bab 3 ( cuprit & caprit )

2 0 0
                                    

" Kenali dirimu sendiri sebaik mungkin. Jangan sampai orang lain yang menjelaskan siapa kamu yang sebenarnya "

~ Daud Antonius ~

.
.
.
.
.
.




" Bunda... Jangan.. " Aqila terbangun dari tidurnya itu ketika mimpi itu kembali datang dalam tidurnya.

" Ckkk... Mimpi itu lagi.. " decaknya.

Sebuah ketukan terdengar di kamarnya membuat Aqila memutarkan bola mata malasnya. " Apa? "

" Ayo makan kak. Ibu udah masak makanan kesukaan kakak " sela Kartika purnama, dia adalah adik Aqila yang selisih hanya 5 bulan saja dengannya.

" Gue sibuk, Lo makan aja makanannya gue gak selera " setelah berbicara singkat Aqila kembali menutup pintu kamarnya itu dengan sedikit keras.

" Astagfirullahaladzim... " Gumam sela. Dan sela pun memilih kembali ke bawah untuk mambantu ibunya.

" Gimana sel? Kakak kamu mau ikut makan? " Tanya Atika sembari menyiapkan makanan di meja makan.

" Gak Bu, katanya gak selera makan. " Mendengar itu Atika pun hanya bisa menghela nafasnya.

" Yasudah kita makan aja. Panggilkan ayah kamu suruh ayah ikut makan bareng sama kita " sela pun menurut dan pergi ke kamar sang ayah untuk mengajak makan bersama.

" Yah... Ayo kita makan "

" Iya sebentar... " Irwan dengan setelan jasnya keluar dari kamarnya. " Ayo sayang.. "

" Ayo mas makan... " Atika pun menyiapkan makanan untuk suaminya.

" Dimana Aqila Bu? Dia gak ikut makan lagi? " Irwan bertanya kemana anaknya yang pertama itu. Apa lagi lagi dia menghindar darinya?

" Katanya dia gak selera mas sama masakan ibu. Tapi gapapa nanti ibu sisihkan makanan buat dia siapa tau nanti dia lapar kan "

" Anak itu ya.. masih saja dengan sifat keras kepalanya itu. Seharusnya dia lupakan saja kejadian itu. Sudah bertahun tahun juga dia masih saja seperti itu. Trus untuk apa kita pindah dari desa itu kalau dia tetap dengan pendiriannya itu. " Sembari memakan makanannya Irwan menggelengkan kepalanya memikirkan anak pertamanya itu.

" Sudahlah mas, kamu tidak perlu memikirkan Aqila. Pikirkan saja kesehatan kamu " ucapnya yang khawatir dengan kondisi kesehatan suaminya. Yang memang selama beberapa tahun ini kesehatan Irwan menurun karena terlalu banyak pikiran.

" Iya... " Irwan pun memilih untuk tidak memperpanjang masalah itu karena memikirkan kesehatannya.

Beberapa menit kemudian Aqila turun dari kamarnya itu dengan memakai seragam SMA nya. Sang adik pun bertanya " kak Aqila mau berangkat sekolah sekarang? Kita bareng ya, aku mau nebeng sama kakak " belum saja Aqila menjawab sela sudah siap dengan tasnya.

" Berangkat sendiri " tanpa menghiraukan perasaan adiknya Aqila pun melengos begitu saja.

" Aqila... " Irwan memanggil anak pertamanya itu dengan nada yang sedikit tinggi.

Aqila acuh tidak memperdulikan teriakan ayahnya itu. Dan tanpa menunggu lama lagi Aqila langsung menjalankan motornya itu.

" Udah ya sela kamu harus maklum sama kakak kamu " ucap sang ibu menenangkan anaknya.

" Iya Bu aku gapapa kok... Kalo gitu aku berangkat sekarang ya Bu, yah soalnya aku piket hari ini " sela pun berpamitan pada kedua orangtuanya dengan mencium tangan mereka.

" Assalamualaikum"

" Waalaikumsallam"

...

Aqila saat ini tengah duduk tenang di taman belakang sekolahnya. Entah apa yang dia pikirkan sampai sampai dia tidak tau kedatangan para sahabatnya itu. " Woy... Ngelamun aja Lo " salah satu temannya berteriak di samping Aqila, membuat dirinya memutar bola mata malasnya.

" CK... " Aqila hanya berdecak kala sahabatnya itu ada. 'Ah ayolah gue hanya perlu sendiri dan ketenangan sekarang' pikirnya.

" Lo udah sarapan qil? " Tanyanya.

" Hmm... " Karna malas Aqila hanya menjawab deheman saja.

" Gue nanya bener loh sama Lo " orang itu rupanya memiliki kesabaran yang setipis tisu terhadap Aqila. Coba bayangkan jika mempunyai teman yang setiap kali diajak bicara selalu berbicara singkat, naik sudah tensi ini.

" Ckk... Gue udah makan Delisa Haruna Wijaya " dengan nada kesalnya Aqila menjawab dengan memanggil lengkap nama sahabatnya yang satu itu. ' wah kalo udah sebut nama panjang gue berabe ini ' gumam Delisa dalam hatinya.

" Hehee... Abisnya Lo kalo tiap kali gue ajak ngobrol gk pernah bener "

" Serah Lo deh... Dimana tuh anak curut satu Napa gak bareng sama Lo? " Aqila menanyakan sahabatnya ketika melihat Delisa tidak datang dengan sahabatnya yang lain. ' sorry yaa bukannya gue kangen sama tu anak, tapi gue khawatir dia digondol setan pas di jalan '

" Tumben Lo... Kangen yaa Lo sama si cuprit " dengan nada sedikit menggoda Delisa merayu sahabatnya itu. ' ah ayolah baru aja gue bilang, tapi dia malah bahas itu"

" Males ngomong gue sama Lo " saking setipisnya tisu Aqila, Aqila memilih mengalah saja jika harus berduaan dengan anak pak Ganjar ini. Aqila harap si cuprit itu bisa cepat cepat datang untuk menjadi penengah antara dia dengan Delisa.

" Halo gays.... Gimana kabar kalian hari ini? Semua Bae bae ajakan "
bertambahlah satu orang lagi yang bisa menghancurkan kesabaran Aqila. " Eh tong... Bisa gak sih Lo kalo tiap kali datang gak selalu teriak teriak kaya gini. Pengang nih kuping gue " tegur Delisa dengan nada kesalnya.

" Wahai Sohibku yang Bae... Jika sewaktu nanti gue gak ada Lo pada bakal kangen teriakan gue, jdi kalian bersyukur lah mempunyai teman seperti gue " orang di sebut si entong itu dengan percaya dirinya mebanggakan dirinya. ' enak aja Lo panggil gue entong, inget inget nama gue ya. Gue itu Vita Marissa Saquella sahabat mereka yang paling cantik.. '

" Tuh qil si cuprit, tumbenan dia bareng si caprit " Delisa menunjuk si cuprit caprit itu dengan dagunya.

" Kenapa nih? Pada nunggu gue yaa " ucap percaya diri si caprit itu, eh ralat nama dia Irgi fahrezi Fikar.

" Yeeee kepedean banget Lo " sahut Vita.

" Prit Lo udah kerjain pr Lo belom? Gue mau liat jawabannya " ucap Aqila pada sahabat ganteng kalemnya itu tanpa menghiraukan ocehan mereka bertiga.

" Ckk... Panggil gue Gino qil. Gue gak suka panggilan itu kesannya kaya curut kejepit tau gak " orang yang memanggil dirinya Gino itu rupanya masih mengeluh dengan panggilan sayang mereka. ' oke kenalin gue Gino Ferdinando, orang bilang sih gue cuek dan jutek. Tapi kalo sama ni mereka berempat gue kecualiin deh. Tapi, jangan lupakan kalemnya biar keliatan cool gitu yaga '

Mereka berempat pun tertawa mendengar keluhan dari sahabat kalemnya ini. " Ini yang namanya kalem? Dipanggil cuprit aja ngeluhnya kaya bocah minta jajan " ucap Delisa dengan tawanya.

" Hmm serah Lo deh, mana sini liat tugasnya gue lupa soalnya " Gino pun memberikan buku tugasnya pada Aqila. Dan yaps, buku itu langsung diserbu oleh ketiga sahabatnya lagi.

Gino menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku para sahabatnya itu " Ckk... Ckk.. ckk... Kalian ini kebiasaan. Lain kali biasain kerjain tugas kalian "

" Kalau ini gue alesannya sama kaya qila, gue semalem lupa hehe... " Delisa dengan tanpa dosanya menunjukkan giginya.

" Kalo gue.. gue gak bisa ngerjain tugasnya soalnya susah " timpal Vita.

" Kalo gue... Lo tau lah gue males ngerjain kalo soal tugas ginian " terakhir Irgi dengan alasan yang masih sama sejak dulu.

" Pokoknya ini terakhir gue kasih contekan sama Lo pada... "

" Gak bisa gitu... Ruuuugiiii donggg... " Ucap ketiga temannya itu bersamaan kecuali Aqila yang memilih fokus mengerjakan tugasnya.

" Enak aja... Gue yang rugi.. "

" Aqila " pelipur laraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang