17 May 2024
"Hyunjin?"
Familiar dengan suara yang memanggil, Hyunjin berbalik, bersandar pada dinding, badannya merosot sampai terduduk sambil memegang dada. "Jantungku melorot, Lix ...." Rona wajahnya yang sempat pucat karena takut dan tegang perlahan kembali normal.
Sosok yang dikira makhluk halus ternyata Felix. Gerimis dan angin malam yang diterjang membuat tangannya terasa dingin. Ditambah nuansa horor karena dia meletakkan senter tepat di bawah dagu, menyorot wajahnya.
"Kamu----"
"Sssttt." Hyunjin meletakkan telunjuk di depan bibir sembari berdiri, melirik ke ruangan di sebelah. Wajahnya menggambarkan bahwa dia menemukan kejanggalan.
"Apa?!" Lutut Felix seketika lemas, berjongkok sambil menggenggam kuat pergelangan tangan Hyunjin, matanya terpejam. "Ayo balik ke ruang tamu yang terang," cicitnya.
"Aku penasaran," bisik Hyunjin, mendekati ruangan yang hanya tinggal beberapa langkah sementara Felix mengikuti dengan berjalan masih dengan posisi berjongkok.
Dua manusia penakut yang sok berani itu menahan napas ketika Hyunjin membuka pintu kamar tamu. Di dalamnya hanya ada beberapa perabotan yang terbungkus kain. Keduanya pun bernapas lega. "Cuma perasaanku aja. Nah, Lix. Hantu itu gak ada."
Felix menarik napas dalam, menarik lengan Hyunjin untuk membantunya berdiri. Mereka kembali ke ruang tamu karena lampu di sana yang paling terang.
Hyunjin mengatur suhu pemanas ruangan. "Untung aja masih berfungsi," gumamnya lalu sedikit membuka gorden, mengintip ke luar. Gerimis benar-benar sudah reda.
Felix duduk di sofa, menggosokkan kedua telapak tangan agar hangat.
"Tanganmu tadi dingin banget, Lix. Aku sempat mikir yang horor," ucap Hyunjin sembari membuka kemasan roti daging, menyuapkan pada Felix lebih dulu baru setelahnya dia ikut mencicip.
"Aku tadi kena gerimis mulai dari persimpangan situ, padahal di rumahku tadi cuma mendung aja."
"Oh ya!" Hyunjin menyerongkan duduknya, menatap Felix dekat, mengerutkan kening. "Kok kamu bisa masuk sini, hm?"
"Pintunya sedikit terbuka. Aku pikir tadi bapak penjaga nyalain lampu, maka dari itu aku langsung masuk," jelas Felix.
"Aku lupa tutup pintunya." Putra kedua konglomerat yang ceroboh itu mengunyah roti sambil melamun. "Untung kamu yang datang, Lix! Kalau tadi sales kompor, gak sanggup aku ngadepinnya."
"Gak mungkin juga ada sales kompor malam-malam," gumam Felix dengan raut wajah datar.
"Jadi, kamu mau ngapain malam-malam ke sini? Padahal penakut banget."
Felix pun teringat tujuan dia datang ke mari dan menceritakan kejanggalan yang dialami beberapa hari lalu ketika pertama kali menginjakkan kaki di halaman mansion, ingatan aneh yang muncul sekejap.
Awalnya dia tidak begitu menghiraukan tragedi mengerikan yang muncul sepintas di kepalanya tersebut. Tapi sejak itu, dia selalu memimpikan hal yang sama setiap hari.
Sempat ingin membicarakan mimpinya tersebut saat menelpon Hyunjin. Sayangnya panggilan harus terputus. Felix berpikir, mungkin mansion ini berhubungan dengan masa lalunya. Sehingga dia memutuskan untuk mencari tahu sendiri.
Namun, Hyunjin memiliki sudut pandang berbeda. "Lix, jangan-jangan ... kamu indihome?!" tunjuknya dengan kelopak mata melebar.
"Apaan?"
"Itu ... yang bisa lihat hal-hal mistis."
"Indigo."
"Oh, sudah berubah ya penyebutannya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Sunshine
Fanfiction❝Kita adalah ketidaksengajaan yang diatur baik oleh Tuhan❞ Menyandang nama sebagai putra kepala Distrik 9 membuat Felix menjadi incaran. Dia kunci dari sesuatu yang berharga---sehingga selama 10 tahun, keberadaannya berusaha disembunyikan. Drama |...