Di lihat dari mata Senja, dia terlihat seperti sedang jatuh cinta. Mungkin dia sedang jatuh cinta kepada Tia. Galau banget kalau mikirin mereka beneran sedang kasmaran. Aku kapan yah di cintai dengan hebat kayak di novel-novel. Aku cuman bisa menahan rasa cinta ini selama bertahun-tahun entah kapan diriku ini menyatakannya kepada Senja.
“Lu mikirin apa, Bung? Melamun mulu.” Luna kembali menyadarkanku. “pulang yuk... aku enggak enak badan ini.” Ujarku dengan suara yang lesu dan lirih. “Meriang liat Tia ama Senja lu? Hadeh, Bung ayolah! Confess aja sudah!” mataku terbelalak mendengar perkataan Luna. Confess emang kedengan mudah tapi itu sangat tidak mudah untukku. “Gila lu!” Aku reflek menatap Luna sinis dan langsung pergi dari hadapannya. Aku kesal, tapi bukan ke Luna tapi kepada diriku sendiri.
Aku keluar dari pesta itu lewat pintu belakang dan hanya bisa berdiam di sana. Pikiranku kacau lagi. Aku sedih, matah, kecewa dengan diriku sendiri. Hampir saja diriku memukul kepalaku, namun sesosok tangan menahanku. Tangan Senja.
“Lu enggak apa-apa?” Raut wajah Senja terlihat sangat khawatir. Dia menatapku dengan sangat lirih. “... Enggak apa-apa kok.” Aku hanya bisa memalingkan wajahku, aku enggan menatap wajahnya. Seketika Senja menarik tanganku, dia menarikku ke arah tempat parkir. Tak berselang lama kami sampai di sebuah mobil. Mobil miliknya. Dia membukakan pintu mobilnya untukku dan dia berkata “Masuk. Gua anter pulang.” Aku sontak kaget dengan perkatannya, sebelum diriku bisa membalas perkataannya dia sudah menuntunku untuk duduk dan kembali menutup pintu mobilnya. Aku hanya bisa mematung.“Udah santai aja, enggak bakalan gua culik kok. Tadi gua udah minta ke Luna buat ngasih alamat rumah lu, gua anterin pulang yah?” Suaranya begitu lembut sampai-sampai diriku hanya bisa mengangguk pelan padanya. Di perjalanan pulang suasana mobil sangat hening dan canggung. Senja terlihat sangat fokus dan juga dia terlihat sangat menawan. Tampa ku sadari aku terus melihatnya dan membuatnya sadar akan hal itu.
“Sorry ya, tiba-tiba nganterin lu pulang... Gua beneran enggak bakalan nyulik kok, suer, gua cuma khawatir aja sama lu.”
“hahaha.. santai aja, selagi kamu enggak nyulik aku beneran hahaha”
“Kalau boleh, udah pasti gua culik sih.”
“... Eh?”
“Lupain aja... Cuman bercanda kok.”
TUNGGU DULU...KENAPA SEORANG SENJA MAU MENCULIK DIRIKU?!?!
Shock berat saat mendengarkan itu. Apa aku ada salah sama Tia? Kalau iya bahaya banget. Bisa-bisa Senja bakalan menyuruhku untuk menjauhi mereka. Gila. Aku hanya bisa terdiam. Kalau bisa aku buka nih pintu mobil, bakalan aku buka sih. Bodo amat kalau nanti aku guling-guling di aspal yang penting aku selamat.
***
Akhirnya kami sampai di depan kos-kosan ku. Setelah dia buka kunci pintu mobilnya diriku langsung berlari ke kamar kos ku. Aku berlari sangat cepat sampai-sampai diriku terjatuh. Senja melihat semua kejadian itu dan dia terlihat tertawa kecil. MALU BANGET ANJRIT. Untungnya besok aku enggak ada jadwal kuliah, kalau ad jadwal kuliah mau di taro di mana mukaku ini.*TING
Handphoneku tiba-tiba berbunyi saat diriku sudah rebahan di dalam kamar. Sebuah notifikasi dari nomor togel tiba-tiba mengirimkan sebuah pesan. Aku membukanya dan diriku langsung terkejut seakan tidak percaya kalau aku beneran tidak sedang bermimpi.
[Chatatan Author]
Maaf yah kalau terkesan pendek tapi di chapter 1.5 nanti bakalan aku panjangin kok ^^ makanya chapter 1.5 aku tunda dulu peng-upload-annya hehe nanti bakalan lebih seru loch staytuned yach
Muach <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Merindu
Roman d'amourSenja adalah hal yang paling indah dan menenangkan bagi sebagian orang, kadang senja bisa menjadi tempat bercerita saat sedang sedih maupun senang. Mereka selalu ada setiap hari sampai dunia ini berakhir. Senja menjadi tempat cerita untuk seseorang...