Tok, tok, tok.
Suara ketukan di pintu kamar perempuan yang setengah terlelap itu menyadarkannya sepenuhnya akan dunia nyata. Walau ruangan tempatnya terlelap tertutup sepenuhnya, sinar matahari masih sedikit mengintip dari balik gorden dan menyadarkannya bahwa hari telah berganti. Rasa lelah yang ada dalam tubuhnya tidak hilang begitu saja dengan tidur yang bisa dikatakan tidak cukup itu. Walaupun matanya terpejam, tubuhnya tetap merasa lelah. Hari ini ia harus kembali beraktivitas.
Jam di nakas menunjukkan tepat pukul delapan pagi. Seharusnya ia bisa tidur lebih lama, jika tidak karena ketukan di pintu sialan itu. Dari ketukan yang terdengar, perempuan itu sudah tahu siapa yang melakukannya. Jelas bukan ayah, ibu, atau adik laki-lakinya. Meskipun ibunya kerap berusaha membangunkannya, ia akan langsung membuka pintu kamar dan membuka jendela kamarnya lebar-lebar agar cahaya matahari masuk dengan sempurna. Ketukan tidak berhenti selama tiga kali. Dengan langkah berat, perempuan itu bangkit dari tempat tidurnya dan membuka pintu. Tebakannya tidak pernah meleset, sosok yang diduga benar-benar berdiri dengan senyum lebarnya.
"Ray, pinjem topi Hima Sasing lo dong, hari ini ada kegiatan. Topi gue ketinggalan di kos Hanbin, tapi Hanbin lagi keluar kota."
"Gak ada selamat pagi, manggil gue gak pake kak, lo ganggu jam tidur gue. Lo nyari perkara ya pagi-pagi?" balas perempuan itu dengan cukup sinis.
Laki-laki itu terkekeh. "Oke, gue ulang. Ekhem... Selamat pagi, kak Ray. Maaf mengganggu waktu tidurnya. Apakah saya boleh meminjam topi Himpunan Mahasiswa Sastra Inggris yang kakak punya? Karena topi saya tertinggal di kos teman saya."
Ray memutar bola matanya. Laki-laki itu memang cukup menyebalkan, namun dirinya tidak akan pernah bisa marah padanya. Ia selalu berhasil membuat Ray tersenyum lebar dengan candaan dan tingkah lakunya. Yah... walau tidak selalu terjadi, setidaknya laki-laki ini adalah sosok yang telah lama dikenalnya dan begitu baik hati padanya di segala kondisi.
"Topi gue kan udah ada namanya, mana dibordir lagi. Nanti kalau diliat sama temen-temen dan senior lo gimana? Nama lo itu Jaehyun, J A E H Y U N, bukan Ray."
"Ya... nggak apa sih, kak. Kalau ditanya ini topi siapa, ya tinggal gue bilang punya pacar gue."
Ucapan laki-laki itu sontak membuat Ray mendecak kesal dan menyentil kening laki-laki itu. "Gue bukan pacar lo! Nggak usah ngaku-ngaku. Gue gak mau naksir bocil kematian kaya lo."
"Kak Ray, gak bagus nolak rejeki tau. Kapan lagi bisa jadi pacar Myung Jaehyun yang keren ini? Seluruh orang di FIB—"
Ray membekap mulut Jaehyun sebelum ia berbicara lebih banyak. "Yeah, yeah, whatever you say. Take your hat and leave already."
Meskipun telah disentil dan dibekap oleh Ray, laki-laki itu seolah tidak mengalami efek apapun dan tetap berjalan-jalan di dalam kamar Ray. Jika Jaehyun adalah orang lain, mungkin Ray tidak akan mengizinkannya masuk ke kamarnya. Kamar Ray sendiri adalah tempat 'sakral' dimana dirinya mengasingkan diri dari dunia luar ketika lelah berinteraksi dengan orang lain. Ia bisa menghabiskan seharian penuh untuk membaca buku atau menonton film, dan dalam kondisi terparah ia tidak melakukan apapun.
Meskipun telah berulang kali ia katakan pada Jaehyun untuk tidak mengganggunya, Jaehyun dengan senyum lebar dan langkah ringan akan masuk dan melakukan apapun di kamar Ray. Keduanya telah bertetangga sejak kecil, kedua orang tua mereka mengenal baik satu sama lain. Ray telah melihat bagaimana Jaehyun tumbuh dari anak kecil yang penuh rasa ingin tahu yang menggemaskan hingga menjadi mahasiswa dengan energi yang tidak pernah habis.
Menyuruh Jaehyun pulang setelah mendapatkan apa yang ia inginkan adalah hal yang sia-sia. Lebih baik tidak berusaha sama sekali karena laki-laki itu tetap tidak akan mendengarkan. Kini Jaehyun duduk di lantai sembari melihat koleksi buku Ray dengan ekspresi bosannya.
"Ada acara apa di Hima?" tanya Ray.
"Persiapan outbond jurusan buat maahasiswa baru."
"Oh... outbond-nya kapan?"
"Next week. Dua hari lho. Jangan kangen pas gue pergi nanti ya."
Ray mendecak kesal. "Outbond-nya bisa selamanya aja gak? Biar hidup gue tenang. Ada lo di sini gue gak bisa tidur tenang, energi gue habis diserap sama lo."
Jaehyun menyunggingkan senyum nakalnya. Meskipun Ray berkata demikian, ia tahu bahwa Ray akan tetap menghubunginya ketika ia pergi jauh nanti. Bagaimana pun, Ray telah menganggap Jaehyun seperti adik sekaligus teman dekatnya sendiri. Perbedaan usia mereka hanya terpaut dua tahun. Jaehyun berusia 20, Ray berusia 22. Keduanya masuk SD, SMP, SMA, hingga kuliah di universitas dan jurusan yang sama—Sastra Inggris. Rasanya sulit untuk mengabaikan Jaehyun begitu saja.
Kini Jaehyun bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju pinggir kasur Ray untuk berhadapan dengan perempuan tersebut. Ditatapnya lekat-lekat perempuan yang tengah berbaring sembari bermain ponsel itu. Jika ditanya perasaan apa yang Jaehyun miliki untuk Ray, ia sendiri tak tahu. Perasaan romantis dan platonis yang ada dalam dirinya untuk Ray temboknya begitu tipis. Satu hal yang pasti, ia sangat bersyukur bisa mengenai Ray dengan baik di kehidupan ini.
"Lo kalau mau sesuatu bilang, jangan liatin gue kaya gitu."
"Oh, gue kira gak tau karena lo lagi main hape."
"Mau apa sih?"
"Nggak mau apa-apa. Cuma mau pamit aja. Makasih topinya, lo sangat membantu gue hari ini, kak. Nanti gue balikin."
"Oke, sama-sama. Udah sana balik. Prepare lah buat acara lo hari ini, jangan terlambat kalau gak mau kena omel kabid lo."
Jaehyun tersenyum sumringah. "Alright!"
Saat Ray mengira Jaehyun telah meninggalkan kamarnya sepenuhnya, kepala laki-laki itu muncul sedikit selama beberapa saat di pintu kamarnya sembari tersenyum tanpa mengatakan apapun. Setelah melambaikan tangannya, Ray dapat mendengar suara langkah kaki turun di tangga yang menandakan bahwa Jaehyun telah benar-benar pulang. Tetangga sebelah rumah yang berisik, namun akan selalu membuat Ray merasa bahwa ia sedang berada di rumahnya sendiri, begitu nyaman dan familiar.
「 ✦ Author's Message ✦ 」
Hi, Natsuki here! Enam chapter ke depan akan diisi oleh pengenalan seluruh peran boynextdoor di sini. Aku akan bikin mereka selokal mungkin di cerita ini, siapa tahu kalian bisa relate dan menemukan jagoan kalian dari enam pencari cinta sejati kita. Jangan lupa, hanya ada satu end game untuk Ray. So prepare yourself for the love, betrayal, and friendship. It will be a exciting ride.
KAMU SEDANG MEMBACA
replay ᯓᡣ𐭩 BOYNEXTDOOR
Fanfic© strayturtles, 2024 Ray tidak pernah menyangka di usia 22 tahun dirinya dikelilingi oleh laki-laki yang berusia lebih muda darinya. Mulai dari Jaehyun, tetangga sebelah rumahnya. Woonhak, anak SMA yang blak-blakan mencintainya. Sungho, rekan gymnya...