"Siapa cewek yang lo ajak ngomong waktu kita manggung di FIB kemarin?"
"Yang mana?"
"Lo cuma ngomong sama satu cewek setelah kita turun dari panggung ya, Taesan."
Seketika laki-laki itu teringat kembali malam dimana dirinya dan Ray kembali bertemu. Benar. Satu-satunya perempuan yang berkomunikasi dengan dirinya selain panitia acara hari itu adalah Ray. Taesan tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh rekan timnya. Entah bagaimana, Taesan merasa enggan untuk membagikan hal apapun terkait Ray pada teman-temannya. Bahunya terasa sedikit tegang akibat rasa tidak nyaman dari pertanyaan tersebut.
Taesan melepas earphone yang ia kenakan. "Kenalan."
"Oh... kenalan lo. Kenalin gue dong, kayanya cakep."
"Ogah. Kenalan sendiri lah. Gue juga gak kenal deket sama dia," ucap Taesan.
Tentu saja itu adalah sebuah kebohongan. Taesan benar-benar tidak ingin teman-temannya mencampuri hubungannya dengan Ray. Di sisi lain, ia juga tidak ingin ada orang lain yang berusaha mendekati Ray. Teman-temannya boleh mendekati siapapun, tapi tidak dengan Ray. Mengapa? Hak yang apa yang Taesan miliki untuk berpikir demikian? Ia juga tidak paham. Bayangan Ray menjalin hubungan dengan salah satu teman band-nya membuat Taesan merasa gerah.
Tapi jika dipikir kembali, rasanya tidak mungkin hal itu terjadi. Ray adalah orang yang teguh akan pendiriannya. Ia pernah berkata bahwa dirinya tidak tertarik dengan orang yang lebih muda darinya. Jika Taesan saja tidak berhasil untuk merebut kembali hati perempuan itu, maka kecil kemungkinan teman-temannya akan berhasil untuk melakukan hal yang sama.
Sudah tiga tahun berlalu sejak hubungan mereka kandas. Tak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka, setidaknya untuk orang-orang di sekitar Taesan. Mungkin ada teman-teman Ray yang tahu tentang hal tersebut, kemungkinannya tidak kecil. Tapi setidaknya setelah kandasnya hubungan mereka Taesan tidak pernah menerima ancaman ini itu dari orang lain. Ray juga tampak menyembunyikan kebenaran dari berakhirnya hubungan mereka di hadapan orang lain.
"Tapi kalau dari auranya kaya kating. Jangan-jangan lagu terakhir yang lo nyanyiin itu tentang dia. Lo selalu bilang lo pernah naksir orang yang lebih tua kan?"
Taesan hanya memutar bola matanya seolah ucapan temannya adalah omong kosong belaka. Tapi semua asumsi itu adalah fakta yang sangat terang. Tentu saja lagu yang ia bawakan sebelumnya hanya ia nyanyikan untuk Ray. Bahkan jika Ray tidak hadir ia akan tetap untuk membawakan lagu tersebut. Lagu tersebut ia putar berulang kali ketika hubungan keduanya berakhir tiga tahun yang lalu.
"Eh? Kok diem? Tebakan gue bener?"
"Salah. Dulu kenal karena nyari tiket festival musik," jawab Taesan sembari merapikan barang bawaannya.
"Oh, cukup tau. Eh, eh, mau kemana?"
"Pulang lah. Kan latihan udah kelar."
Ekspresi sedih terlukis di wajah temannya. "Yah... gak mau temenin gue? Dua jam lagi deh lo baliknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
replay ᯓᡣ𐭩 BOYNEXTDOOR
Fanfiction© strayturtles, 2024 Ray tidak pernah menyangka di usia 22 tahun dirinya dikelilingi oleh laki-laki yang berusia lebih muda darinya. Mulai dari Jaehyun, tetangga sebelah rumahnya. Woonhak, anak SMA yang blak-blakan mencintainya. Sungho, rekan gymnya...