Bagaimana bisa Ayaz tahu?
Namun Athalia tidak mungkin mengiyakannya. Maka dari itu, Athalia menjawabnya dengan gelengan kepala.
“Hubungan khusus seperti apa yang Anda maksud? Hubunganku dengan Tuan Mahesa hanyalah boss dan sekretaris,” jawab Athalia gugup.
Ayaz malah menyeringai. “Really? Hanya boss dan sekretaris?” wajah Ayaz tampak tak percaya.
“Apa menurutmu boss dan sekretaris akan tinggal di dalam apartmen yang sama?”
Athalia kembali terkejut, perasaannya semakin tidak enak sekarang. Tidak salah lagi, Ayaz memang mengetahui tentang hubungannya dengan Mahesa.
‘Ya ampun! Pasti Bianca yang memberitahukannya pada Ayaz. Dulu Bianca pernah memergokiku ada di apartmen Mahesa,’ ucap Athalia dalam batinnya.
“Tidak perlu malu mengatakannya padaku, Athalia. It’s oke. Aku mengerti kalau Mahesa mungkin saja sedang membutuhkan hiburan. Maka dari itu dia memintamu untuk menemani tidurnya. Tapi bolehkan aku tahu, berapa Mahesa membayar tubuhmu?” Ayaz sengaja berbisik di akhir kalimatnya.
Kedua tangan Athalia mengepal di atas paha, ia merasa sangat terhina mendengar pertanyaan Ayaz.
“Kenapa diam, Athalia? Katakan saja. Kau tahu kalau aku tidak ingin berniat jahat padamu. Aku hanya ingin tahu ada apa di antara kau dengan Mahesa. Itu saja.”
Athalia menarik napasnya dalam, menahan kekesalan yang mengumpul dalam hatinya.
“Maaf, Tuan Ayaz. Aku ingin pergi ke toilet. Permisi!” baru saja Athalia bangkit dan akan menghindar.
Namun Ayaz lebih cepat menahan pergelangan tangannya.
“Eitss. Tunggu dulu! Aku belum selesai bicara, Athalia.” Ayaz pun berdiri, tangannya masih memegangi pergelangan tangan Athalia agar wanita itu tidak lari.
“Apapun yang Anda katakan dan tanyakan, aku tidak ingin menjawabnya!” tegas Athalia, berusaha menarik tangannya dari cekalan tangan Ayaz yang kuat.
Sekarang Athalia menyesal, mengapa ia membiarkan Mahesa meninggalkannya sendirian. Ia tidak tahu kalau Ayaz akan datang dan mengganggunya.
“Kenapa kau marah, Athalia? Aku hanya bertanya baik-baik. Aku iri pada Mahesa. Mengapa dia bisa memiliki sekretaris yang cantik sepertimu,” kata Ayaz.
“Tuan Ayaz. Aku masih berusaha menghormati Anda. Tolong lepaskan tanganku!” Athalia terus mencoba melepaskan tangannya.
Ayaz malah menarik sebelah ujung bibirnya, tersenyum miring. Lalu ia mendekati wajah Athalia dan berbisik di telinganya.
“Jika nanti Mahesa sudah bosan denganmu, jangan sungkan beritahu aku. Aku juga ingin merasakan tubuhmu yang sangat menggoda itu, Athalia.”
Mata Athalia membeliak mendengar bisikan Ayaz. Pipinya langsung memanas. Athalia benar- benar merasa direndahkan oleh lelaki itu.
Maka dengan kuat, ia menyentak tangan Ayaz dan kali ini membuat pegangan tangan mereka terlepas.
Athalia hanya menatap kesal pada Ayaz yang melempar senyum padanya. Tanpa kata, Athalia segera berlari kecil menghindari lelaki itu. Kakinya terus berjalan menerobos para tamu yang saat ini sedang asyik berdansa dengan diiringi lantunan lagu-lagu klasik.
Masa bodo. Athalia terus melangkah tanpa arah. Yang penting ia harus menghindari lelaki itu.
“Aku pikir Tuan Ayaz itu lelaki yang baik. Karena dia begitu ramah saat menolongku di depan lift kantor. Tapi ternyata dia sama saja. Kata-katanya sangat tidak mencerminkan lelaki yang berkelas.” Athalia bersungut-sungut.
Sampai kakinya membawanya ke bagian kolam renang. Di sana cukup tenang, tidak ada para tamu undangan yang sedang sibuk berdansa di ruang tengah.
Athalia mengusap lengannya yang terbuka, udara di luar sini terasa dingin. Matanya bergerak menyusuri sekeliling kolam itu.
“Ini rumahnya Tuan Leuwis. Itu artinya ini juga rumahnya Mahesa, ‘kan? Tapi mengapa Mahesa malah memilih tinggal di apartmen sendirian?” Athalia bergumam.
Bahkan Ayaz dan Bianca pun yang hanya anak tiri Leuwis, tinggal dengan nyaman di rumah megah itu.
Athalia memajukan langkahnya, sedikit lebih dekat dengan kolam renang yang terhampar luas di depannya.
Benaknya kembali mengingat tentang apa yang Ayaz katakan padanya tadi. Seketika itu Athalia membuang napasnya kesal.
“Apa semua laki-laki kaya memang seperti itu? Apa mereka selalu bersenang-senang dengan menarik wanita yang mereka tunjuk ke atas ranjang?”
Tanpa Athalia sadari, diam-diam seseorang melangkah dari belakang. Pergerakannya yang halus membuat Athalia tak bisa mendengar suara langkah kakinya.
Ketika Athalia menaikan pandangannya ke atas, menatap langit malam. Di saat yang sama pula tubuhnya didorong dengan kuat ke kolam renang.
BYUR!
Athalia pun jatuh dan tenggelam. Ia tak bisa berenang, apalagi di kolam yang kedalaman airnya mencapai dua meter itu.
“Umptt … tolong … “ mencoba mengangkat kepalanya dari air, Athalia tak melihat siapapun. Orang yang sengaja mendorongnya pasti sudah pergi sekarang, meninggalkannya begitu saja.
Athalia terus berusaha meminta bantuan, tenaganya sudah lemas, terlalu banyak air yang sudah ditelan mulutnya. Sekarang Athalia hanya bisa pasrah.
Jika ini penghujung hidupnya, maka Athalia hanya bisa menerima. Pikirannya dipenuhi dengan bayang-bayang wajah Yasna dan ibunya. Athalia tersenyum di dalam air.
‘Ibu … Yasna … ‘ Athalia menjerit dalam hati. Sebelum kemudian gelap menelannya. Ia tak bisa bertahan lagi.
***
Begitu selesai berbincang dengan Andres, Mahesa pun kembali melangkah menuju meja yang tadi Athalia tempati.
Akan tetapi, dahinya berkerut dalam saat ternyata Athalia tak berada di sana.
“Ke mana dia? Dia tidak mungkin pulang lebih dulu. Apa Athalia sedang pergi ke toilet?”
Mahesa pun bertanya pada salah seorang pelayan yang berdiri di dekat sana.
“Saya tidak tahu ke mana Nona Athalia pergi, Tuan. Tapi tadi saya sempat melihat Tuan Ayaz mengobrol dengannya. Lalu Nona Athalia pergi,” jawab pelayan itu.
Mahesa mendesah seraya menyugar rambutnya. Ia bingung, ke mana Athalia? Mahesa sudah mencarinya ke toilet dan ia tidak menemukan Athalia di sana.
“Mungkin Nona Athalia sudah pulang lebih dulu, Tuan.” pelayan itu kembali berkata.
Namun Mahesa dengan tegas menjawab. “Tidak! Aku yakin Athalia masih ada di sekitar sini. Dia tidak akan pulang lebih dulu. Karena dia datang menggunakan mobil yang sama denganku. Aku akan mencarinya!”
Hati Mahesa begitu yakin kalau Athalia belum pergi. Athalia masih ada di sini.
Setelah mengatakan itu, Mahesa segera mengayunkan langkah mencari Athalia. Semua model dan wanita muda yang hadir di pesta itu seolah merasa terhipnotis saat melihat Mahesa melangkah melewati mereka.
Tapi Mahesa tak peduli. Tujuannya adalah mencari Athalia.
Entah mengapa tiba-tiba saja Mahesa menghentikan langkahnya di ruangan yang menghadap ke kolam renang. Kolam dan ruangan itu hanya dibatasi oleh kaca yang lebar.
“Athalia. Sebenarnya kau di mana?” desahnya mengusap wajah dengan sebelah tangan.
Sambil menolak kedua tangannya di pinggang, Mahesa tak sengaja melihat sebuah tas yang mengambang di permukaan air kolam. Keningnya berkerut melihat itu.
“Bukankah itu tas milik Athalia? Iya. Tidak salah lagi. Itu tas yang dia pakai. Berarti, Athalia!” Mahesa langsung memekik terkejut, segera berlari menuju kolam dan matanya membeliak melihat tubuh Athalia yang tenggelam di dalam kolam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghangat Ranjang Tuan CEO
Romance"Athalia! Apa kau masih perawan?" tanya Mahesa. "Aku pastikan adikmu akan mendapatkan perawatan sampai sembuh. Tapi kau harus jadi teman tidurku selama satu bulan," lanjutnya membuat bola mata Athalia membeliak. Kelamnya masa lalu telah membentuk...