-1

86 15 11
                                    

Ruangan ini mewah, besar, dan terlihat nyaman. Sebagian orang akan mengatakan beruntung tinggal didalamnya diliputi kemegahan, tapi terasa sangat menyesakkan untuknya.

Hari ini seharusnya dia berada diatas altar pernikahan. Mengucapkan janji suci bersama pasangan hatinya, tapi semuanya adalah angan.

Liseth Mayerlin Hernandez.

Betapa menyedihkan hidupmu? Terperangkap dalam kamar tanpa celah dari pria yang begitu terobsesi padamu.

Liseth hanya menghabiskan waktunya untuk menangis, mengapa dari sekian banyak wanita dimuka bumi ini harus dirinya?

Pintu terbuka, menampilkan sosok pria jakung berbadan tegap kekar yang berjalan padanya.

Liseth takut dadanya selalu berdegup kencang ketakutan melihatnya tapi juga, dia menatap benci padanya. Sorot matanya sangat ingin berteriak untuk mengutarakan.

Dia, Jefferson Hebert Rhodes. Pria gila yang menculik liseth saat dia memilih gaun pernikahan.

Hebert melirik nampan berisi makanan untuk liseth, masih utuh tidak tersentuh sedikit pun. Pria itu terdengar berdesik pelan, hebert mendekat.

"Masih belum mau makan?" Suaranya berat dan terdengar kasar, seperti suara monster yang selalu liseth bayangkan sejak kecil.

Liseth mengernyit tak nyaman, ia melengos dengan wajah muram. Menepis kasar tangan hebert yang ingin mencoba menyentuh wajahnya.

"Pergi dari hadapanku, brengsek." Desisnya.

Hebert menyerah, dia menyimpan kembali tangannya.

"Baiklah. Kau yang memaksa." Ia kembali berjalan keluar, sebelum menutup pintu. Pria itu menoleh.

"Dua puluh menit, ku bawakan kepala pria itu kehadapanmu."

Klak!

Pintu benar benar tertutup, liseth mengeram diatas ranjangnya. Ia menarik napas dan menghembuskannya berat.

Pasrah, tangannya meraih nampan berisi makanan lengkap dan penutupnya.

Sialan!

•••

"Panggil dia turun." Suara ringan itu segera ditanggapi pelayan disana.

Salah satu dari mereka membungkuk dan berjalan mundur untuk segera keatas, dimeja makan tertata rapi seluruh hidangan besar.

Hebert— santai bersama tab ditangannya, pria itu mendongak saat mendengar suara langkah kaki mendekat.

Bibirnya terseringai kecil, ia meletakkan tab miliknya.

"Duduklah."

Berat hati, liseth menempatkan dirinya pada salah satu kursi yang ditarik pelayan.

Mereka duduk berhadapan dari ujung ke ujung, jaraknya jauh. Para pelayan segera menyajikan makanan untuk sang tuan.

Hanya terdengar dentingan sendok yang beradu, mata tajam hebert tak pernah lepas dari sosok menawan sang pujaan hatinya.

Mata itu seperti mencekik liseth, tanpa membiarkannya pergi sedikitpun.

"Aku selesai." Rasanya tak nyaman terlalu lama dengan aura hebert, liseth merasa risih.

Memang kapan ia pernah merasa nyaman? Tidak pernah.

"Siapa yang mengijinkanmu pergi?"

Brengsek.

Ia hanya mampu mencengkram erat pinggiran kursi, liseth melemparkan tatapan sinis.

ShamblesWhere stories live. Discover now