Bab.2

7 0 0
                                    

"Ibu, anda sudah sangat egois."

"Ada apa dengan wajahmu itu?" Claudie sudah merasa Ibunya sudah terlalu jauh. Rasanya ia tidak bisa lagi menyelamatkan Ibunya dari keegoisannya.

Wajahnya memerah menahan isak tangis. Mata yang berair meminta untuk keluar, Claudie sudah ingin sekali menangis melihat sang ibu.

"Dengar, kalau kau tidak ingin pernikahan ini berlanjut. Kau harus menahan ketidak inginan mu itu sampai usia pernikahan kalian minimal 5 tahun." Claudie menggelengkan kepalanya sebagai tanda tak setuju.

"Ibu dari segala yang engkau miliki, Apakah anda masih tetap akan bersikap seperti ini?" mendengar perkataan putrinya itu emosi Sabrina pun menaik seketika. Sabrina lagi-lagi membuat lukisan merah di pipi kiri Claudie. Lukisan merah itu sangatlah sakit dan perih.

"Apa yang kau katakan? Egois? Dengar, ayahmu sudah tiada dan aku yang menjadi kepala keluarga menggantikan ayahmu yang mati mengenaskan di pertempuran kala itu. Saya! Saya hanya berusaha mempertahankan keluarga ini apakah itu salah, putriku?!" Nafas memburu tanda emosi Sabrina meluap. Bahkan udara yang berhembus terasa panas oleh Claudie.

"Dan kau, tugasmu ialah menutup mulutmu dan melakukan apa yang ku perintahkan itu saja. Apa itu salah?" Sabrina masuk ke dalam rumah keluarga Labellea yang megah itu. Langkahnya terburu-buru sehingga suara sepatunya terdengar sampai pojok ruang balai.

Claudie memegang wajahnya sambil menahan suara tangisnya. Ia tak ingin suara tangisannya terdengar oleh banyak orang. Ia pun berlari menuju tangga untuk pergi ke kamarnya.

Pelayan-pelayan yang melihatnya memasang wajah terkejut, namun bukan terkejut untuk menunjukkan rasa iba melainkan mereka merasa senang. Ya, para bangsawan mengetahui hubungan keluarga Labellea yang asli lewat perantara pelayan yang melayani rumah itu.

Para bangsawan akan membayar untuk biaya informasi itu. Claudie mengetahuinya dan ia sudah pernah mencoba untuk memberitahu kepada Ibunya yang hasilnya ia di tuduh berbohong dan mendapat hukuman yang berat yaitu mempelajari garis leluhur Ayahnya dan Ibunya dalam waktu satu malam tanpa ada waktu makan malam.

Claudie lagi-lagi memanggil Anna untuk menjadi teman berkeluh kesahnya lalu menangis kencang di kamarnya kembali.

Begitu pilu melihat keadaan Claudie yang sangat buruk. Tubuh yang kurus, rambut yang acak-acakan dan pipi bekas tamparan.

2 Minggu Kemudian
dikamar Claudie

Claudie tengah bersiap-siap untuk upacara pernikahannya yang akan dilaksanakan sebentar lagi. Berusaha untuk memakai gaun pernikahan yang rumit.

"Annie gaun ini begitu sesak, aku bisa merasakan paru paru ku terjepit." Claudie merasa kesal dengan gaun yang dia gunakan di upacara pernikahannya itu.

"Annie mengapa bagian dadanya harus terlihat? Walaupun tidak terlalu rendah namun tetap saja ini sangat buruk." Claudie menatap ke arah cermin. Melihat pantulan dirinya di cermin itu.

Annie terpesona dengan kecantikan Claudie. Rambutnya yang selalu di gerai kini di kepang. Bajunya yang tertutup kini memperlihatkan sedikit bagian dadanya dan menunjukkan pundaknya yang indah dan megah itu. Rambutnya yang selalu menggunakan pita kini memakai tudung putih. Telapak tangannya menggunakan sarung tangan renda putih.

Annie tidak mendengar celotehan yang di lontarkan Claudie mengenai gaun yang Claudie gunakan.

Ia merasa kilas balik ketika Claudie kecil yang tubuhnya tidak kurus namun tidak terlalu gemuk. Pipinya yang bulat sehingga orang akan merasa ingin menggigit pipi bulat itu. Selalu memakai gaun berwarna warna pastel. Memakai pita cantik yang senada dengan gaun yang ia kenakan.

My obsession with my canary Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang