CHAPTER 13

94 12 3
                                    


KEGELAPAN SEOLAH TELAH menjadi sahabat sejati yang menemani hampir sepanjang perjalanan hidup Fabio. Ia terlahir bersama seorang Pangeran Kegelapan, hidup terkurung di dalam kegelapan, dan mulai melihat dunia yang perlahan dipenuhi oleh kegelapan. Ia ingat kegelapan yang tengah memerangkapnya kini. Ia merasa familiar dengan hawa dingin yang datang bersamanya. Di dalam penjara yang gelap ini, ia seolah diperlihatkan rentetan peristiwa yang telah terjadi di sepanjang hidupnya.

Rentetan peristiwa itu dimasukkan ke dalam bingkai-bingkai yang melayang di sekelilingnya. Mereka semua ada di sana; orang-orang yang pernah datang juga mereka yang telah pergi. Ia bisa melihat bayangan kedua orang tuanya. Ia melihat Tristan. Ia melihat kematian beberapa manusia di depan matanya. Lalu, ia melihat Beau.

Bingkai-bingkai berisi bayangan Beau bergerak lebih cepat daripada yang lainnya. Mereka bergerak terlalu cepat, sehingga membuat Fabio merasa takut. Ia sadar beberapa di antaranya mulai terbang menjauh. Bingkai milik Beau menjauh pergi. Itu artinya, ia akan kehilangan ingatan tentang pemuda itu dari dalam kepalanya.

Fabio berlari mengejar bingkai-bingkai itu. Ia berlari sekencang mungkin, ia tidak perduli dengan apapun karena ia tidak merasakan lelah. Ia tidak perduli lagi dengan kegelapan yang akan membuatnya tersesat. Ia tidak ingin kehilangan ingatan tentang Beau.

Ia berlari dan melompat menangkap salah satu bingkai dengan kedua tangannya. Ia kemudian berlutut sembari memeluk bingkai itu erat-erat. Tanpa ia sadari air mata jatuh membasahi pipinya. Di depan sana, bingkai-bingkai yang lain telah terbang menjauh dengan sangat cepat. Pelukan pada satu-satunya bingkai di tangannya jadi semakin erat. Ini adalah yang pertama kali terjadi padanya. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan terhadap sisa ingatan lainnya yang telah pergi.

"Menyedihkan."

Suara berat nan dalam itu menggema di sekeliling Fabio. Ia masih terbungkuk memeluk bingkai di kedua tangannya, ia tidak perlu repot memeriksa siapa pemilik dari suara itu. Ia hanya takut kehilangan satu-satunya bingkai yang berhasil ia selamatkan. Sosok di hadapannya itu barangkali berniat merebut bingkai itu darinya.

"Berhenti," ucap Fabio perlahan mendongak untuk menemukan sosok Jealachi tengah menghujamnya dengan tatapan hina. "Berhenti menghapus ingatanku."

Kini Fabio seolah berada di hadapan sebuah cermin dengan kerangka emas. Hanya ada dirinya dan Jealachi. Sang Perusuh berdiri di hadapan seorang pemuda yang berlutut tak berdaya, namun ia tahu kedua mata itu diam-diam menyimpan semua dendam yang tak lagi mampu ia bendung lebih lama.

"Kenapa? Kau tidak ingin ingatan tentang manusia itu hilang dari hidupmu?"

Jealachi memperlihatkan sekelebat bayangan tentang kejadian yang Fabio alami beberapa waktu sebelumnya. Tentang kekacauan di perpustakaan, tentang iblis-iblis yang telah menyentuh Beau.

"Atau kau ingin ingatan tentang betapa tak berdayanya kau hari ini membekas dalam kepalamu selamanya?"

Rahang bawah Fabio mengeras. Gigi-giginya saling beradu rapat. Ia menatap Jealachi dengan penuh kebencian.

"Kau psikopat bajingan," umpatnya.

Jalachi cukup terkejut mengetahui Fabio mulai berani memakinya. Namun di saat yang bersamaan, kesenangannya seolah tergelitik.

"Aku lebih suka disebut kreatif," sahutnya tersenyum miring. Kedua matanya kemudian berputar, salah satu jari telunjuknya mengetuk-ngetuk dagu, berakting seolah tengah berpikir keras.

"Apa ada cara lain yang lebih menyenangkan untuk menghancurkanmu?"

Melihat Fabio yang selalu tampil lemah mendadak punya sedikit keberanian untuk melawan, membuat sesuatu di dalam diri Jealachi berpacu. Menindas yang lemah tidak selalu terasa menyenangkan. Kehadiran sosok Beau dalam kehidupan hampa yang selama ini Fabio jalani jelas menciptakan sebuah getaran baru yang membuatnya merasa seperti hidup kembali. Dan Jealachi tidak sabar untuk menghancurkan hidup Fabio dengan cara baru yang lebih menyenangkan.

The Black Feathers [FORCEBOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang