Happy Reading babe!!!!
-
-
-
-
-
-
-
Bulan mengendarai motornya keluar dari gerbang sekolah, aroma sore hari menyapa hidungnya. Langit jingga merentangkan sayapnya, mengantar sang mentari menuju peraduan. Angin sepoi-sepoi berbisik di antara dedaunan, membawa melodi alam yang menenangkan.
Bulan mengendarai motornya dengan hati riang, menikmati setiap detik perjalanan. Pemandangan sore yang indah seolah menjadi pelengkap kebahagiaannya. Sesampainya di rumah, ia memarkirkan motornya dengan rapi di garasi. Langkah kakinya membawanya menuju kamar, di mana ia ingin merebahkan diri sejenak, membiarkan kelelahan dan kegembiraan bercampur aduk dalam dirinya.
Di atas ranjangnya, Bulan tak bisa menahan senyumnya. Suara berat itu terus terngiang di telinganya, bagaikan melodi indah yang tak kunjung pudar. "Ganteng banget masyallah," gumamnya pelan, pipinya memerah bak tomat ranum.
"Bisa ga yaa gw deket sama diaa?" tanyanya pada diri sendiri. Pertanyaan itu terus berputar di benaknya, bagaikan roda yang tak henti berputar.
"Ga bisa ga bisa dia terlalu masyallah arghhhh," Bulan menjerit frustasi. Perasaan campur aduk melanda dirinya. Di satu sisi, ia ingin dekat dengan pria itu, tapi di sisi lain, rasa malu dan ragu menghalanginya.
Bulan menutup matanya, mencoba menenangkan diri. Ia ingin tidur, berharap mimpi indah membawa jawaban atas perasaannya.
Jingga senja mewarnai langit, mengantar sang mentari menuju peraduan. Bulan terbangun dari tidurnya yang sejenak, tersentak oleh kumandang azan Magrib yang merdu. Ia segera bangkit dan menuju kamar mandi, untuk mandi dan mengambil air wudhu, bersiap menunaikan ibadah.
Dengan khusyuk, Bulan menunaikan sholat Magrib. Ia mencurahkan isi hatinya kepada Sang Pencipta, menceritakan rasa haru dan bahagia yang menyelimuti dirinya. Usai sholat, ia melipat kembali sajadah dan mukeahnya dan menyimpannya dengan rapi.
Bulan duduk di sudut ranjang nya dan meraih ponselnya, menelusuri berbagai video di salah satu aplikasi favoritnya. Namun, suara sang ayah yang memanggilnya untuk makan malam mengalihkan perhatiannya. "Bulan, yuk makan malam!" seru sang ayah dari balik pintu.
"Iya, Yah, sebentar!" jawab Bulan.
Ia bergegas menuju meja makan, melihat berbagai hidangan lezat yang disiapkan sang ayah. Namun, ia tak mendapati sang ayah di sana. Bulan memutuskan untuk mengambil makanannya dan menuju teras depan, menikmati makan malamnya ditemani langit malam yang penuh bintang.
Setelah menghabiskan makan malamnya, Bulan kembali merenung. Ia memikirkan bagaimana ia akan memulai pembicaraan dengan Awan esok hari. Keberaniannya sedikit menciut, diliputi rasa ragu dan kekhawatiran.
Ia meraih ponselnya, mencari kontak Lina dan meneleponnya. ",Lina assalamualaikumm?" sapanya
"waalaikumsalam lan! Ada apa lu tiba-tiba nelpon?" balas Lina dari seberang sana.
"Besok jangan lupa ya, beragkat pagiiii!" seru Bulan.
"Iya, iya, tapi gw agak siang deh kayaknya," jawab Lina.
"iya dah penting pagi temenin gw lagi hehhe" ucap bulan dengan tawa kecil
Ia menutup teleponnya, lalu bulan pergi kembali ke kamarnya dan kembali merebahkan diri di kasur kesayagannya sembari menatap langit malam yang penuh misteri. Ia memejamkan matanya sejenak dan terdiam.
Merenungkan bayangan yang terlintas di benaknya. Senyum tipis kembali menghiasi wajahnya, namun keraguan masih menghantui. Akankah bayangan itu menjadi kenyataan esok hari? Atau hanya khayalan yang tak terjamah?
Mampukah dia berbicara dan bercanda dengan Awan? Pertanyaan itu terus berputar di kepalanya. Rasanya tak masuk akal, tapi bayangan itu begitu nyata, membangkitkan rasa ingin tahu dan harapan dalam dirinya.
Bulan kembali membayangkan dirinya dan Awan duduk di perpustakaan, tertawa lepas dan berbagi cerita. Percakapan yang mengalir, tanpa rasa canggung dan keraguan. dengan di iringi kegiatan mengambar mereka.
Namun, keraguan kembali mengusiknya. Bagaimana jika Awan tak meresponnya? Bagaimana jika dia dianggap aneh? Rasa takut ditolak dan ditertawakan membayangi dirinya.
Bulan membuka matanya, tatapannya menerawang ke luar jendela. Langit malam yang penuh bintang seolah menjadi saksi bisu pergulatan batinnya.
POV AWAN
Awan duduk di kursinya, dikelilingi oleh berbagai alat gambar kesayangannya. Di atas mejanya, terhampar kertas putih yang akan diubahnya menjadi sebuah mahakarya. Bu Aurel, gurunya di kelas seni, telah memberikan tugas untuk menggambar suasana Aula 2 sekolah dengan teknik pointilisme.
Awan fokus pada proyeknya, goresan pensilnya di atas kertas bagaikan melodi indah yang mengalir tanpa henti. Sesekali, dia melirik ke luar jendela, mengagumi keindahan langit malam yang dihiasi bintang-bintang.
"Indah sekali," gumam Awan, terpesona oleh panorama malam itu.
Awan memang berbeda dari kebanyakan remaja pada umumnya. Dia lebih memilih menghabiskan malamnya dengan menggambar atau menonton anime favoritnya daripada nongkrong bersama teman-teman. Suasana tenang dan kesendirian bagaikan kanvas kosong yang memungkinkannya untuk menuangkan ide-idenya dengan bebas.
Namun, malam ini, Awan dihadapkan pada sebuah rintangan. Proyek gambarnya tidak semudah yang dia bayangkan. Teknik pointilisme membutuhkan kesabaran dan ketelitian yang tinggi. Awan mulai merasa frustrasi. Dia mengacak-acak rambutnya dan menghela napas panjang.
"Hufh, capek juga. Tapi aku yakin aku bisa," gumamnya.
Karena merasa lelah, Awan memutuskan untuk berhenti sejenak dan menikmati pemandangan langit malam yang indah. Dia memperhatikan cahaya bulan dan banyaknya bintang-bintang yang bertaburan. Pemandangan itu membuatnya merasa tenang.
Tak lama kemudian, perut Awan mulai keroncongan. Dia bangkit dari kursinya dan menuju ke dapur untuk mengambil camilan dan segelas air minum. Setelah itu, dia kembali ke kamarnya dan melanjutkan aktivitasnya.
Setelah menyelesaikan sebagian projeknya, Awan memutuskan untuk beristirahat sejenak. Dia beranjak ke ranjang tempat tidurnya dan mulai menonton berbagai film anime favoritnya. Waktu berjalan begitu cepat, dan tanpa sadar, matanya mulai terasa berat.
Awan pergi ke kamar mandi untuk cuci muka dan mengambil air wudhu untuk sholat Isya. Dia membentangkan sajadah dan menunaikan sholat dengan khusyuk.
Setelah selesai sholat, Awan kembali melipat sajadah dan meletakkannya di tempatnya. Dia merebahkan dirinya lagi di ranjang dan melanjutkan menonton film animenya.Namun, matanya semakin berat dan rasa kantuk mulai menyelimuti. Awan pun menutup matanya dan terlelap dalam mimpi indah.
POV SELESAI
Sampai sini dulu yaa gyss, gimana untuk part kali ini??apa kalian suka?kalau suka jangan lupa vote nya yaa, dan komen juga karna itu sangat berarti buat gw untuk kedepanya. Yang penasaran apakah bayangan bulan menjadi nyata atau tidak stayy tunee yaa gyss see you!!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Masi tentangmu
Подростковая литератураKisah ini menceritakan tentang seorang gadis SMK, ia merasa dirinya terjebak dalam kebingungan emosional yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Di antara lautan wajah para siswa, ada satu sosok laki-laki menarik perhatiannya. laki-laki itu memiliki w...