"Tidak mungkin."
"Apa kau merindukanku, burung kenari?" Claudie tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya.
"Dia kan..." ingatan akan masa lalu nya mengalir kembali. berputar bagaikan ada seseorang orang yang menceritakannya. Claudie sudah terbiasa menyembunyikan perasaan dan ekspresi nya namun, kali ini dia tidak bisa melakukannya.
"Burung kenari?" Seorang pria tinggi dengan kulit yang tidak terlalu cerah dan tidak terlalu gelap. Gagah dan memiliki otot yang besar. Tubuh yang idaman, seperti bisa menggendong 10 gajah di satu otot tangannya itu. Rambut cokelat seperti daun musim gugur.
"Halion Alexander Lukeson"
"Halion.." Claudie menatap sang ibu dengan tak percaya. Sedangkan Sabrina hanya menunjukkan senyum miring nya. Sabrina berdiri dari tempat duduknya dengan lembut.
"Astaga.. sepertinya kalian mengenal satu sama lain. Aku akan memberikan pada kalian ruang. Gunakanlah." Sabrina tersenyum dan berjalan keluar ruangan.
Suasana canggung meliputi mereka. Claudie hanya melihat ke arah bawah sedangkan Halion sibuk menatap setiap inci Claudie.
"Burung ken-" Claudie memotong pembicaraan Halion dengan cepat. "Saya bukan burung." Halion tersenyum lalu berpindah ke samping Claudie lalu menatapnya seolah-olah Claudie adalah santapan daging yang empuk dan menggiurkan sedangkan Halion adalah beruang cokelat yang lapar.
Tertawa kencang lalu semakin menghapus bagian sisi yang kosong. Claudie merasa ada yang salah merasa sedikit kesal.
"Apa anda menertawa-" mendongkak ke samping untuk melihat Halion, terkejut kala menyadari bahwa wajah mereka kini berdekatan.
Rasa malu menimbulkan warna merah tomat di pipi Claudie.
"Kenapa?" Halion semakin mendekat dan menyentuh rambut Claudie dengan lembut. Semakin mendekat, Claudie semakin takut dan otomatis menutup mata nya. Halion yang melihatnya hanya tersenyum dan terkekeh.
"Apa yang anda pikirkan?" Halion bermain dengan surai Claudie.
"Mengapa anda tidak mati?" Claudie menatap tajam Halion, namun Halion hanya tersenyum dan membelai dagu Claudie.
Semakin menepis jarak, suara deru nafas Halion semakin terdengar dan semakin bisa di rasakan.
"Wah.. sepertinya kalian sudah sangat kenal ya?" Sabrina bertepuk tangan sambil tersenyum. Claudie bisa melihat bahwa itu adalah senyuman bangga dari Sabrina untuknya.
Halion bertingkah seolah biasa saja menggenggam tangan Claudie seolah Claudie miliknya seorang.
"Saya sarankan pernikahan anda dengan Claudie dilakukan 1 bulan lagi, Yang Mulia Grand Duke."Sabrina tersenyum kala melihat tangan mereka yang menyatu.
"Bukankah itu terlalu cepat, bu?" Sabrina tersenyum dan Claudie tersadar bahwa perkataannya salah. Mata tajam Sabrina memancar kembali.
"Benarkah begitu, Yang Mulia?" Halion melepaskan genggamannya, lalu tersenyum "Menurut saya itu bagus, bukankah begitu cantikku?" Claudie yang melamun kembali tersadar. Berniat untuk menggelengkan kepalanya, terhenti ketika dia melihat pancaran mata Sabrina.
"Claudie kau harus membalas hutang budi mereka yang merawat mu." merasa gugup dan takut, Claudie menganggukan kepalanya dengan pelan.
"Baiklah kita akan membicarakannya kembali setelah makan siang." Sabrina tak bisa menyembunyikan ekspresi bahagianya.
Halion mengangkat tangannya lalu mengajak Claudie untuk berjalan bersama. Menerimanya, Halion menggenggamnya dengan erat.
Claudie sudah tidak bisa menahannya lagi, ia sudah terlalu lelah dan kelaparan. Walaupun begitu ia menahannya namun karna sudah tidak kuat berjalan, ia berjalan dengan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My obsession with my canary
RomanceClaudie Avantie Labellea seorang putri dari duke dari sebuah negara Vauthliout yang dipaksa untuk menikah politik demi mempertahankan posisi keluarganya. Bagaikan boneka yang tak bernyawa Claudie sering kali mendapat kekerasan dari keluarganya. Clau...