Ini sudah tepat pukul 5 pagi, dan Callista masih termenung memikirkan beberapa masalah tentang pernikahannya yang seharusnya dilaksanakan beberapa bulan lalu. Ia merasa bersalah karena meninggalkan calonnya ketika lima hari sebelum dilaksanakannya upacara sakral itu. Namun, lamunanya dibuyarkan oleh seseorang yang mengetuk pintu apartemen Callista. "Masuk" katanya.
"Loh, Ruka, kenapa?" tanya Callista lalu menyuruh Ruka duduk di sofa yang ada di ruangannya. "Kak Cal, kakak mau ketemu calon kakak ngga?" tanya Ruka tiba-tiba setelah ia duduk di sofa. Callista menatap Ruka bingung. "Tiba-tiba banget Ru? tapi.. boleh"
"Kak, calon kakak setiap hari pergi ke makamnya kakak, terus nangis. Aku ngga tega liatnya, jadi, seenggaknya sekali aja sebelum kak cal pergi, kakak harus liat dia dan dengerin semua penjelasan dari calonnya kak cal" jelas Ruka. Callista merenung kembali dan menyadari bahwa ia belum pernah pergi ke makamnya sendiri setelah dirinya tiba di tempat ini. "Kak cal gak masalah kan kalo aku bawa kak cal kesana?" Callista menggelengkan kepalanya.
"Gapapa Ru, sekalian anter aku ke rumah ya? aku mau minta maaf ke ibu" Ruka mengangguk. "Aku kesini lagi jam 4." kata Ruka lalu pamit keluar dan pergi bertemu dengan Rey untuk membicarakan sesuatu. Sedangkan Callista bersandar di sofa dan mempersiapkan diri untuk berbicara dengan sang kekasih dan juga sang ibu. Sudah lama sejak dirinya tidak menemui dang ibunda, rasanya sangat gugup ketika ia akan menemui wanita yang terus murung setelah kepergian anak semata wayangnya.
"Maafin Ca ya bu" kata Callista sambil menghembuskan nafas berat dan kemudian bersiap untuk menemui Ruka yang sedang berbicara dengan Rey entah dimana.
Saat waktu yang ditentukan tiba, Ruka kembali datang ke ruang Callista dan langsung mengajak Callista pergi menuju pemakaman umum, lebih tepatnya ke makam tempat raga Callista dikebumikan. Tubuh itu bergetar saat melihat seorang lelaki yang sedang mengirimkan doa kepadanya. Dengan air mata yang mengalir ia mendekati lelaki itu dan duduk di sebelahnya. Ruka memahami keadaan itu, ia langsung beralih menuju 'rumahnya' sendiri dan beristirahat disana selagi menunggu Callista selesai dengan urusannya disana.
"Kian... maaf ya" kata Callista dan menatap lelaki yang sekarang menatap nisannya. "Maaf aku pergi sama mereka padahal kamu udah larang aku" katanya lagi. Jemari lentik milik Callista mengelus pundak Kiano dan meminta maaf. "Ca, gausah minta maaf" kata Lelaki itu seakan menjawab seluruh perkataan Callista. Callista terkejut hingga ia mundur dan menatap punggung Kiano. "Ca, aku indigo" kata lelaki itu lalu mengelus batu nisan Callista dengan penuh kasih. "Ca, ibumu sakit, dia jadi susah kalau di ajak bicara. Aku juga udah gak kuat buat jaga ibumu, Ca" Callista terdiam saat mendengar bahwa ibunya sedang sakit dan sulit diajak bicara.
"Kenapa kamu gak dateng ke mimpi ibu?Kenapa baru sekarang kamu dateng? Kenapa kamu gak pernah dateng buat liat keadaan ibu? Kenapa masih belum ke surga Ca?" pertanyaan itu keluar dari pita suara sang lelaki. Ia menunggu jawaban yang hendak keluar dari pita suara Callista. "Ki, aku gak kuat liat muka nya ibu... aku gak kuat kalo harus denger ibu nangis dengan keadaan aku yang kayak gitu. Aku... takut buat ketemu sama kamu, Ki..." jelas Callista. "Kasian ibu, Ca. Kamu anak satu-satunya, bapak juga udah gak ada, Ca. Jarak kematian kamu sama bapakk cuma tiga bulan, aku gak tega pas liat ibumu nangis sambil meluk tubuh kamu. Aku juga gak bisa nahan diri pas bawa kamu kesini, ibu sampe pingsan di tinggal sama kamu Ca."
"Maaf.." Kiano menggelengkan kepalanya. "Minta maaf sama ibu, Ca. Aku gak masalah, insyaallah aku ikhlas" kata Kiano lalu ia bangkit. Lelaki itu tidak menatap Callista, namun dirinya berpesan bahwa sang ibu masih di rawat di rumah sakit yang biasanya. Jika Callista ingin berbicara, ia akan ada disana juga untuk menjaga sang ibu. Callista mengangguk dan menatap punggung Kiano yang semakin menjauhi nya. Setelah Callista melihat raga Kiano menghilang, ia memutuskan untuk kembali kepada Ruka dan mengatakan bahwa ia sudah siap untuk bertemu sang ibu.
Ruka setuju dengan keinginan Callista, namun, sebelum ia membawa Callista pergi menemui sang ibu, ia bertanya apakah Callista sudah yakin untuk menyelesaikan halnya dan pergi ke Dunia lain. Callista mengangguk dengan mantap dan pergi menuju rumah sakit tempat ibunya di rawat. Ruka mengundurkan diri dan menunggu di ruang mayat untuk berbicara dengan arwah disana karena ia bosan menunggu Callista berbicara dengan ibunya.
"Bu... Caca disini" kata Callista sambil mencoba memegang jari ibunya. Namun usahanya nihil, ia tidak bisa memegang jemari yang selalu ia rasakan setiap saatnya. "Bu.. maafin Caca.." kata Callista sambil menangis. "Caca salah, Caca gak dengerin ibu pas ibu bilang ga usah pergi"
"Bu..." Callista menatap wajah ibunya yang sedang tertidur. Kemudian ia beralih menatap jemari yang selalu ia rasakan sentuhannya. Dikala ia bersedih, senang, bahkan saat dirinya takut. Ia merasa bersalah karena ia telah membebani Kiano juga telah meninggalkan ibunya seorang diri didunia ini. "Bu, aku cuma mau ibu tau, kalo caca sayang banget sama ibu. Ca ngga kepikiran kalau akhirnya bakal begini, Ca juga gak siap buat mati, bu. Tapi aku juga gak bisa kalo di tinggal mati sama ibu." Callista mengusap air matanya dan menatap ibunya yang sedang tertidur dengan damai. "Bu, ibu gausah khawatir, aku disini sama temen temen kok, Ca ngga sendiri. Abis ini Ca bakal ketemu bapak, ibu pasti kangen banget sama bapak kan bu? nanti ca sampein ke bapak..."
"Maafin Caca ya bu, Caca gagal jadi anak yang sempurna, caca buat ibu kecewa sama tindakan caca." saat keadaan itu, pintu ruangan ibunya terbuka dan menampakkan sosok jangkung dengan wajah yang tampak sedih. "Nanti aku sampein semuanya ke ibu" kata Kiano yang sedari tadi mendengar monolog Callista kepada ibunya. "Ki... aku titip ibu sama kamu ya? kamu tolong ikhlasin aku, aku gak ngurus kamu mau cinta siapa aja di dunia ini, tapi tolong jagain ibu ya Ki..." Lelaki itu mengangguk. "iya ca. btw yang di depan itu temenmu bukan Ca?" tanya Kiano.
"Yang rambut ungu? kenapa dia?" tanya Callista saat Kiano menyebut Ruka diantara percakapan mereka. "Dia ngajak anak kecil jalan-jalan, lucu liatnya" Kiano dan Callista terdiam hingga kesunyian itu di buyarkan oleh ibu Callista yang sudah bangun. "Bu, udah bangun?" tanya Kiano lalu menghampirinya tanpa menghiraukan Callista yang ada disana. "Tadi ibu denger ada suara Caca... dia dimana Ki?" Kiano menggelengkan kepalanya. "Ngga bu, ibu masih belum ikhlas ya..?" tanya Kiano lalu duduk di samping Ibu Callista dan memegang tangannya. "Ada lho, tadi ibu denger kamu lagi ngobrol sama dia"
"Tadi Kiano abis dari makamnya Caca. Terus Caca ada disana terus kita sempat ngobrol berdua, Caca minta maaf sama ibu, terus Caca bentar lagi bakal ketemu bapak. itu aja yang Caca bilang ke Kiano" kata Kiano. Ibu Callista terdiam lalu mengangguk paham. "Dia masih disini kan?" Kiano menatap Callista dan mengangguk. "Kenapa bu?"
"Ibu maafin Caca. Bilang bapak, ibu kangen. Ibu ikhlas Caca pergi, baik-baik ya sama bapak. Tunggu ibu di surganya Allah" Kiano tertegun mendengar kalimat ibunda Callista. "Ibu ngomong apa, ibu perginya masih lama kok bu" kata Callista. Ia paham bahwa suaranya tidak akan di dengar, namun ia tetap mengoceh bahwa ibunya akan hidup lama. "Kak Cal" Kata Ruka yang tiba-tiba muncul untuk menjemput Callista kembali. "Kak Qiu mau ketemu" Callista mengangguk dan dengan berat hati ia meninggalkan ibunya dengan satu kecupan singkat lalu pergi menuju apartemen Quinn.
"Qiw, Kak Ca pulang hari ini" kata Ruka Kepada Quinn dan membuat gadis itu terkejut. "MAKSUD??" seru Quinn yang tidak terima bahwa ia tidak akan bertemu dengan Callista lagi. "Ya itu, gue gabisa seenaknya bawa kak Ca keluar masuk perbatasan. Gue juga ada surat kontrak"
"Kontrak apaan?" tanya Quinn. "Gate keeper. Gue punya akses bebas buat keluar masuk alam baka sama alam barzah. Cuma gue gak bisa seenaknya bawa orang keluar masuk perbatasan" jelas Ruka. "Jelasin tugas-tugas lo sama orang-orang alam baka dong" Ruka menatap Callista yang termenung di sofa dan membiarkannya untuk menenangkan diri. "Ya tugas gue cuma nganter mereka ke perbatasan terus ngelaporin sisa siapa aja di apres la Vie. terus Rey, itu servant of the afterlife, dia gak sendiri, tapi ada Amia, Bya, sama ada satu lagi. Bya baru nawarin diri jadi babysitter disana karena... banyak banget anak kecil yang di habisi karena kejahatan manusia" Quinn mengangguk.
"Kak Ca kalo mau ke dunia lain, harus sama lo ya?" Ruka mengangguk. "Nanti ada waktunya nama ini bakal gue kasih ke yang lain. Tapi buat saat ini, gue yang pegang karena waktu itu Rey nolak dan milih buat jadi servant of the afterlife aja" Quinn mengangguk lagi. "Gue.. rela kok kalo lo yang bawa kak Cal pergi. Jagain kak Cal ya Ru"
"Pasti."
KAMU SEDANG MEMBACA
see you there
Fantasiahanya kisah singkat tentang kebahagian yang sesungguhnya. rumah tidak selalu berbentuk bangunan.