🌟🌟🌟
Takdir memang tidak akan pernah salah. Karena, semua susah direncanakan dengan baik. Segala rintangan, pasti akan bisa dilewati. Dan, berujung mendapatkan sebuah kebahagiaan.
🌟🌟🌟
Beberapa hari kemudian. Semua kegiatan Berlian berjalan lancar. Hampir setiap hari, ia menjalani proses syuting dengan baik. Meskipun, sering berangkat ke lokasi sendiri tanpa diantar serta ditemani oleh Banyu. Karena, sepertinya cowok itu mempunyai kesibukan sendiri. Sehingga, Berlian tak mau merepotkan sosok sahabatnya itu.
Seperti sekarang, malam hari selesai melakukan syuting yang cukup melelahkan. Berlian berdiri menunggu Hasta untuk menjemputnya. Akan tetapi, sudah beberapa menit berlalu Hasta belum terlihat datang.
"Lagi nunggu Hasta, ya, Ly?" River menghampiri Berlian. Tahu, bila gadis itu sedang menunggu Hasta.
Berlian menoleh ke arah River, setelah mendengar suara serta pertanyaan dari cowok itu. "Eh... Iya, Kak. Soalnya, tadi Kak Hasta bilang mau jemput tapi sampai sekarang belum keliatan."
River memperhatikan sekelilingnya yang sudah terlihat sepi. Hanya tersisa beberapa crew yang sedang membereskan segala perlengkapan syuting.
"Mau bareng gue nggak? Takut tambah lama nungguin Hasta, biar nanti gue kabarin dia kalo lo ikut sama gue." River mencoba menawarkan tumpangan pada Berlian. Meskipun, ia tak yakin gadis itu mau menerimanya. Terlebih, sekarang mereka sedikit canggung saat di luar adegan.
Berlian menghela napas, berusaha masih tetap menunggu Hasta. Karena, tak mau bila nanti justru membuat Kakaknya kebingungan saat sampai tidak ada Berlian. "Gue mau nunggu Kak Hasta aja, Kak. Kayaknya, dia kena macet deh."
River mengangguk, berusaha memahami apa yang dikatakan oleh Berlian. Walaupun, hanya kemungkinan kecil bila Hasta terjebak macet di jalan. Karena, sekarang hari sudah mulai larut. Jalanan di Jakarta terkenal cukup sepi, tidak akan macet ketika dilewati.
"Gue temenin, ya. Soalnya, udah malam juga. Nggak baik cewek nunggu sendirian di tempat sepi kayak gini. Apalagi, pasti bakalan ada yang tau lo bukan orang biasa." River menawarkan diri untuk tetap berada di tempat itu bersama Berlian.
Berlian mengangguk, menyetujui perkataan River. Tak ada salahnya ditemani oleh River. Terlebih, ia sudah cukup mengenal dengan baik sosok River. Sehingga, tak perlu banyak memikirkan hal negatif.
Beberapa menit kemudian, belum terlihat kehadiran sosok Hasta. Akan tetapi, tiba-tiba ponsel Berlian berdering karena ada sebuah panggilan masuk. Berlian menerima telepon itu.
Selesai menerima telepon itu, Berlian menghela napas. Merasa sedikit kesal, karena sudah membuang waktu untuk menunggu Hasta. Karena, ternyata cowok itu justru tertidur dan melupakan untuk menjemput Berlian. Sehingga, akan percuma bila tetap menunggu kedatangan Hasta. Itu akan kembali membutuhkan banyak waktu. Hingga, ia menyuruh Hasta tidak perlu berangkat menjemputnya.
"Hasta kenapa, Ly? Beneran kejebak macet atau--"
"Ketiduran dia, emang nyebelin. Padahal, udah janji bisa jemput. Tapi, malah ketiduran gara-gara habis main game." Berlian menceritakan apa yang terjadi pada River.
River menyunggingkan senyum, tak habis pikir dengan kelakuan Hasta. Namun, sepertinya banyak cowok yang menghabiskan waktu untuk bermain game. "Kalo gitu, pulang bareng gue aja. Biar, gue antar lo sampai rumah. Daripada, lo naik taksi malah takut nggak aman."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Syndrome [SELESAI]
Teen Fiction"Mari kita berjuang untuk mendapatkan sebuah senyum kebahagiaan yang abadi." Bagi Berlian, rasa kecewa takkan mudah dilupakan. Terlebih, itu dirasakan sedari kecil. Di saat dirinya, selalu mendapatkan kenangan indah. Senyumannya hilang, karena sebua...