Estel tiba di apartementnya larut malam. Cowok berkacamata itu nggak sadar kalau dirinya masih aja tersenyum semenjak bertemu dengan Arsan, eskpresi di wajahnya lembut dan nggak sinis seperti biasanya. Mbak-mbak di meja resepsionis sampai kaget melihat si tuan muda datang dengan ekspresi seperti itu- awalanya dia kira Estel mabuk, tapi ternyata nggak.
Estel biasanya pandai menyembunyikan perasaannya sendiri di depan orang lain, tapi kenapa kali ini nggak bisa?
Jawabannya satu: Estel terlalu senang dengan hiburan barunya. Dia nggak salah memilih Arsan, terbukti seberapa menyenangkannya cowok dengan wajah imut itu. Estel tahu Arsan hanya setuju dengan perjanjian yang dibuat karena uangnya, tapi bukan berarti mereka berdua nggak bisa bersenang-senang. Ada banyak hal yang Estel ingin lakukan dengan Arsan. Hadiah dan apapun itu bisa dia berikan selama sugar babynya bisa memegang janjinya.
Estel yang masih aja tersenyum bodoh tiba-tiba mendengar handphonenya berdering dari dalam kantong celana. Dia ambil handphone sekaligus kunci pintu apartemennya.
ID CALLER: Edan
"Hum, Dan?"
"Jangan hum-hum mulu! Lo dimana sekarang?"
"Baru balik ke apart."
"Habis ketemu Arsan kan, temennya Arino yang lo tanyain itu?"
"Kenapa emangnya?"
"Coba lo lihat apa yang gua kirim!"
Estel nggak menjawab perintah dari Aidan meskipun temannya itu terdengar panik setengah mati. Estel masih santai membuka pintu apartemennya, lalu menguncinya kembali. Apartemen milik Estel berdiri di tengah kota Jakarta dan dilengkapi fasilitas yang cukup mewah. Ada dua kamar tidur, ruang tengah, dan dapur yang luasnya mungkin bisa dijadikan tempat orang hajatan.
Apartemen ini adalah pemberian Avenia, mama Estel, sebelum pindah ke Inggris dan meninggalkan putra keduanya sendiri di Indonesia. Namun, seberapa mahal dan mewahnya tempat ini, hanya angin yang menyambut kedatangan pemiliknya. Satu-satunya kehidupan di dalam sana hanya milik Estel ditemani lukisan, foto-foto di dinding, dan pernak-pernik di atas lemari. Ini lah sebagian kecil dari realita milik Estel, sendirian dan kesepian. Dia nggak pernah terbiasa dengan perasaan itu. Mungkin itu juga alasannya mengapa dia sangat berani membuat perjanjian dengan Arsan.
Inilah yang akhirnya melunturkan senyum di wajah Estel dikit demi sedikit. Foto yang dikirimkan Aidan juga makin menambah emosinya sendiri.
ID CALLER: Edan
"Foto?"
"Itu foto LO lagi makan siang bareng ARSAN."
"Yes! Ada yang DIEM-DIEM foto LO dan ARSAN.""Lo tau siapa orangnya?"
"Lo santai banget, malah gua yang kebakaran jenggot ngurus orangnya."
"Pelayan di restoran itu kan?"
"Kok lo udah tau pelakunya?"
"Gua udah urus orangnya, El, tapi jangan tanya gimana caranya.""...alright."
"Ehhhh, jangan main alright aja lo."
"Gua harus tau kenapa lo ketemu Arsan dan ngajak dia makan.""Gua lagi bosen aja."
"Orang mah cari hiburan, El. Lo malah cari masalah."
"Yeah... dia itu hiburan gua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Best of Me
Fanfiction"By the way, bisa engga sih lo jatuh cinta sama sugar daddy sendiri?" [Wooyoung : San] [Bahasa]