+1

19 4 0
                                    

"Reinier—— Kau meragukanku?"

Mengapa rasanya seperti mengeluarkan sebongkah batu dari kerongkongannya, sangat sakit mengatakan.

Liseth menatap reinier terluka, ia benar benar merasa diremas sampai terasa begitu sesak.

"Kau bersamanya selama beberapa bulan, bukankah dia sangat terobsesi memilikimu?"

Reinier hanya berpikir realistis, ia seorang pria maka ia memikirkan apa yang akan hebert lakukan.

Meski, dia melupakan hal itu menyakiti liseth.

"Liseth, aku dan dia adalah sama. Kami adalah seorang pria. Bagaimana mungkin dia tetap berdiam setelah mengurungmu selama ini dikamarnya?"

Tetapi, kau dan dia memang berbeda.

"Kita akan menikah, aku tidak ingin hal ini membuat masalah untuk kita. Bagaimana jika kita memiliki anak lalu dia bukan anakku, katakan padaku apa aku salah mempertanyakan—

"Kau salah."

Alis dahi reinier berkerut, pria itu kini menatap liseth yang masih diam memperhatikan lantai.

Liseth mengangkat kepalanya, bertemu pandang dengan reinier.

"Kalian memiliki cara pikir yang jauh."

"Kau membelanya, orang yang menculikmu? Liseth kau membuatku semakin bingung."

Bingung? Dia hanya memilah kata dari mencurigainya.

"Lalu jika dia memaksaku, kau tetap akan meninggalkanku atas itu?"

"Liseth, kau dan dia memiliki hal sejauh itu?"

"Kau percaya?"

Reinier diam. Membuat liseth ingin menangis dan tertawa bersamaan, ia merasa sangat dijatuhkan kebawah. Harga dirinya seperti terpijak diantara kotoran berlumpur.

"Kita bisa berbicara ketika kau kembali menjadi reinier yang mempercayaiku."

•••

Ketika kakinya berpijak pada rumah yang menjadi tempat berpulang, tapi membuatnya bertambah sesak. Bukankah harusnya ini terasa nyaman?

Liseth berjalan menghiraukan anak adam dan hawa itu yang bergelung diatas sofa, suara menjijikan ini setiap hari dia dengar.

Ia hanya ingin menuju kamarnya, liseth menunjukkan wajah yang kentara muak.

"Ah anakku sudah pulang?" Suara dayu desahan itu benar benar mengocok perutnya.

"Ikut bersenang senang?"

Ajakan menggelikan, menjijikan, sialan! Liseth ingin menyemburkan isi lambungnya tepat didepan wajahnya.

Mengernyit jijik, liseth menipiskan matanya. Melihat perhiasan perhiasan indah yang mengantung dileher dan telinga itu seperti milik ibunya.

Tidak! Benar itu adalah milik ibunya, baju itu juga!

Sial! Beraninya si pelacur itu—

Langkah lebar liseth menarik rambut tihana hingga panggutan terlepas, gigi bergemelatuknya ia eratkan.

Brugh!

"Sial! Apa yang kau lakukan hah?!" Desis tihana memegang ujung dahinya yang terantuk meja.

"Siapa yang memberimu ijin atas milik ibuku?!"

"Aku nyonya dirumah ini, tidak ada yang butuh ijin siapapun."

"Lepas!" Liseth menyentak, menarik paksa kalung berbandul bulan merah itu.

Tihana segera menepisnya, sial lehernya pasti memerah.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 16 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ShamblesWhere stories live. Discover now