kelimabelas

677 89 52
                                    

Langkah Tzuyu kian pelan saat samar-samar melihat Sana berada didalam mobil jemputannya. Gadis itu sedang berbicara dengan staf. Sudah mau menjelang pagi, Tzuyu ingin cepat-cepat pergi dari tempatnya sebelum segerombolan wartawan menyadari keberadaannya yang kini setengah menyamar di bandara. Namun kehadiran Sana membuat langkahnya menjadi begitu ragu

Kemaren setelah dirinya memutuskan batal landing disore hari, Tzuyu lantas memindahkan jadwal penerbangannya pada tengah malam sehingga diperkirakan landing pada dini hari.

Selain untuk menghindari jemputan Sana, landing dijam sekarang juga cukup bagus untuk meminimalisir kepekaan wartawan terhadap samarannya.

Tzuyu merasa sia-sia karena Sana yang tetap menjemputnya. Ntah siapa yang memberitahu Sana atas pemindahan kepulangannya saat ini.

"Tzuyu, cepetan masuk" Suara interupsi dari manager, membuat Sana menoleh. Gadis berkelahiran Desember itu spontan tersenyum, senyuman yang sangat manis dikhususkannya untuk menyambut kedatangan Tzuyu.

Dulu, tiap Sana tersenyum, maka Tzuyu akan ikut tersenyum saking kesenengannya disenyumin Sana. Bagi Tzuyu tidak ada senyum yang lebih baik selain senyuman Sana. Namun sekarang Tzuyu sudah sadar. Senyum Sana itu hanya sebuah kepura-puraan untuknya

Senyuman Sana perlahan pudar saat merasa sambutannya tidak ada guna, karna Tzuyu bahkan tidak menoleh kearahnya.

Didalam mobil hanya ada keheningan. Tidak sedikitpun Tzuyu menggerakkan kepalanya ke arah Sana. Padahal selama 7 tahun ini Tzuyu selalu menikmati dan memuja wajah indah Sana, tidak pernah berpaling dari karya indah sang ciptaan Tuhan tersebut. Tapi kali ini-- mau tidak mau Tzuyu harus meleburkan hasratnya itu, demi agar kenyamanan orang disampingnya terjamin.

Sana memperhatikan Tzuyu yang kini lebih fokus memandangi langit gelap lewat jendela, wajahnya tetap bersinar meski Sana hanya mampu melihatnya dari samping dan hanya bermodalkan lampu mobil yang remang-remang. Sana ingin melihat wajah yang amat ia rindukan itu lebih jelas

"Tzuyu.."

"Hmmm"

"Liat aku" Titahnya

Terdengar helaan cukup berat keluar dari mulut Tzuyu, dengan ragu Tzuyu menatap Sana. "Iya?"

"Kamu kenapa?"

"Aku baik"

"Bukan itu, sikap kamu kenapa? Kenapa aneh?"

"Gak ada yang aneh kok"

Sana menghela nafasnya. Sepertinya Tzuyu kali ini benar-benar kesal padanya. "Kamu marah karena aku yang akhir-akhir ini gada waktu buat kita?"

Tzuyu menggeleng "aku gak marah"

"Terus kenapa?"

Tzuyu memutar kepalanya kembali menatap jendela "eonnie, masih inget tempat jadian kita?"

"Tiba-tiba?"

Kali ini Tzuyu tersenyum, walau tipis samar Sana dapat menangkapnya. Dan pemandangan itu sukses membuat perasaan Sana menghangat "lain kali kita kesana yuk"

Sana mengangguk setuju, sudah lama juga mereka tidak mengenang tempat bersejarah itu. Karna jadwal Twice yang padat

"Ayok! Selesai sama project aku, nanti kita kesana yaa"

Sana mencoba menghitung tanggal melalui jarinya "tanggal 25 besok, kita ketemu disana" Ulangnya terjeda beberapa saat "Ehh tunggu-- tanggal 25 bukannya tanggal hari jadi kita? Pas banget kita kesana sambil rayain anniv ke 8" Ujar Sana excited yang tiba-tiba menjadi tidak sabar

Senyum Tzuyu yang setipis tisu tadi mendadak saja lenyap. Mengingat ternyata sebesar itu keputusan yang harus dia ambil. Setelah begitu banyak hal yang ia pikirkan dalam waktu singkat.

>>>>>

Sana keluar dari kamar mandi dengan perasaan berbunga. Syulit dijelaskan betapa leganya Sana saat ini, saat dirinya kembali melihat Tzuyu berbaring dikasurnya. Kekosongan Sana dengan begitu cepat terisi

Usai mengeringkan rambutnya, Sana merangkak naik ke kasur hendak terbaring disamping Tzuyu. Namun Sana dikagetkan dengan Tzuyu yang tiba-tiba menjauh

"Eonnie gak tidur di sofa?" Tanyanya. Tzuyu juga nampak kaget


"Kenapa harus?"

"Eonnie selalu tidur di sofa"

Mendadak saja suasana berubah canggung "Tzuyu soal itu--"

"Gapapa, eonnie" Balas Tzuyu menyalurkan perasannya bahwa ia memahami Sana "kalau eonnie mau tidur dikasur, aku bisa tidur di sofa"

Sana membuang nafas kasar. Berbeda dengan asumsinya yang berpikir mungkin Tzuyu masih marah atau kesal padanya. Lantas Sana menahan lengan Tzuyu


"Aku aja. Kamu tetep tidur dikasur" Tukas Sana akhirnya

Sana beranjak ke sofa dengan terpaksa. Ia melirik Tzuyu yang tidur menyamping memunggunginya. Padahal malam ini Sana sudah berharap akan memeluk punggung itu sepuasnya, namun harus sirna karena ulahnya sendiri.

Tenang, San. Masih ada hari esok

BEST SCARS (Tzuyu Twice)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang