[15]

11 5 0
                                    

🌟🌟🌟

Sekuat apapun kita berusaha melupakan. Namun, ingatan itu akan tetap membekas. Akan tetapi, kita bisa mengganti kejadian itu dengan kenangan-kenangan indah yang dijalani dalam masa kini menuju masa depan.

🌟🌟🌟

"Habis ini, lo mau langsung pulang atau kemana dulu, Ly?" River mencoba kembali memulai pembicaraan dengan Berlian. Karena, takut suasana di sana menjadi canggung.

"Hm... Kayaknya, gue mau ke panti dulu, Kak. Soalnya, mau kasih beberapa boneka hasil main tadi sama Banyu. Lagian, ini Banyu pake acara dapat banyak banget hadiahnya. Jadi, sayang banget kalo nggak dibagi-bagi. Juga, kalo buat gue semua nanti kamar penuh." Berlian sembari melihat serta memperhatikan boneka-boneka yang ada di sebelahnya.

Pandangan River beralih menatap ke arah boneka yang dibicarakan oleh Berlian. Sepertinya benar, lebih baik memberikan benda-benda itu kepada orang yang membutuhkan.

River tak menyangka, bila Berlian sedikit berbeda dengan gadis lain. Karena, Berlian sepertinya sering mendatangi sebuah panti asuhan dibanding mall atau tempat lain. Padahal, kebanyakan gadis-gadis sekarang lebih suka menghabiskan waktu berfoya-foya.

"Nanti kasih tau aja alamat panti-nya, Ly. Gue siap anterin lo ke sana sekalian pulang." River tak keberatan bila terlebih dahulu datang ke tempat yang dimaksud Berlian.

Berlian mengangguk, "Oke. Makasih, Kak. Maaf... Malah jadi ngerepotin, padahal harusnya waktu break syuting Kakak digunain buat kepentingan Kak River."

River tersenyum, sadar bila Berlian merasa tak enak dengannya. Akan tetapi, ia memang benar-benar tak mempermasalahkan bila harus menghabiskan waktu bersama Berlian. Karena, tidak merugikan dirinya maupun orang lain. Apalagi, bila kegiatannya bersifat positif. "Santai aja, Ly. Gue sama sekali nggak keberatan. Malah senang, salut sama lo yang masih mikirin orang lain. Apalagi, anak-anak yang kurang beruntung."

Berlian tersenyum, sedari dulu ia memang selalu diajarkan untuk bisa berbagi dengan orang lain. Terlebih, dengan orang yang kurang mampu serta membutuhkan. "Nggak usah berlebihan, Kak. Dari kecil, gue emang udah dibiasakan buat berbagi sama yang lain."

River mengangguk paham, sepertinya Berlian memang sudah dididik dengan baik oleh kedua orang tuanya. Ia senang bisa berteman dengan Berlian.

Setelah menghabiskan makanan masing-masing, Berlian serta River meninggalkan restoran itu. Karena, mereka berdua akan pergi mendatangi sebuah panti asuhan yang biasa dikunjungi oleh Berlian.

Lima belas menit kemudian, Berlian sekaligus River sampai di panti asuhan. Keduanya langsung disambut hangat oleh anak-anak yang berada pada tempat itu.

"Ini buat kalian, jangan rebutan, ya." Berlian memberikan satu kantong plastik berisi beberapa es krim yang sebelumnya dibeli terlebih dahulu sebelum sampai di panti.

"Oke siap, Kak. Makasih, kita bakalan bagi-bagi sama yang lain. Biar kebagian semua." Salah satu anak panti tersenyum, sembari mulai membagikan es krim dari Berlian.

River tersenyum, sembari masih berdiri memperhatikan interaksi anak-anak panti. Ia bisa merasakan sebuah kehangatan di sana. Terlebih, saat melihat senyuman semua anak yang ada. Hatinya tersentuh, melihat satu sama lain anak disana memberi perhatian.

Love Syndrome [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang