Dini hari tepat pada pukul 01.52 di sebuah rumah sakit bandung sangat kelabu, suara-suara tangisan membuat suasana menjadi lebih kacau.
Kai bersama mamahnya (Mathilda) yang kini tengah menunduk lemas sembari mengeluarkan air matanya sedang menunggu seorang yang mereka sayang di dalam ruang ICU, Kai mulai berteriak dengan pandangannya yang kabur "PAH..., JANGAN TINGGALIN KAI PAH...", "Kai udah Kai..., kita berdoa buat papah ya..." isak Mathilda sambil mengelus rambut Kai dengan kasar. Kai merasa sangat hancur saat ini, badannya gemetar dingin serta pikiran yang ribut.
Datang tiga orang yaitu keluarga Kai, yaitu Azriel saudaranya, om Hardi dan tantenya Mona, mereka yang sedang berlibur di Yogyakarta harus ke bandung karena mendapatkan chat dari mamahnya Kai bahwa papahnya masuk ruang ICU.
"Kai" lirih Azriel sembari menahan tangis.
Kai tanpa sepatah kata pun langsung memeluk Azriel dengan erat dan menangis hebat di pelukan Azriel.
"PAPAH ZRIEL..., PAPAH..." lemas Kai.
"I-iya Kai, tenang yah..., om Andi pasti bisa sembuh kok" jawab Azriel sambil mengelus pundak Kai.
Tante Mona juga menangis sambil memeluk erat mamahnya Kai yang kini tengah menangis.
"Mathilda..." tangis tante Mona.
"Aku gak bisa lagi..., aku gak sanggup liatnya..." lirih Mathilda dengan terbata-bata.
"Mathilda, saya yakin Andi bisa melewati masa-masa ini, kita berdoa ya..." jawab om Hardi yang sedang berusaha dengan kuat agar air matanya tidak jatuh.
Kini Kai dan Azriel berdiri di sebelah pintu ICU dan wajah Kai hanya menunduk ke bawah, tangannya gemetar dan nafas yang tersedu-sedu, Azriel yang melihat gerak-gerik Kai pun langsung memegang tangan Kai yang dingin itu.
"Zriel gue takut papah kenapa-kenapa" khawatir Kai dengan nada yang lemas.
"Kai, tenang ya..., tenang..., om Andi pasti baik-baik aja" jawab Azriel sambil memegang erat tangan Kai.
Pintu pun terbuka dan semua orang yang ada di depan pintu itu langsung menetap ke arah sang dokter yang berada di depan mereka semua.
Semua orang yang berada di situ langsung menghampiri dokter yang tengah menangani papahnya Kai, Andi Darmawangsa.
"Dok, gimana keadaan suami saya?" Penasaran Mathilda.
"Keadaan pak Andi baik-baik aja kan dok?" Tanya tante Mona
"dokter, papah saya baik-baik aja kan?" Tanya Kai dengan mata yang berkaca-kaca.
Dokter itu menunduk dan berkata " semuanya maaf karena saya di dalam sudah melakukan yang terbaik, pak Andi Darmawangsa tidak selamat, pak Andi meninggal dunia, maaf kami sudah melakukan yang terbaik" renung si dokter itu sambil pergi meninggalkan mereka.
Semua yang ada disana sangat hancur, mereka menangis, tante Mona memeluk mamahnya Kai yang histeris dan om Hardi juga menunduk sambik menangis.
Kai yang saat itu diam, tatapan kosong dan rasanya tak bisa dengar siapa-siapa, Azriel menyadarkan Kai dan Kai menangis dengan kencang "PAPAH...." hingga Kai terjatuh lemas.
"Kai... Kai..." lirih Azriel.
Muka sembab Kai terlihat, Kai masih menangis sembari Azriel memeluk Kai yang kini juga ia menangis.
" Papah Zriel..., papah..., papah udah nggak ada..." tangis Kai dengan kencang.
"Iya Kai..., sabar kai..." tangis Azriel.
"PAPAH..." tangis Mathilda yang dipeluk oleh tante Mona.
"Ikhlas ya..., Mathilda..., ikhlas..." peluk erat tante Mona sambil menangis."Enggak, gak bisa..." sedunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ACADEMY PARTNER
Teen Fiction"Masa depan kita masih panjang Kai, setelah lo ngungkap masalah ini pun, pasti masih banyak masalah yang akan dateng ke hidup kita" apa bener begitu?