuang serangkaian diksi, disinilah #CatatanSendu