UKS terasa sunyi. Hanya suara kipas angin tua yang berputar pelan terdengar mengisi ruangan. Tubuh Phuwin masih terbaring lemah di ranjang putih itu.
Wajahnya terlihat pucat pasi, dengan keringat dingin yang membasahi dahinya. Sejak ia pingsan siang tadi, tubuhnya masih belum menunjukkan tanda-tanda sadar.
Nata berdiri di samping ranjang dengan perasaan campur aduk. Ia menggigit bibir bawahnya sambil sesekali mengusap dahi Phuwin dengan kain basah. Rasa khawatir menggerogoti pikirannya.
"Phuwin..." gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri.
Tangan Nata gemetar saat merasakan betapa panasnya suhu tubuh Phuwin. Sesekali ia melirik ke pintu UKS, berharap ada petugas medis datang untuk memeriksa keadaan phuwin lebih lanjut. Tapi nyatanya, ruangan itu tetap sepi.
Skip
Sementara itu, di sebuah warung kecil di luar sekolah, Ravit, Joong, dan Winny duduk santai menikmati makanan mereka. Hiruk pikuk kendaraan di jalanan terdengar samar di belakang mereka.
Ravit menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan sikap santai, sementara Joong sibuk membuka botol minuman. Winny duduk di sebelah mereka, sibuk dengan ponselnya.
"Eh," Joong membuka percakapan, menoleh ke Ravit. "Di sekolah kita ada anak beasiswa, ya?"
"Ngapain lo nanya gitu?" Ravit membalas dengan nada malas sambil menyeruput minumannya.
"Baru inget aja. Kayaknya gue pernah denger rumor soal anak beasiswa, tapi gue lupa siapa." Joong mengangkat bahu santai.
"Penasaran aja."
Winny ikut nimbrung tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponselnya.
"Ah, gue tau tuh. Anak beasiswa di sekolah kita emang ada. Tapi gue ga terlalu peduli, sih. Kenapa, Joong? Lo tiba-tiba perhatian banget?"
"Bukan perhatian. Gue cuma mikir aja... kalo dia pinter banget, kenapa namanya ga pernah kedengeran di acara-acara sekolah?"
Joong mengernyitkan dahi, mencoba mengingat sesuatu. Ravit menaruh gelasnya di meja.
"Ya mungkin dia cuma pinter di akademik, tapi ga pantes buat yang lain. Lagian, sekolah kita jarang ngomongin mereka kan?"
Joong mengangguk pelan, matanya mengarah ke jalanan luar. Tapi pikirannya seperti tenggelam dalam pertanyaan yang lebih besar.
"Nah, lo sendiri kenapa tiba-tiba nanya?" Winny akhirnya meletakkan ponselnya, menatap Joong dengan penasaran.
"Gue cuma penasaran aja. Jangan-jangan ada sesuatu yang gue lewatkan." Joong menjawab singkat, tapi nada bicaranya terdengar serius.
Percakapan itu pun berakhir tanpa kesimpulan. Ravit, Joong, dan Winny kembali menikmati makanannya, tanpa menyadari bahwa di dalam sekolah, ada pengumuman besar yang baru saja mengguncang kehidupan seseorang.
Skip
Ruangan UKS masih sunyi. Nata duduk di samping ranjang dengan ekspresi cemas, menatap wajah Phuwin yang tetap pucat.
Waktu terasa berjalan lambat. Pikirannya terus berputar tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Phuwin selama satu minggu terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang Kaya & Si Anak Beasiswa [pondphuwin]
Historia CortaGanti cover!! Please follow vote and comment !!