Bab 3 Satu Kebaikan

1 0 0
                                    

Hi gesss Yesa come back🤭
Oiya sebelumnya aku mau kasih tau bahwa cerita ini tuh udah lama dibuat cuma baru berani aku up sekarang.

Jadi mohon maaf ya kalau banyak typo dan penulisannya yang kurang rapi hehehe.

Happy Reading 🌹





Di tengah kesunyian seseorang menggelitiki telinganya hingga membuatnya terpaksa bangun.

Siapa sih yang menggangguku? Ini kan masih malam

“Pagi istriku.” ucap Jun tersenyum.

“Hm? Kau! Sejak kapan ada di sini? Kenapa kau bisa ke sini?” tanyanya langsung menjauh dari Jun.

“Kau tidak akan lupa dengan janjimu, kan?” Tanya Jun.

“Aku ingat! Aku akan melakukan 100 kebaikan dalam waktu 1 bulan.” Jawabnya percaya diri.

“Begitu, lakukanlah.” Balas Jun.

Tepat ketika Fajar terlihat, Yuuna bergegas pergi dari kediaman Jun melaksanakan janjinya. Sepanjang ia berjalan di sekitar istana tidak ada orang yang  terlihat membutuhkan bantuannya.

Bagaimana ini? Kenapa di dunia ini sulit untuk mencari orang yang kesusahan?

Karena kesal gadis itu menendang kerikil di depannya. Seketika terdengar suara tangisan anak kecil tak jauh darinya.

Dengan mengikuti sumber suara itu ia melihat di gang sempit terdapat anak laki-laki yang tengah menangis.

“Hei, kenapa kamu menangis?” tanyanya.

“Aku ingin pulang.” Jawabnya sesenggukan.

“Mari kakak antar pulang, di mana arah rumahmu?”

“Di sana tapi aku takut mereka akan melukaiku dan nenekku.” ucapnya.

Jadi dia tinggal bersama neneknya, siapa yang dia maksud akan melukainya? Apa di dunia ini juga ada penjahat? Ku kira hanya ada di dunia manusia saja

Dengan meyakinkan anak itu mereka pun berjalan pulang. Apa yang dikatakan anak itu benar, sesampainya di rumah terlihat dua laki-laki berbadan besar berdiri di depan pintu.

Mataku rabun apa gimana ya? Mereka banteng atau rusa? Atau siluman kuda?
Yuuna sedikit tertawa melihat dua laki-laki itu.

“Nah ini dia, kembalikan makanan kami yang kamu curi!” Ucapnya sembari menunjuk ke anak kecil itu.

“Tunggu, sebenarnya apa yang terjadi? Tolong selesaikan dengan kepala dingin.” Kata Yuuna berdiri berhadapan dengan orang itu.

“Saya Rus, pemilik kedai makanan di ujung sana dan anak kecil ini telah mencuri makanan dari kedai saya.” Jelasnya.

“Betul begitu?” Yuuna menatap anak kecil tadi.

“Maaf, Leo lapar dan tidak punya uang, nenek juga sudah tidak makan 5 hari.” Jawabnya sedih.

Ya ampun ini yang gak aku suka, ternyata tidak hanya di duniaku saja yang sebagian masyarakatnya krisis keuangan dan ekonomi, bahkan pemerintahan di duniaku kejam di mana masyarakat yang tidak mampu tidak pernah diperhatikan

Yuuna menghela napasnya lalu berjongkok pada Leo sembari memegang kedua tangannya.

“Leo sayang... Mencuri itu tidak baik, kalau kamu ingin makan minta lah jangan mencuri, Kakak yakin orang-orang akan paham dengan keadaan mu.” Jelas Yuuna tersenyum.

“Iya, maaf, Kak.”

Gadis itu pun kembali menatap Rus dan sama memberikan pencerahan padanya.

“Saya tau mungkin Anda akan rugi, tapi apa Anda tidak kasihan melihat anak yatim piatu ini kelaparan? Mungkin caranya salah tapi setidaknya Anda tidak menuntut untuk di kembalikan, sesekali sedekah lah.” Jelasnya.

Rus terdiam mencerna kata-kata Yuuna dan lalu meminta maaf, Leo juga meminta maaf pada si pemilik kedai itu yang mencuri makanan.

