BAB 1

15 0 0
                                    

KETUKAN pintu menghentikan pembacaan Nadwa. Wajah sang ibu menyapa pandangan ketika menghampiri katil anak perempuannya. Nadwa terus menegur tatkala lihat wajah
muram mamanya. Lantas bahu wanita itu ditarik rapat.

"Are you okay?" tanya Nadwa.

"Did Izz call you? He went out in the evening and didn't come back until now." ujar Adelina. Nadwa mengeluh pendek. Jam dinding dilirik sepintas lalu. Pukul 1 pagi.

"Mama don't worry. Izz will be back later."

"But-" Adelina sangat risaukan keselamatan anak-anak terutama bila balik lewat tanpa beritahu sebab.

"If he still hasn't come home, I'll go out and look for him myself," pujuk Nadwa agar Adelina tidak risau lagi.

"Mama doesn't want Izz to be scolded by papa. Make sure he comes back before papa notices." Nadwa angguk faham dan senyum kepada Adelina.

"Okay ma."

Sebaik kelibat Adelina hilang, gugusan kunci bersama cardigan hitam. Baik pergi cari adiknya yang degil Nauzubillah.

Kereta Honda HR-V dipandu keluar melepasi pagar rumah menuju ke suatu tempat. Handbrake ditarik setelah tiba di tempat tujuan.

Bibir mengeluh paksa. Rimas kerana perlu masuk ke tempat ini. Mata liar melihat kawasan sekeliling mencari seseorang.

Setelah jumpa lantas kaki membuka langkah mendapatkan lelaki muda yang sedang mabuk. Dua orang perempuan berada disisi lelaki muda itu. Lihat dari cara pemakaian buat Nadwa menyampah.

"Izzvan Malique!" Lebar senyuman izzvan melihat kelibat kakaknya disitu.

"Who is she?" tanya salah seorang perempuan seksi yang bersama Izzvan.

"My sister..." Izzvan menyambut kedatangan si kakak namun dapat jelingan tajam.

"Mama should have called but you didn't pick up. Apparently you were busy with a slut near the club." Nada dikuatkan melawan lagu dalam kelab itu. Mana tak berang dari pagi adiknya keluar tak balik sampai sekarang.

Bibir menarik senyuman sinis. Bahu perempuan seksi dipaut hadapan kakaknya tanpa rasa malu. Dibelai kedua perempuan itu dengan lembut sekali. Air kencing syaitan diteguk dengan rakus.

"I don't expect that old hag remembers me."

Pang!

"Don't burn my blood with your attitude," hamun Nadwa tanpa berfikir. Sikap Izzvan saban hari sangat menyakitkan hati.

"You slapped me? How dare you!"

Belum sempat pipi kena tampar, Nadwa terlebih dahulu cucuk picagari pada leher Izzvan. Tubuh Izzvan jadi lemah lalu pengsan. Nadwa memberikan isyarat pada dua orang lelaki berbadan tegap yang dipercayai bodyguard Izzvan. Terus tubuh lemah Izzvan kena heret keluar dari kelab. Nadwa ikut dari belakang.

PAGI. Suasana di ruang tamu tegang dengan aura dingin dari sang ayah dan anak lelaki. Ingatkan Izzvan terlepas rupanya tidak kerana Alter Henderson tahu lelaki itu pergi mana.

"Useless!" Alter bertindak menumbuk perut anak lelakinya tanpa belas ihsan sebelum kena tendang berulang kali.

Adelina mampu tengok sahaja Izzvan kena pukul. Jika halang sekali pun pasti suaminya marah teruk. Nadwa berani tampil mendekati walaupun Adelina menghalang.

"Pa, stop it!" Nadwa lindung Izzvan dengan tubuhnya sendiri. Kakak mana yang ingin melihat adiknya kesakitan.

"Move!" tepik Alter.

"No! I don't want!" tegas Nadwa.

Alter mendengus kasar. Dia memandang Izzvan yang terbaring dengan tajam.

"I want you both follow us to Malaysia this evening too," kata Alter.

"Yes, pa."

Sebaik Nadwa berkata begitu Alter naik ke tingkat atas meninggalkan mereka bertiga. Lantas Adelina mendapatkan kedua anaknya.

"Dumbass!" hamun Izzvan sambil bangkit meninggalkan dua orang tersebut.

Nadwa diam perhatikan pergerakan Izzvan. Adelina mendekati si anak.

"Thank you, Nadwa," ucap Adelina sambil mengelus lembut pipi Nadwa.

Nadwa balas dengan senyuman bersama anggukan.

Adelina kagum dengan Nadwa. Walaupun sekadar hubungan adik beradik angkat tapi gadis itu sanggup melindungi Izzvan.

MR MAFIA MISS ASSASSIN (EBOOK) REVAMPWhere stories live. Discover now