11. Quarrel

6 0 0
                                    

Suasana di lingkungan Normal Alexandria University setiap harinya selalu ramai, sistem asrama yang diberlakukan oleh pihak kampus menjadikan mahasiswanya lebih fokus berkegiatan di dalam kampus. Meskipun libur, sebenarnya tidak ada yang benar-benar menganggur di lingkungan kampus tersebut, kecuali libur panjang semacam liburan semester. Kampus seluas puluhan hektar ini selalu produktif.

Gavi, Alvyn, dan Kilik kembali ke asrama seraya berlari, hujan yang cukup deras melanda. Ketiganya melewatkan makan siang.

"Vyn, kau dekat dengan Allecia, kan?" tanya Gavi seraya mengeringkan rambunya dengan handuk. "Tolong tanyakan padanya, hari apa saja Lea pergi ke perkampungan ceri."

"Akhir pekan, aku sudah tahu itu," jawab Alvyn enteng seraya membuka seluruh pakaiannya dan berganti.

Gavi mengernyitkan dahinya. "Bagaimana kau tahu?"

"Ketika aku melakukan pelatihan di club atletik cabang lari, aku selalu melihat Lea berjalan kaki menuju perkampungan ceri dan itu selalu terjadi sekitar hari sabtu atau minggu." Alvyn tahu betul terkait aktivitas Lea di akhir pekan.

Gavi yang mendengar hal itu sedikit skeptis karena ia berpikir sejak kapan Alvyn ikut club atletik. Alvyn adalah tipe orang pemalas, meskipun badan dia bagus, tetapi dirinya tidak pernah olahraga. Gavi sendiri tahu betul soal Alvyn karena mereka sudah bersahabat sejak kecil.

Gavi memastikan pada Kilik terkait kebenaran Alvyn mengikuti club. Jawaban Kilik membuat Gavi semakin keheranan, benar ternyata Alvyn ikut club atletik. Tidak ingin berlarut memikirkan itu, Gavi segera merebakan dirinya di kasur kemudian terlelap.

"Vyn, coba lihat mataku, agak perih." Tiba-tiba Kilik mengarahkan wajahnya ke Alvyn.

"Astaga, tidur ... kau harus tidur, Kilik. Kau tidak bisa terus meminum pil itu untuk menutupi mata aslimu." Alvyn yang sasah sambil menggoyang-goyangkan tubuh Gavi.

Gavi yang baru memejamkan matanya lima detik itu langsung tersentak. "Kilik! Kau, sial ... di mana kau simpan Choco?" Lelaki itu melihat ke seisi ruangan.

Kilik menujuk ke arah kolong tempat tidurnya. Gavi langsung loncat dan meraih sangkar kotak berisikan Choco yang tertidur.

"Cepat, kau harus tidur, Kilik." Gavi mengeluarkan Choco dan meletakannya di depan Kilik.

"Transpo!" Kilik mengusap Choco kemudian tertidur.

"Meskipun Choco bangun dan berisik, ini lebih baik daripada mata teman kita copot," ujar Alvyn seraya memposisikan Kilik berbaring di tempat tidurnya.

Sebenarnya beberapa minggu yang lalu Choco sudah bangun dari tidurnya, tetapi Kilik terus menerus mentransfer kekuatannya untuk membuat kelelawar cerewet itu tidur. Jadi, sebagai gantinya dialah yang tidak tidur selama lebih dari tiga bulan ini.

Kondisi mata Kilik yang sebenarnya adalah sangat merah, mengeluarkan darah, dan bola matanya hampir keluar. Alasan setiap hari Kilik meminum pil merah miliknya untuk menetralisir pertaruhannya.

"Lihat, si bodoh itu akhirnya tidur seperti mayat." Gavi mengatakan itu sambil mengelus-elus Choco dengan lembut.

-----oo-----

Tugas yang menumpuk menjadikan gadis ambisius ini semangat. Dirinya tidak henti membaca buku di perpustakaan. Tempat itu untungnya buka untuk setiap hari penuh. Mau bagaimanapun Lea tetaplah manusia yang memiliki rasa lelah, sehingga dia pergi ke tempat peristirahatan perpustakaan.

Lea berjalan dengan santai sambil membawa buku sakunya. Setelah memesan kopi, Lea mencari tempat duduk di samping jendela. Melihat ke arah luar dan mendapati tiga laki-laki yang berlarian di bawah derasnya hujan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GAVITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang