0

28 7 8
                                    

Pertengkaran kemarin, membuat kemarahan hebert hampir meluap.

Liseth membayangkan pria kejam itu akan menyiksanya lebih lagi, tapi sampai hari ini hebert tidak menampakkan diri.

Dia seperti menghilang, tapi liseth yakin pria itu ada didalam sini. Ia terkurung didalam kamar, dengan bekas merah dan luka pada sudut bibirnya.

Hebert menamparnya, itu sakit tapi liseth tidak menyesalinya. Ia bisa setidaknya memukul mundur hebert.

Tok! Tok!

Pelayan yang biasa membawa makanan masuk untuknya, mata liseth mengikuti pergerakan pelayan yang mendekat disampingnya.

"Nona, ini adalah makan malam untuk anda."

Masih sore hari, makanan sebelumnya pun baru dibawa. Alisnya naik sebelah, liseth menatapnya aneh.

"Bukankah terlalu awal?"

"Nona bisa memakannya nanti, tuan berpesan untuk mengantarkan. Takut nona terlalu lama saat menunggu."

"Apa pengecut itu tak memiliki muka sampai tidak berani datang setelah menamparku?"

Pelayan mengeluarkan kunci dari balik sakunya, membuka borgol pada kedua tangan dan kaki liseth.

Meski heran, tapi liseth senang. Kaki dan tangannya leluasa bergerak kembali, pria itu selalu semena mena.

"Tuan tidak berada di kediaman sejak dua hari lalu, nona."

Benarkah? Pria gila itu meninggalkan kediaman selama itu? Dia biasanya seperti kucing yang menjaga ikannya.

"Kenapa?" Tanya liseth bingung.

"Saya permisi nona." Pelayan tidak ingin menjawabnya, ia segera pergi meninggalkan liseth seorang diri.

Hingga malam menjemput, liseth mendengkus diatas kasurnya. Ia merasa malam ini lebih sunyi, seperti dirinya hanya sendiri.

Mendekati pintu kaca balkon, tidak ada penjaga seperti biasa. Ia mulai merasa aneh, lantas liseth beralih ke pintu.

Tidak dikunci, ada apa dengan pikiran hebert? Dia mendapatkan pencerahan atau suatu berkah dewa?

Liseth justru merinding, memikirkan hal lebih gila yang bisa hebert lakukan. Ia lebih memilih mengunci pintu dari dalam, tau tau pria itu bisa kapan saja menerobos masuk.

"LISETH!"

Bahunya tersentak kala mendengar seruan tak asing masuk kedalam telinganya, suara yang lama hilang. Suara kekasihnya.... Benarkah?

"LISETH KAU DIMANA?"

"Reinier...." Gumamnya, liseth membuka kembali kunci pintu. Di ujung tangga sana punggung tegap itu, selalu liseth kenali.

Perasaan senang haru bersatu dalam dadanya, liseth segera berlari. Menubruk dengan perasaan hangat, disambut baik reinier.

"Aku senang memelukmu kembali." Ucap liseth.

Hangat yang lama mendingin, berbulan bulan terpisah akhirnya liseth dapat kembali memeluk kekasih hatinya.

"Aku pikir tidak akan pernah bertemu denganmu lagi."

Reinier mengusap air mata pada kedua pipi liseth dengan ibu jari, pria itu tersenyum lembut seperti biasa.

"Tidak liseth, aku pasti akan datang menjemputmu. Sekarang aku menepatinya."

Liseth hanya mengangguk senang, mendapatkan kecupan hangat didahinya. Ia melihat sekeliling, orang orang reinier ada dibawah.

Mereka berhasil menerobos penjagaan hebert yang ketat itu?

ShamblesWhere stories live. Discover now