Syukurlah aku dapat membantu, ini satu kebaikan yang mudah, mungkin ke depannya akan ada masalah yang berat
Yuuna tersenyum melihat keduanya telah akur.

“Terima kasih ya anak muda, mari masuk ke rumah nenek, ini sudah hampir malam.”

“Ah iya nek tapi–”

“Ayok kak masuk, bermalam lah di rumah kami.” Ucap Leo.

Tak enak bila menolak Yuuna pun memutuskan untuk menginap semalam sebelum melanjutkan perjalanan. Setelah di persilahkan masuk ia pun diantarkan ke kamarnya.

“Wah luas banget, suasananya juga nyaman.” Batin Yuuna.

“Gantilah pakaianmu dengan ini, nenek tunggu di dapur, ya. Kita makan bersama.” Ucap nenek yang diangguki Yuuna.

Ketika tengah berganti pakaian hawa dingin datang menusuk tubuhnya. Gadis itu merasa ada seseorang di belakang yang tengah memerhatikannya.

Untung aku sudah ganti pakaian. Siapa ya di belakang?

Ia ragu untuk berbalik ke belakang.

“Kenapa kau takut istriku?”

“Eloo! Gimana bisa–”

“Sstttt... Kecilkan suaramu. Kamu tidak rindu dengan suamimu ini?” ucap Jun.

“Kamu bukan suamiku!” tegasnya.

Jun pun memperlihatkan sebuah jam pasir dan sebuah kertas di mana tulisannya kini baru satu kebaikan yang Yuuna buat.

“Semuanya akan tercatat di sini. Oiya waktu tetap berjalan, manfaat kan dengan sebaik mungkin.” Kata Jun tersenyum.

“Liat saja, akan ku selesaikan tantangan itu sebelum satu bulan!” ucap Yuuna percaya diri.

“Lakukan! Aku tunggu hasilnya. Satu hal lagi....” kata Jun mendekat.

“A-apa? Mau apa kau?”

“Jangan sampai mutiara itu jatuh ke tangan orang yang salah. Kau tau dampaknya apa? Kau akan mati.” Ucapnya dingin.

Gadis itu terdiam takut melihat wajah dingin Jun. Ia hanya bisa mengangguk menjawabnya.

“Istirahatlah dengan tenang. Selamat malam, istriku.” ucapnya mencium kening Yuuna lalu menghilang seperti abu.

“Tunggu... Istri? Sejak kapan sih aku jadi istrinya?” Heran Yuuna.

“Sejak tanda itu diberikan padamu.” ucap seseorang.

Yuuna terkejut melihat seekor rubah putih dengan ekor sembilan berdiri di dekatnya.

“Siapa kamu?”

“Namaku Sho. Aku ditugaskan oleh tuan Jun untuk menemanimu selama perjalanan.” Jawabnya.

“Oh... Tapi tanda apa?” tanyanya.

“Tanda yang ada di leher dan pergelangan tanganmu.” Jawabnya.

Hah yang mana? Jangan-jangan waktu itu....

Ia mengingat kembali kejadian semalam.
Setelah siap ia pun pergi menyusul nenek dan makan malam bersama di sana.

***

Di sisi lain, Jun tersenyum memandang Yuuna dari atap rumah.

“Kau manis sekali Yuuna. Tapi nyawamu sedang terancam. Sekarang mereka pasti berlomba-lomba untuk mendapatkan mutiara itu.”

“Mutiara itu bagian dari hidup ku. Bila hancur semuanya akan berakhir.” Lanjutnya.

Tak lama kemudian seorang laki-laki berjubah hitam datang memberi hormat padanya dan menyampaikan sesuatu. Pemimpin kerajaan seberang mengajaknya bertemu untuk mendiskusikan sesuatu.

“Sampaikan aku akan menghadiri pertemuan itu.”

“Baik, Tuan.” Jawabnya kemudian pergi.

Jun kembali termenung memikirkan mutiara itu.
Bila Dewi sudah tiada, peperangan besar pasti akan terjadi. Aku harus secepatnya mengambil mutiara itu dalam tubuh Yuuna. Tapi bagaimana? Bila mengambilnya secara paksa dia bisa mati

Become The Demon King's Consort Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang