ketujuhbelas

865 75 77
                                    

Di rooftop dorm yang dingin, sunyi, sepi, menemani keheningan Sana yang kini tengah menatap secarik foto ditangannya.

"Memang ada yang salah sama hubungan kalian"

"Dan akarnya ada di kamu, San"

Sana diam. Dia terus mempertanyakan apa yang membuat Tzuyu bersikap seperti itu. Sikap yang selama ini tidak pernah Tzuyu tunjukkan padanya. Dan Nayeon sebagai unnie tertua, menjadi satu-satunya pelarian Sana untuk mencurahkan segala kegundahannya.

"Ibaratnya gini, kamu yang memulai perang tapi kamu juga yang kalah"

Sana memahami ucapan Nayeon tersebut. Tentang perubahannya, yang pelan-pelan terus menghindar dari Tzuyu. Mengabaikan segala tentangnya. Kini keadaan seakan terbalik

Dan semua itu hanya karna foto dua orang naked yang ada ditangannya, yang selama ini Sana simpen rapih ditempat paling rahasia, yang selalu mengingatkan Sana kedalam rasa sakit, yang membuat dirinya kehilangan arah untuk beberapa saat.

"Sekarang aku tanya, San. Seandainya Tzuyu nanya balik alasan sikap kamu yang berubah, kamu yakin mampu  jawab?"

Adalah hal termustahil Sana dan Nayeon benar. Sana tidak akan pernah mampu

Siapapun dapat memprediksi akan sehancur apa Tzuyu, akan seinsecure apa kekasihnya itu, dan yang terparah Tzuyu mungkin tidak akan lagi mau menoleh padanya karna rasa kepercayaan diri yang rusak. Sementara semua orang tau yang terjadi bukanlah kesalahannya.

Tidak! Tzuyu tidak boleh tau. Sikap yang Sana tunjukkan sudah sangat jahat, dan akan sejahat apalagi Sana kalau sampe memberitahukan alasannya.

Sana menyalakan korek api elektrik disebelah tangannya yang lain, lalu mengarahkan api menyala itu ke sudut foto yang ia pegang.

Sana menatap kertas foto yang perlahan-lahan hangus ditangannya. Foto yang kini ia terbangkan ke udara. Api membakar foto itu dengan tanpa sisa

Ajaibnya, perasaan Sana menjadi sedikit membaik setelah membakar foto itu. Bebannya terasa berkurang. Meski bayangannya belum sempurna hilang, Sana memilih untuk tidak peduli lagi.

Persetan dengan bayangan itu, nyatanya Sana lebih takut kehilangan Tzuyu walau sekedar dalam bayangnya.

--------


Tzuyu memasuki dorm dengan perasaan berat, langkahnya ketika sampai didepan pintu kamar yang selama ini ia tinggali bersama Sana terasa sangat berat

Tzuyu membuka kenop pintu kamarnya sendiri. Kemudian helaan nafas terdengar saat pertama yang ia lihat adalah pemandangan gelap. Benaknya menyimpulkan mungkin Sana belum pulang

baru saja menutup pintu, Tzuyu dikejutkan dengan tarikan seseorang yang tiba-tiba mendorongnya hingga menubruk tembok. Belum sempat Tzuyu melakukan perlawanan, sebuah benda kenyal mendarat di bibirnya.

Tzuyu yang mendapat serangan tiba-tiba bahkan tanpa aba- aba pun hanya terdiam beberapa detik, sampai akhirnya ia tersadar dengan aroma green tea yang khas menguar dari surai gelap si lawan. Aroma yang sangat ia sukai.

Tzuyu menjauhkan kepalanya dan menangkup kepala lawannya untuk memastikan. Benar. pelakunya Sana yang tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan

Tzuyu membuang muka hendak melepas mundur namun Sana justru bertidak sebaliknya, ia tidak membiarkan Tzuyu lolos. dipepetnya tubuh Tzuyu ke dinding kamar. Kembali Sana mencium bibir manis Tzuyu yang sangat dia rindukan, setiap malam nyaris terimpikan.

Daripada Tzuyu yang seperti ini, Sana lebih suka Tzuyu yang banyak bicara kepadanya. Tzuyu yang akan menyambut ramah saat melihatnya. Tzuyu yang tidak akan berhenti tersenyum saat berbicara kepadanya. Teryata, Tzuyu yang menjadi diam sangat menyakitinya.

Sana merasa kehilangan. Dia ingin Tzuyu kembali seperti dulu.

"I miss you" Lirih Sana tepat di telinga Tzuyu.

Tzuyu masih diam. Matanya perlahan berkaca-kaca. Tidak dipungkiri tiga kata yang terucap dari bibir Sana juga ikut mewakili perasaannya.

Tzuyu berharap waktu berhenti sejenak. Biarkan setidaknya untuk malam ini dirinya yang lemah tenggelam dalam kepura-puraan dan menikmati keegoisan.

Tzuyu tidak lagi sanggup membohongi dirinya dengan terus berpura-pura kuat. nyatanya iapun begitu merindukan pelukan Sana, aromanya, terlebih sentuhannya yang kini menjadi nyata. Segala resah, rindu, dan sesak menguap sementara.

Kedua tangan Sana terangkat memeluk pinggang Tzuyu yang ramping, dan menempatkan kepalanya dipundak Tzuyu.  "I really miss you, Tzuyu" Bisiknya lagi dengan suara bergetar

Setelah beberapa menit ikut diam dan tidak ada penolakan dari Tzuyu.

Kini Sana mulai beraksi, dia mencium telinga Tzuyu, turun ke leher lantas bahu wanita itu yang terekspos karena hanya menggunakan tanktop sedangkan Tzuyu masih setia dengan diamnya. Jujur, Tzuyu tidak sanggup dengan gebrakan Sana saat ini, jantungnya berdebar-debar menikmati sentuhan yang diberikan oleh Sana sampai akhirnya pertahanan Tzuyu runtuh.

Sana seolah sedang melancarkan keinginannya, wanita itu mendongak menatap lurus pada mata Tzuyu yang berkaca, pelan-pelan menghapus jarak antara mereka. Lalu saat tinggal beberapa senti lagi, dengan cepat Sana mengulum bibir merona itu dengan napas yang tersengal.

Gairah Tzuyu ibarat luka yang begitu besar dan dalam, tidak seharusnya Sana menyentuh luka itu lagi. Dan kalau terjadi, maka Tzuyu akan menggeliat kesakitan dan ingin segera diobati dengan cara apapun. Naasnya, Sana dengan sengaja menaburkan garam pada lukanya.

Kecupan yang semula tak dibalas, kini tidak diberi ampun lagi oleh Tzuyu. Munafik jika dia menolak apa yang selama ini juga ia rindukan. Jadi dengan sangat kacau, Tzuyu membalasnya, mengecup, menggigit, bahkan menyesapnya dengan mengimbangi sang lawan.

Setetes air bening jatuh membasahi pipi Sana. Kali ini bukan karna rasa sesak, melainkan perasaan bahagia karna Tzuyu yang mau membalas ciumannya.

Entah sudah berapa lama mereka menghabiskan waktu untuk membalas pagutan yang semakin berkecipak. Yang jelas keduanya menuai jarak dengan dada yang turun naik, seolah kehabisan seluruh oksigen saat menikmati basah hangat dari kedua bibir.

Sana belum mau berhenti, dengan sengaja mendongakkan kepala seraya menggigit bibirnya sendiri, sehingga mengekspos leher jenjang nan putih. Sangat menggoda! Hingga memutuskan saraf kewarasan Tzuyu. Tanpa menunggu aba- aba, Tzuyu lantas menguasai leher jenjang itu, menyapu segala sisi dan tidak lupa pula memberi sesapan-sesapan yang menghasilkan bercak merah yang selalu menjadi kesenangannya dulu.

Begitupun Sana yang dengan sangat bangga semakin memberi ruang agar Tzuyu bisa menari-nari disekujur tubuhnya. Hehe

End, gess😣

BEST SCARS (Tzuyu Twice)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang