Bab 4 Jejak Awal

0 0 0
                                    

Kicauan burung membangunkannya dari Alam mimpi. Dengan cepat dirinya bersiap-siap untuk kembali melanjutkan perjalanannya. Setelah pamit ia pun meneruskan jejaknya membantu orang yang kesusahan.

“Ini hari kedua, bisa gak ya aku selesaikan nya sebelum sebulan. Aku gak mau jadi permaisurinya.”

Dalam perjalanannya, seketika pohon di sampingnya meledak karena panah yang tertancap di batangnya.

“Astaga! Kenapa nih?”

“Berhenti di sana!” teriak seseorang sambil meluncurkan anak panahnya.

Dengan gesit Yuuna menghindari serangan itu dan berlari sekencang mungkin.
Ini kenapa sih? Kenapa aku dikejar? Aku kan gak berbuat jahat

Dengan sekuat tenaga ia berlari sembari menghindari serangan panah dari orang itu. Tiba-tiba sebuah tangan menariknya masuk ke dalam pohon.

“Anda tidak apa-apa?” tanya anak perempuan.

“Aku baik-baik saja. Terima kasih, ya.” Jawabnya melihat gadis kecil itu yang tubuhnya setengah burung.

“Anda permaisuri tuan Jun, ya?”

“Eh Eeee... Iya apa bukan, ya? Kenapa kamu bisa tau?” tanyanya.

“Ada tanda tuan Jun di leher dan pergelangan tangan Anda. Itu adalah tanda permaisuri kerajaan di sana.” Jelasnya.

Setelah cukup aman mereka berjalan keluar dari pohon tersebut. Melihat Yuuna sedikit terluka gadis kecil itu mengajaknya ke rumahnya.

Baik sekali gadis kecil ini, oiya Sho ke mana, ya? Bukannya dia bertugas menemaniku?

“Kamu mencari saya?” tiba-tiba Sho muncul di pundaknya dalam ukuran kecil seperti tikus.

“Ada apa dengan bentuk tubuhmu? Kamu menyusut?” tanyanya.

“Lupakan itu. Panggil saja bila kamu butuh bantuan.” Jawabnya kemudian menghilang.

Beberapa menit berlalu, mereka sampai di sebuah desa yang cukup indah di mana setiap rumah di pasang lampu-lampu sihir yang berwarna-warni.

“Akan saya kenalkan Anda pada semua orang di sini.”

“Em anu... Boleh aku tau namamu? Tolong jangan terlalu formal padaku.” Kata Yuuna.

“Ah maaf, nama saya Rin. Saya tak enak berbicara formal dengan permaisuri.” Jawabnya.

“Heh dengar ya, aku ini bukan permaisurinya! Ini kan bukan di kerajaan.” Kata Yuuna membuat gadis kecil itu tertawa.

“Iya ya. Baiklah.”

Setelah dikenalkan pada semua orang di sana ia mendapatkan perlakukan yang hangat dan sambutan meriah. Lukanya juga diobati dan diberi tempat tinggal sementara sampai lukanya sembuh.

“Istriku cerdas sekali, ya.” ucap Jun tiba-tiba muncul di belakang Yuuna.

“Ka-kamu kok bis–”

“Sstttt... Kecilkan suaramu.” Kata Jun menempelkan jari telunjuknya di depan bibir Yuuna.

Gadis itu heran melihat Jun yang seorang raja malah berpakaian seperti penjual kue keliling lengkap dengan topi dan handuknya.

“Kamu ngapain di sini?” tanyanya bingung.

“Sudahku peringatkan, sekarang banyak yang mengincarmu karena mutiara itu. Jangan sampai terluka lagi.” Ucapnya sembari meraih luka di tangan Yuuna dan mengobatinya.

Eh ajaib bener langsung sembuh lukanya
Yuuna takjub melihat keajaiban itu.

“Memang mutiara itu apa sih? Kenapa diincar oleh orang-orang?” Tanya Yuuna penasaran.

“Mutiara hitam itu adalah bagian dari kekuatan dan hidupku. Bila sampai hancur keamanan di wilayah kekuasaanku akan melemah. Dan bila kau tak dapat menjaganya aku tak segan-segan akan membunuhmu.” Jelasnya.

Please aku mau cepat menyelesaikan pekerjaan ini dan mengembalikan mutiara itu. Ini sama saja nyawaku sudah ada di ujung jurang
Yuuna hanya mengangguk menjawabnya.

“Bagaimana cara mengeluarkan mutiara itu? Aku tidak mau nyawaku yang menjadi taruhannya.”

“Sedang ku pikirkan bagaimana cara mengeluarkannya.” Jawab Jun.

Kalau aku tak kasihan melihatmu sudahku paksa mutiara itu untuk Keluar dan melukai tubuhmu. Penderitaannya di dunia sana cukup berat, bila aku beri tau siapa yang membunuh keluarganya, dia pasti akan lebih terluka
Perlahan Jun menghilang bersama cahaya kunang-kunang.

“Kalau aku mati di sini... Aku gak bakal hidup lagi dong. Padahal aku ingin tau siapa sebenarnya orang yang telah tega membunuh keluargaku. Dan aku ingin tau kelanjutan hubungan Misae dengan Ken.” Ucapnya.

Ketika tengah beristirahat terdengar keributan di luar. Karena penasaran ia pun menghampiri sumber suara tersebut.

“Maaf, ini ada apa, ya?”

“Kami sedang kekurangan air, mereka malah mengambil air  yang sudah susah payah kami cari dari bukit ke bukit.” Katanya.

“Kami juga butuh air bahkan lebih membutuhkan!” balasnya.

Perdebatan itu kembali terjadi dan dengan suara lantangnya Yuuna dapat mendiamkan perdebatan itu.

“Memang kalian mengambil air dari mana?” tanya Yuuna.

“Dari balik bukit sana.” Tunjuknya.

Ah pantas saja, itu terlalu jauh. Dunia ini kan beda dengan duniaku yang sudah ada pipa penyaluran air
Dalam diamnya ia terpikirkan sesuatu.

“Apa di sini tidak ada sumur?”

“Apa itu sumur?” tanya mereka heran.

Dengan tenang gadis itu pun menjelaskan tentang sumur yang akan memudahkan mereka dalam mendapatkan air. Mendengar penjelasan itu semua orang di sana setuju dan segera melaksanakannya.

“Anda maksudku kakak hebat bisa melerai perdebatan itu.” Kata Rin tersenyum.

“Terima kasih.” Jawabnya.

Tak lama kemudian dengan bantuan kekuatan mereka berhasil menyelesaikan tiga sumur yang akan menjadi sumber mata air untuk kebutuhan.

Tak hanya itu Yuuna juga mengajarkan cara menggunakan sumur tersebut dan mengenalkan berbagai masakan dari dunianya.

“Mendengar cerita dari dunia mu sepertinya sangat indah.” Kata Lin saudari Rin.

“Apa semua orang di sana memiliki sikap baik sepertimu?”

“Apa kamu akan kembali ke duniamu?”
Semua pertanyaan itu hanya bisa dijawab senyuman darinya. Ia tak ingin menjelaskan bahwa dunianya tidak seindah yang dibayangkannya.

Duniaku pedih, semuanya tak adil. Hanya orang yang sempurna yang dihargai di sana

Malam pun tiba. Melihat menu masakan yang itu-itu saja membuat matanya bosan melihatnya. Ia pun mencoba untuk membuat masakan dari dunianya.

“Kakak masak apa?” tanya Lin.

“Baunya harum sekali. Masakan apa itu?” tanya salah satu warga di sana.

“Masakan apa ini? Baunya enak.”

“Aku jadi tak sabar ingin mencicipinya.”

“Yuuna pandai memasak, ya. Sungguh gadis hebat!”

Gadis itu tersenyum mendengar pujian dari warga di sana. Ia juga memberikan resep masakan yang ia buat sebagai menu baru untuk makanan di sana.

Kebetulan sekali ya, di sini banyak sekali rempah-rempah untuk membuat masakan di duniaku

“Ini namanya nasi goreng, kalau ini tempura.” Ucapnya.

Setelah dihidangkan mereka semua pun menyantap makanan itu dan terlihat wajah bahagia setelah melahap nya.

“Enak sekali!” kompak mereka.

“Syukurlah kalau sesuai lidah kalian.” Kata Yuuna.

Semuanya bersorak gembira dengan masakan lezat itu. Ketika semua orang tengah sibuk makan malam, Yuuna pun beristirahat di bawah pohon tak jauh dari perkampungan itu.

“Capek juga ya berbuat kebaikan tapi gak apa-apa. Eh apa tadi kebaikan juga, ya? Kalau Iya berarti bertambah dong.”

Belum sempat ia duduk tiba-tiba seseorang membekapnya dari belakang dan perlahan pandangannya menjadi gelap.

Become The Demon King's Consort Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang