Chapter 1.2 - Bunga

12 3 9
                                    

“Bung, lu blom tidur yah dari kemaren?!” tanya Luna khawatir. Luna adalah temanku semenjak SMA. Dia temanku satu-satunya. “eh, aku? Aku baik-baik aja kok, Lun. Udah biasaaa santai ajaaaaa.” Jawabku dengan santai. Sebenarnya di bilang kalau diriku baik-baik saja juga enggak bener sih. Dikit lagi gila aja.

Dari hasil kerja kerasku begadang dan tidak tidur hari ini malah dapat nilai 60. Ingin sekali diriku menampar dosenku. Apa daya nanti kena D.O, nangis. Ya sudahlah, pasrahkan kepada Tuhan saja udah. Cape banget. Mau teriak. Untung saja Luna datang sambil menunjukkan nilai nirmananya sama dengan diriku. Kamipun tertawa lepas dengan penuh penderitaan. Entah apakah masuk jurusan DKV ini jalan yang benar atau salah. Bodo amat, nanti juga tiba-tiba lulus sendiri.

“Bunga, malam ini lu free?” aku kaget karena tiba-tiba Luna menanyakan ini kepadaku. “keknya free aja deh, emang kenapa, Lun?” Jawabku keheranan. “ada deh! Nanti lu bakalan gua jemput jam 8 malam ini!” Luna terlihat sangat bersemangat mengatakan hal itu. Entah itu rencana baik atau buruk yang dibuatkan Luna khusus untukku tapi ya sudahlah.
Tak terasa hari sudah mulai menunjukan pukul 1 siang. Cuaca di jogja saat ini sangat panas. Pengen mandi pake es batu saking panasnya. Untung saja kantin kampusku jualan es campur hari ini. Seger banget, pengen banget rasanya nih es campur aku siram ke kepalaku. Lama-lama aku pindah ke kutup utara juga kalau begini. Setelah di pikir-pikir kenapa Luna tadi tiba-tiba mengajak diriku kesuatu tempat? Apakah aku terlalu nolep? Mungkin iya...

Jujur, temanku hanya Luna. Aku susah untuk bergaul dengan orang lain, mengingat namanya saja aku sangat kesusahan. Tapi aku akan mencoba ajakan Luna, aku harus berubah.


***


Malam hari pun akhirnya tiba, aku dengan dandanan terindahku mencoba untuk percaya diri dengan penampilanku. Aku takut penampilanku terlihat aneh di mata orang-orang saat berada di pesta nanti. Takut. Sudah lama aku tidak berpenampilan seperti ini, biasa aku berpenampilan seadanya yang penting masih layak untuk di lihat. Hahaha,siapa juga yang mau sama diriku kalau aku berpenampilan seperti ini? Enggak ada. Semoga saja tidak ada kejadian yang enggak aku suka terjadi saat berada di pesta nanti. Aku hanya bisa berfikir buruk saat ini, entahlah hanya pirasat buruk yang ada. Ayolah Bunga! Kamu tidak apa-apa. Semua akan baik-baik saja.

Tunggu kalau semua anak kampus ada di pesta ini. Berarti... Senja datang dong? Senja... SENJA DATANG?! Kalau beneran bisa gila. Malahan udah mau gila. Tapi, dia bakalan suka penampilan aku enggak yah? Ah, enggak mungkin. Penampilan aku aja keliatan banget culunnya.



*TIN TINNNNN



Luna membuyarkan lamunanku dan isi pikiranku seketika kosong dan “WOY SABAR NAPA!” amarah yang tidak bisa ku pendam lagi. Sebel banget sama ni anak, kaga sabaran banget main klakson ae, yang kena marah malah diriku. Lebih baik diriku bergegas menghampiri Luna, kalau telat dikit bisa-bisa kos aku yang di tabraknya. “Lama amat sih, mikirin Sen-“ tanyanya. reflek menutup mulut bawelnya itu dan “ah apaan sih!” Luna hanya menatapku dengan tatapan mengejeknya itu. Berasa pengen aku jual si Tuna ini. Kesel banget.

“Udah-udah! Ayo buruan nanti telat!”

“iyah sayangku, cintaku, sewot amat entar di kiss abang mamat loh~”

“HEH!”

Dari pada makin badmood mending aku langsung naik aja ke motornya. Udah pake dress malah di ajak motoran. Ya Tuhan, harus bersabar pakai gaya apa lagi hamba ini. Tidak lama kemudian kami mulai berkendara ke pesta itu, gila sih kata aku. Luna kalau mau mati ngajak-ngajak soalnya, CEPET BANGET LU DI KEJAR SIAPA SIH LUN?!

Beberapa menit kemudian kamipun sampai di gedung tempat pesta itu di selenggarakan, padahal jarak dari kos aku sampai ke sini sekitar 30 menit tapi hebatnya dalam waktu kurang dari 15 menit aja kita udah sampai. Gila sih, pembalap sejadi beliau ini. Sesampainya kami di sana, aku melihat sesosok yang sangat ku kenali...

“tunggu... kayak kenal... SENJA!?"

Tampa ku sadari sesosok itu malah menatapku dan diriku langsung membawa Luna pergi berlari. Luna hanya menertawakan diriku, kampret banget pake teriak segala tadi, semoga dia tidak sadar akan keberadaanku di pesta ini. MANA BISA ORANG DIA TADI NENGOK KEARAH KU WAKTU ENGGAK SENGAJA TERIAK NAMA DIA. Bodoh banget sih lu jadi orang Bunga.

“HAHAHAHAHAHA baru kena tengok bentar ae lu lari.”

“ya iyalah lari bego! masa aku samperin?!”

“ha elah gitu doang, cemen lu.”

Dengan sangat emosi akupun mengajukan jari tengah padanya. Luna tetap saja menertawakanku sampai-sampai air matanya mengucur. Besok aku jual ni anak. Tak lama kemudian Luna menarikku keluar dari tempat persembunyian dan menyeretku ke arah pintu masuk. Aku hanya bisa pasrah walaupun tadi diriku sedikit memberontak. Mau bagaimanapun aku tidak bisa terus bersembunyi, Senja juga pasti akan mengetahui bahwa diriku menyukainya. Seandainya saja penampilanku seperti para anak populer lainnya...





[Catatan Author]

Waduh kira2 apa yang bakalan terjadi nih? >///<

Beri dukungan kaliam dengan vote atau komen yahh!

muach <3

Senja MerinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang