"Lo ngapain di sini?"
"Diminta tolong sama papa lo buat jemput lo, katanya mobil lo lagi masuk bengkel."
"Gue bisa naik ojek online sih sebenarnya. Tapi karena lo udah di sini... ya udah deh."
Laki-laki berambut panjang itu tersenyum lebar saat Ray tidak menolak kehadirannya. Ia selalu tahu bahwa Ray memang tidak pernah bisa menolak permintaannya. Laki-laki itu mengambil helm dari jok motornya dan memakaikannya pada Ray. Udara sore hari terasa tidak sepanas sebelumnya, sepertinya menghabiskan waktu di jalanan sekarang keputusan yang salah. Sebuah ide muncul di benak laki-laki itu.
"Kak, temenin yah," ucapnya dengan senyum manisnya.
Ray pun tidak bisa menyembunyikan ekspresi curiganya. "Mau liat ikan?"
Laki-laki itu terkekeh sembari mengangguk. Tebakan Ray tepat seratus persen. "Hehehe... liat-liat aja kok, gak beli. Kakak gak buru-buru kan? Nanti pulangnya gue traktir deh kak."
"Anak kecil mau sok-sokan traktir gue. Udah, buruan. Semakin sore semakin macet orang pulang kantor. Inget, jangan ngebut."
Bagaikan anak anjing yang kegirangan, ia mengangguk dengan semangat. Ternyata memang ada alasan mengapa ia begitu semangat untuk menjemput Ray, tentu saja tujuan utamanya adalah untuk kepentingannya sendiri, bukan untuk menjemput perempuan itu. Keduanya menyusuri jalanan sore hari yang padat dipenuhi oleh para pekerja yang akan kembali ke rumah masing-masing, pedagang malam hari yang baru akan berjualan, dan anak-anak yang tengah asyik berlari-lari di pinggir jalan.
Di atas vespa yang dikendarai laki-laki itu, Ray dapat menikmati angin yang berhembus melewatinya berpadu dengan aroma woody dari tubuh laki-laki di hadapannya. Terkadang aroma tubuh sosoknya bisa membuat Ray terlewat nyaman untuk berada di jarak yang dekat. Walau kerap menggunakan parfum yang berbeda-beda, Ray tahu betul bahwa laki-laki itu akan selalu memilih jenis aroma yang sama—woody. Jika ini adalah adegan film romansa, mungkin Ray sudah menempelkan kepalanya pada pundak laki-laki itu. Tapi ini bukanlah sebuah film. Ini adalah dunia nyata antara dirinya dan seorang laki-laki yang berusia tiga tahun lebih muda darinya. Ia tidak pernah tertarik pada sosok yang lebih muda.
"Leehan," panggil Ray.
"Kenapa, kak?"
"Kuliahnya gimana? Lancar? Ada kendala?" tanya Ray ketika mereka berada di lampu merah.
Leehan tersenyum saat Ray menanyakan hal tersebut. "Tadi ada mata kuliah geologi laut, kayanya itu mata kuliah favorit gue setelah biologi laut. Well... kalau boleh jujur, mata kuliah gue cukup susah. But somehow gue seneng-seneng aja jalaninnya. Apalagi lusa ada mata kuliah olahraga yang fokusnya berenang. Ah, it's really fun."
"Good to hear that."
Ray telah mengenal Leehan cukup lama, mungkin hampir satu dekade lamanya. Keduanya pertama kali bertemu saat keluarga Leehan berkunjung ke rumah Ray. Ayah Leehan dan ayah Ray adalah teman masa kecil hingga SMA. Setelah menetap di Singapura selama beberapa tahun, keluarga Leehan kembali untuk menetap di Indonesia. Ayah Ray banyak membantu proses kepindahan mereka. Selain itu, Leehan juga masuk ke kursus berenang yang sama dengan Ray atas saran ayah Ray.
Meskipun kini keduanya berteman dekat, pada awal pertemuan mereka, Leehan dan Ray sama-sama tidak menyukai satu sama lain. Di mata Leehan yang berusia sembilan tahun, Ray adalah senior menyebalkan di kursus renang yang selalu mengejeknya karena tidak bisa menang melawannya. Karena ejekan Ray, Leehan selalu berlatih keras dalam berenang untuk membuktikan bahwa Ray bisa ia kalahkan dengan mudah di kemudian hari. Namun belum sempat ia menantang Ray untuk berenang melawannya, Ray mengundurkan diri dari kursus renang karena harus fokus untuk klub volinya di SMP.
Awalnya Leehan merasa kesal karena ia tidak bisa membuktikan kehebatannya pada Ray, namun seiring berjalannya waktu, ia justru semakin menggemari olahraga itu hingga berhasil mengikuti banyak kompetisi dan meraih juara. Suatu hari Ray datang ke kompetisi Leehan untuk menemani ayahnya dan Ray mengakui kehebatan Leehan yang berhasil meraih juara.
Masih teringat dengan jelas di benak Leehan, hari itu ia harusnya merasa sombong dan puas akan pengakuan yang diberikan Ray. Entah bagaimana, hari itu Leehan justru tersipu saat Ray mengatakan bahwa dirinya hebat dan telah bekerja keras. Dendam yang ia miliki untuk Ray seolah menguap dan menghilang begitu saja. Selain itu, Leehan cukup terkejut dengan penampilan baru Ray setelah cukup lama mereka tidak bertemu. Saat itu Ray sudah duduk di bangku SMA.
Saat Ray menjabat tangan Leehan sebagai bentuk ucapan selamat atas kemenangannya, seolah ada aliran listrik yang mengalir melalui tubuhnya. Muncul perasaan kagum atas kehadiran Ray yang kini lebih dewasa darinya. Di kemudian hari, intensitas pertemuan mereka pun meningkat karena permintaan Leehan pada Ray untuk hadir dalam kompetisi renangnya. Ray pun selalu menyanggupi permintaan laki-laki tersebut. Kedua orang tua mereka senang, pada akhirnya anak mereka tidak lagi membenci satu sama lain.
"Gue gak pernah liat orang yang konsisten abis kaya lo masalah IKAN," ucap Ray saat mereka sudah berada di toko penjual ikan.
"Is it bad or good thing, kak?"
"It's not a bad thing. At least, kegiatan lo positif."
"Exactly," ucap Leehan sembari menyunggingkan bibirnya.
Satu hal yang Ray paham betul mengenai hobi Leehan adalah bagaimana laki-laki itu bisa melupakan dunia di sekitarnya ketika bertemu dengan ikan-ikan yang menarik perhatiannya. Ia bahkan tidak peduli jika ada perempuan paling cantik di dunia jika ikan yang menarik perhatiannya sedang berenang dengan lihai di hadapan matanya. Ia bisa menatap akuarium dimana pun selama lebih dari sepuluh menit. Tak jarang penjual di toko harus menegur dirinya yang menghalangi pembeli lain.
"Leehan, kayanya yang ini lucu de—lho, Leehan mana anjir?"
Yap. Leehan menghilang. Baru beberapa saat yang lalu ia berada di sisi Ray. Perempuan itu menghela napas kesal. Gue tunggu di kursi tunggu aja deh, ucapnya dalam hati. Mencari laki-laki itu tidak ada gunanya. Baru ditemukan, ia bisa menghilang kembali hanya dalam satu kedipan. Sepuluh menit kemudian, laki-laki itu muncul dengan sebuah plastic berisi air di tangannya. Senyumnya sangat lebar ketika dirinya berjalan membawa dua plastik tersebut.
"Oh, ini katanya yang cuma mau liat-liat aja," sindir Ray.
"Kata mas-mas yang jual melihat berarti membeli."
"Sesat tuh mas-masnya."
Sembari menaruh plastik berisi ikan dengan sangat hati-hati, Leehan mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Dua buah gantungan kunci boneka berbentuk ikan. Lucu, selera Leehan banget, pikir Ray. "Tadi gue beli ini, lucu. Satu buat lo ya, kak. Gue yang biru, lo yang kuning."
"Lho, couple-an anjir."
"Memang," jawab Leehan sembari terkekeh. "Nanti kalau ditanya siapa yang kasih, jawab Leehan, gitu ya. Kalau ditanya lagi Leehan siapa, bilang cowok paling cakep sedunia."
Ray memukul bahu laki-laki itu. "Dih, kepedean banget! Tapi... thanks hadiahnya. Gue bakal jaga baik-baik hehe."
Walaupun keduanya tidak memiliki hubungan romantis, Leehan selalu menghargai Ray. Ia tahu bahwa Ray tidak terlalu tertarik dengan hobi Leehan, namun perempuan itu tetap bersedia dengan senang hati menemaninya. Leehan selalu memberikan tanda terima kasih dalam bentuk apapun pada Ray selama ini. Ray akan selalu menyimpan baik-baik seluruh hadiah yang Leehan berikan padanya sebagai ucapan terima kasih kembalinya.
Kak, little do you know, I'm glad I meet you in this lifetime.
Tentu saja itu adalah kalimat yang tak pernah terucap secara lantang dari mulut Leehan.
KAMU SEDANG MEMBACA
replay ᯓᡣ𐭩 BOYNEXTDOOR
Fiksi Penggemar© strayturtles, 2024 Ray tidak pernah menyangka di usia 22 tahun dirinya dikelilingi oleh laki-laki yang berusia lebih muda darinya. Mulai dari Jaehyun, tetangga sebelah rumahnya. Woonhak, anak SMA yang blak-blakan mencintainya. Sungho, rekan gymnya...