Part 2 Kematian Jessica Anderson

74 15 2
                                    

Segera setelah Sakura dan manajernya kembali ke ruang studio, semua orang telah berkumpul di depan pintu toilet yang terbuka. Sakura membelalak terkejut dan mengangkat tangan ke mulutnya.

Sakura seperti melihat dari dalam mimpi. Butir-butir obat berserakan bersamaan tubuh yang menelungkup terbaring di lantai, wajahnya sudah ditutupi kain-hanya terlihat jelas sepasang tangan bercat kuku merah yang ujungnya mulai kebiruan terulur ke arah pintu-sepasang kaki berbalut sepatu stiletto merah dengan pose aneh. Pakaian hitam dengan manik silver itu memang dikenakan Jessica untuk pemotretan hari ini.

Asisten pribadi Jessica berlutut di samping tubuh yang tidak bergerak itu, menangis nyaris histeris meminta Jessica membuka mata dengan suara gemetar. "Ayo, bangun! Jangan begini!" Dia terus menangis dan membenamkan kepalanya dalam tangannya.

Sakura merasa iba. Di samping tempatnya berdiri, ia mendengar suara model lain -bisikan kecil yang bergetar ketakutan, "Dia mati, over dosis."

Apa yang sebenarnya terjadi? Perut Sakura terasa dingin dan ia kesulitan menelan ludah.

"Berhenti memotret!" Alex yang baru selesai memanggil ambulans dan polisi memecah kerumunan. "Tolong jangan menyebarkan apa pun!" Ia berbalik, mata abu-abunya menatap ke sekeliling sejenak sebelum mendarat kepada asisten Jessica.

Wajah Alex semakin serius. "Ma'am ... saya turut berduka, tapi kita tidak boleh menyentuhnya sampai polisi datang." Dan walaupun keadaan ini cukup membuat syok, mereka tidak tahu seberapa buruk situasi ke depannya. "Tenanglah."

Saat itu waktu terasa berhenti. Suara sirinelah yang menyadarkan mereka ke masa kini. Suara itu memekakkan telinga begitu berhenti di pintu gedung lantai dasar. Ada dua orang petugas dokter polisi datang dan memeriksa kondisi jenazah Jessica, lalu mereka sibuk mencatat.

Semua orang diminta menjauh dari toilet dan tetap berkumpul di ruang utama studio. Seorang inspektur dari kepolisian New York, Mr Smith, menanyai mereka satu per satu di ruang terpisah. Yang sedikit menyulitkan dari pengumpulan data ini bahwa CCTV di gedung ini ternyata rusak dan penjaga Gedung menyatakan itu sudah berlangsung selama berminggu-minggu.

Ketika tiba gilirannya, Sakura duduk dipenuhi kegelisahan. Untungnya kumis tebal inspektur itu bisa sedikit membuatnya merasa geli setiap kali pria itu berbicara.

"Apa Anda mengenal Miss Anderson?"

Sakura menarik napas dan mengangguk. "Kami beberapa kali bertemu di pekerjaan yang sama. Saya secara personal tidak dekat dengannya." Sekali lagi, kegelisahan membuat tenggorokan Sakura tersekat. "Sikapnya cenderung tidak saya sukai."

Mr Smith berpikir sembari menulis di buku catatannya. "Apa Anda tahu dia mengkonsumsi jenis obat-obatan penenang?"

Sakura menggeleng.

"Miss Cartwright, waktu kejadian diperkirakan pukul 3.15 sore dilihat dari waktu kematiannya, di mana Anda berada saat itu?"

"Saya di kafe gedung ini, Anda bisa menanyakannya ke pelayan kafe. Manager saya datang dan memberitahukannya kepada saya."

"Barangkali Anda melihat orang yang mencurigakan?"

Sakura meringis dan menggeleng. Giliran semua orang sudah dimintai keterangan, tetapi mereka masih harus menunggu. Butuh waktu sampai malam hari ini saat orang-orang boleh diizinkan pulang.

***

Saat fajar mulai menyingsing, Sakura membuka mata dan menatap jendela kamar hotel dalam keadaan setengah terbangun. Kepalanya pusing karena tidak bisa tidur semalaman. Ia berbaring telentang menatap langit-langit, lalu beringsut mengambil ponselnya, menghela napas ketika baterainya habis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cherry Blossom (You are My Destiny)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang