?/?

815 67 4
                                    



Pernah tidak, kalian mempunyai sahabat yang sejak kecil hingga remaja bersama? Dan selalu satu sekolah, walaupun berbeda kelas. Selalu hanya ingin bersama mu, sangat posesif dan membuat pandangan publik berpikir bahwa kalian merupakan pasangan?









BRAKK!


"Renjun, Jeno berkelahi!"

Manik dengan binar bintang itu menatap terkejut "Tunggu— Apa?! Bagaimana bisa!" Ungkapnya. Kemudian, berlari keluar kelas menuju lokasi kejadian, dimana sahabatnya sedang berkelahi.

Ekspresi yang dikeluarkan begitu khawatir selama menuju tempat kejadian.

Namun, begitu dirinya tiba. Pemandangan yang membuat tubuh nya terdiam kaku, memandang penuh ketidak percayaan apa yang tersaji didepan sana.

Sahabatnya, menghajar seseorang yang sudah terbaring dengan penuh luka dan lebam begitu parah. Di lapangan.








Katakan, bagaimana rasanya? Menyenangkan ketika ada yang begitu menjaga mu, namun merasa tidak nyaman kerena kecemburuan yang tidak berdasar.










"Lihat, kamu begitu jelek dengan lebam dan luka kecil ini!" Pemuda itu berujar kesal seraya mengobati luka yang terdapat ditubuh sahabatnya.

"Shh... Pelan-pelan, kau menyakitiku."

Mendengar rengekan itu, membuat pemuda itu memandang kesal pemuda lain yang masih menggunakan baju basketnya "Ini salah mu, kenapa harus bertengkar dengan Jaemin? Dia teman satu team basket kamu!"

Pemuda lain yang memiliki lebam dan beberapa luka kecil mendengus kasar "Dia pantas mendapatkan nya."

"Atas apa dia pantas mendapatkan nya? Coba, kau jelaskan!" Mendengar ini, pemuda yang duduk disisi ranjang UKS memandang penuh kepada nya.

"...dia membicarakan hal kotor tentangmu."









Aku mengalami nya.
Merasakan bagaimana diperlakukan begitu istimewa, namun berakhir menimbulkan prasangka Dimata publik tentang persahabatan kami.








"Malam ini, datanglah kerumah. Renjun."

Yang disebutkan namanya, menoleh. Memandang wajah tampan yang terdapat beberapa plester.

"...mengapa demikian?"

Yang ditanya memandang penuh kepada sahabatnya, begitu sibuk merapihkan buku-buku dimeja nya. Dikelas ini, hanya terdapat Renjun serta pemuda lain yang duduk bersandar disalah satu kursi. Memperhatikan, bagaimana pemuda yang memiliki paras menawan dihadapannya.

"Kak Mark, diangkat menjadi direktur. Ibu membuat pesta kecil untuk merayakan kabar gembira ini."

Mendengar kalimat pertama, membuat tubuh nya terdiam beberapa detik. Kemudian tersenyum tulus, hanya untuk membuat pemuda lain disana membisu melihat seulas garis melengkung indah.

"Selamat atas kenaikan pangkat, kakak mu."





Namun, faktanya-- kami hanya bersahabat.








Ting!

"Iya-- oh? Renjun sayang~ kamu akhirnya datang, ayo masuk!"

Senyuman terukir disana, Renjun memeluk tubuh wanita paruh baya yang seumuran seperti mama nya.

"Apa kabar Ibu Lee?"

Wanita itu tersenyum lembut "Ibu begitu baik, kau bertambah menawan Renjun."








Dan, aku memiliki rahasia besar. Sudah lama aku sembunyikan sejak kecil hingga sekarang.






"Jeno! Renjun sudah datang! Temani dia menuju halaman belakang!"

Matanya memperhatikan segala hal didalam rumah ini, hingga tidak lama sosok pemuda menghampiri dengan surai hitamnya sedikit berantakan. Renjun tertawa kecil melihat ini, membuat Jeno-- sahabatku mendengus.

"Ayo, langsung saja menuju halaman belakang. Ayah sudah disana, sedang memanggang."





Sebuah rahasia, yang bahkan sahabat ku sendiri tidak mengetahui ini.







"Ayah, Renjun sudah datang."

Pria paruh baya yang memiliki umur lebih tua dari baba nya, tersenyum hangat kepada Renjun.

"Selamat datang, Renjun. Maaf terlihat begitu berantakan, haha!"

Bibirnya tersenyum, hendak bersuara yang membuat sosoknya tidak jadi berbicara. Begitu, sosok pemuda lain melangkah melewati nya dan berdiri di hadapan pria baruh disana.

"Ayah, aku sudah membeli bumbu dan saus. Beristirahatlah, biarkan aku dan Jeno yang mengurus sisanya."

Mendengar ini, Jeno memprotes tidak senang "Aku tidak! Lihat wajah milik ku sudah kotor akan arang! Kak, kamu tidak bersimpati atas luka-luka ditubuh adik mu ini?"

Pemuda disana mendengus "Itu kesalahan mu, tidak ada yang meminta mu berkelahi."

"Oh? Renjun?"

Mendengar namanya dipanggil oleh pemuda lain, membuat sang empu memandang penuh kegugupan. Memandang dengan telinga yang memanas, beruntung ini sudah malam.

Pemuda lain itu tersenyum, membuat kinerja jantungnya bertalu lebih cepat. Perutnya terasa terlilit, melihat senyuman tersebut.

"Iya, Kak Mark."





Yang selalu, membuat ku bertingkah seperti pencuri ketika berkunjung kerumah ini. Takut, tertangkap basah karena aksinya.








"Sejak kapan kau datang? Aku tidak menyadari nya."


Berusaha bersikap tetap tenang, sosok Renjun menjawab dengan santai. Berbanding terbalik dengan kondisi jiwa serta hatinya. Tersenyum tipis dengan pandangan terpusat kepada sosok disana.



"...baru saja."














I'm love, he's my best friends big brother.















§§§§







To be continue.

The Secret ╹Markren╹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang