14

262 46 12
                                    

Arya mengeraskan rahang nya mendapatkan pesan dari putra nya yang berkata ingin berpisah dengan Samudra. Anak itu tidak tau untung sudah dibesarkan tapi malah menusuk nya dari belakang.

"Berhenti menyiksa nya." Ucapan itu membuat nya menoleh.

Carissa menatap Arya dengan tatapan sayu nya, "Sayang, berhenti. Aku tidak mau Biru semakin membenci kita." Lanjut nya. Tangan nya perlahan mengambil ponsel Arya dan meletakkan sembarangan di ranjang tidur mereka.

"Jika Biru berpisah maka perusahaan kita akan hancur." Arya susah payah membuat perusahaan nya besar dan mempunyai kolega penting dari seluruh penjuru negara.

Kenapa Biru hendak menghancurkan usaha nya, kerja keras nya bisa hancur dalam sekejap karna putra nya.

Padahal karna dirinya Biru bisa sampai sejauh ini.

"Kau mengorbankan perasaan anak kita demi perusahaan mu?" Carissa tidak bisa menjauh lagi, dia sudah menyesal karna pernah membenci putra nya.

"Rissa---"

"Aku tidak mau dia semakin membenci kita." Isak nya.

"Jika dia melakukan itu maka dia tidak akan lagi mempunyai tempat tinggal." Karna Biru tidak seperti anak nya yang lain yang mendapatkan fasilitas sepenuhnya. Arya tidak sedikit pun memberi akses banyak untuk Biru.

Berbeda dengan Birawa dan Rachel.

"Dia pasti punya alasan untuk berpisah... "

"Apa? Samudra sangat sempurna, apa lagi yang dicari oleh Biru?"

"Apakah anak kita mendapatkan cinta? Kekayaannya dan kesempurnaan nya tidak akan mampu membuat anak ku bertahan jika didalam hubungan itu tidak ada cinta."

Arya terdiam.

"Aku sudah menyesal menjauh dari putra ku. Kita tinggal se atap tapi aku tidak mengetahui hal apapun tentang nya, bahkan tentang mimpi nya, makanan apa yang disukai, cita-cita nya, bagaimana bisa seorang ibu tidak mengetahui hal sepele tentang putra nya." Carissa tidak bisa membendung air matanya. Sejak Biru terbaring dirumah sakit dia mulai sadar bahwa tentang hal kecil pun tentang Biru tidak dia ketahui.

Selama belasan tahun dia menghabiskan waktu nya untuk membenci putra nya padahal anak itu sama sekali tidak mengetahui apapun.

Sekarang dia tidak mempunyai keberanian untuk mendekat, Carissa merasa asing untuk menjadi deket secara tiba-tiba dengan anak nya.

Seharusnya seorang ibu tidak boleh seperti ini.

Arya terdiam melihat istri nya yang terisak dia mendengar nya sangat terpukul.

Begitu menyakitkan mendengar tangisan Carissa.

"Apa kita masih punya kesempatan?" Tanya Carissa mendongak menatap suami nya. Dan Arya yang ditatap seperti itu mengalihkan pandangan nya ke arah lain tidak tau harus menjawab apa.

*****

Samudra memejamkan matanya memikirkan akan mengambil keputusan apa untuk ke depan nya.

Dia bimbang.

Entah kenapa tidak ada rasa bahagia mendengar kehamilan Jean, padahal sejak dulu dia begitu menantikan kabar ini tapi kenapa setelah mendengar tidak dapat Samudra temui apa itu rasa bahagia.

Berbeda dengan kehamilan Biru. Saat mendengar nya jantung Samudra berdetak keras, perasaan nya membuncah tak terbendung.

Ada perasaan asing yang memaksa masuk ke dalam hatinya.

Dia membuka matanya lalu membuka laci kerja dan mengambil sesuatu di dalam laci tersebut.

Samudra memandang lembut foto itu, "Aku ingin melihat nya." Foto ini di ambil saat sang dokter memeriksa kehamilan Biru.

ABOUT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang