Si Kebo dan Si Sibuk

87 10 3
                                    

Ya, sejauh ini setelah kejadian beberapa waktu lalu telah terselesaikan. Reverse Ais juga tak terlalu mendekat kepada tuannya lagi. Air mengalir dengan tenang mengikuti alur menurun di atasnya. Mencoba untuk melawan arus yang ia inginkan. Hubungan yang tak pernah diinginkan tetap harus dijalankan.

Hal yang tak bisa di ubah, harus diikuti dengan hati yang lapang. Rev Hali.... Hubungan yang seharusnya tak bisa dibiarkan begitu saja.
Syukur saja, hubungan Rev Ais dan Tuannya sudah sedikit renggang. Munhkin saja, keadaan Ais juga sudah semakin membaik. Tidak bisa dibayangkan, jika Halilintar terlambat sedikit saja, mungkim Ais akan tersiksa. Ais yang terlihat naif membuat orang berpikir, ia adalah seoramg yang pikirannya hanya tidur saja.

"Kak, Gue bukan orang yang naif. Gue juga bukan orang yang munafik. Akan tetapi, apa menurut lu, gue pantas menjadi keluarga kalian?"

"Maksud Lu?" Hali mendonggakan kepalanya sedikit terkejut dengan ucapan Ais yang tak terduga. Setelah itu, Ia memandang Ais dengan datar.

"Tidak, Gue hanya bertanya tentang ini karena gue penasaran bagaimana pendapat lu tentang gue," ujar Ais

"Lu gila? Kalau lu ga pantes di keluarga ini. Ga mungkin Bunda ngelahirim Lu di keluarga ini, bodoh," tekan Hali membuat Ais meneguk liur.

"Ah, tidak. Ais hanya kepikiran," sesal Ais.

Hali yang mendengar respon Ais membuatnya kembali menatap monitornya. Akan tetapi, semua yang dilihat belum tentu itu yang terjadi. Halilintar yang terlihat sibuk dan fokus terhadap monitornya, sebenarnya berpikir keras tentang apa yang barusan Ais katakan. Pikiram Halilintar terbuka, dan mungkim sedikit mengetahui bagaimana Reverse Ais bisa muncul selama ini. Mungkin saja, karena ia memiliki mindset yang terlalu negatif dan memikirkan hal yang tidak-tidak. Akan tetapi, itu semua tak lepas dari sebuah dorongan dari suatu hal.

"Kak." Lontaran Ais membeberkan pikiran Halilintar.

"Apa lagi?" ketus Hali tetap sok menatap layar monitor.

"Ais rindu Kakek Aba.." lirih Ais membuat Hali melamun atas penyesalan masa lalu.

"Aku tak menyangka... Kakek Aba berusaha membuat kita membencinya agar kita semua tak menangis ketika dia meninggal. Padahal, penyakitnya separah itu. Ia meninggal, saat ulang tahunnya... HAHAHHAHA, sangat plot twist," raung Ais membuat Hali membuharkan lamunannya.e

"Dengar Ais, orang mati takkan bisa kembali lagi," jelas Hali cuek seperti tak peduli apa yang terjadi.

"Lu masih begitu dendam dengan Kakek Aba? Padahal yang diberi tahu soal kebenaran ini dari Duri adalah Lu. Ini kan hanya sebuah rencana Kakek Aba."

"Rencana apa? Rencana? Membuat kita tersiksa? Hanya karena sebuah ke egoisan? Seharusnya, waktu itu Kakek Aba tak melakukan rencana itu dan memberi tahu kita soal penyakitnya. Lu tahu? Saat itu hubungan kekeluargaan kita sedang dipertaruhkan! Melakukan sebuah penekanan mental, menyiksa kita dengan berbagai pukulan, tendangan, ancaman, tekanan fisik, tekanan mental, dan hanya karena sebuah alasan, yaitu penyakitnya? Keluarga macam apa yang menyembunyikan rahasia besar kepada keluarganya sendiri?!" tekan Hali berbicara panjang lebar.

Tak terima, sungguh tidak terima. Merasa terkhianati. Hali mencoba untuk meluapkan rasa kesalnya yang tak lernahnia keluarkam saat sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Kakek Aba saat itu.

Ia kesal tapi menyesal. Kesal karena hubungan kekeluargaannya di taruhkan. Menyesal, karena pernah membenci Kakek Aba, tetapi, rasa menyesalnya tak pernah ia perlihatkan kepada adik-adiknya. Karena, ia tahu, itu hanya sia-sia.

"Ah, sudahlah Kak. Seharusnya gue ga ngomong soal Kakek Aba tadi. Kalau tahu Kakak bakal marah gini. Mending Ais curhat sama Kak Laze, aja."

"Oh? Yaudah, sana. Jangan ke kamar gua lagi mulai sekarang,"timpal Hali.

"K-Kak. T-tapi...."

Bersambung..

Maafkan Author yang jarang publish cerita. DOAKAN AUTHOR AGAR BISA KONSISTEN UNTUK UPLOAD CERITA.
JANGAN LUPA VOTE

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Berusaha Terlihat Kokoh. Angst HaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang