Melodie : 04

7.4K 698 33
                                    

Selamat membaca danSemoga suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca
dan
Semoga suka
.
.
.
.
.


Aloisia melihat pembangunan yang sedang di lakukan di beberapa tempat. Bangunan itu adalah korban dari target peledakan. Dengan adanya teknologi. Pembangunan tidak akan memakan waktu yang cukup lama. Aloisia melihat peledakan ini juga menguntungkan sebagian orang-orang. Misalnya para tukang bangunan dan rumah sakit. Milan bukanlah kota yang hanya di isi oleh warga lokal. Terdapat banyak wisatawan manca negara yang datang. Dan bahkan orang asing yang menetap.


Aloisia berjalan-jalan di sekitar. Ia berharap mendapatkan petunjuk. Sedikit saja pasti akan sangat berguna. Jarang sekali ada saksi karena kejadiannya terjadi di tengah malam. Mencari petunjuk di runtuhan bangunan pun sudah tidak berguna karena tidak ada. Sebentar lagi bangunan baru itu sudah selesai bangun.

Aloisia menghela napas berat. "Apa aku harus menunggu sampai ledakan itu kembali terjadi?!"

"Bagaimana ini mama?! Kita akan mati!"

"Sstt ... Tenanglah!"

"Kita akan mati mama. Ayo kita segera pergi dari sini!"

"Tenanglah putra ku. Kita tidak akan mati. Kita juga tidak bisa pergi kemanapun semua akses keluar masuk Milan sedang tutup."

Aloisia menatap wanita dan putranya yang menangis. Tidak hanya mereka Tapi semua warga sipil juga pasti merasakan hal yang sama. Kecemasan, ketakutan, karena mereka bisa mati kapan saja. Aloisia membeli sebuah balon kemudian di berikannya pada bocah laki-laki. "Ibu mu benar! Kalian tidak akan mati!"

Bocah laki-laki itu menerima balon pemberiannya. Ibunya tersenyum melihat putranya yang sudah tenang. "Terimakasih!"

Aloisia tersenyum balik. "Aku ... Baru belum lama sadar dari koma. Aku dengar sering sekali terjadi ledakan di Milan."

"Kau koma? Apa kau baik-baik saja sekarang?" Wanita itu terlihat khawatir.

"Aku baik-baik saja sekarang. Terimakasih, nyonya. Aku penasaran. Bisakah kau menceritakan soal ledakan yang terjadi?"

Sorot mata wanita itu berubah menjadi sendu. Dia menatap putranya sekilas. "Aku dan putra ku hampir saja menjadi salah satu korban dari ledakan. Kami datang dari Pescara. Bersama suami ku. Kami datang untuk merayakan ulang tahun putra kami. Aku dan putra ku keluar. Sementara suami ku berada di hotel. Dia kelelahan. Begitu kami baru saja turun dari taksi. Hotel yang kami tinggali tiba-tiba meledak. Di depan mata kepala kami sendiri." Mata wanita itu Berkaca-kaca. Putranya turut merasakan kesedihan ibunya.

"Apa sebelum itu kalian tidak mengalami kejadian aneh? Seperti hal-hal mencurigakan atau suara musik yang menyakitkan telinga?"

Wanita itu menggeleng lemah. "Tidak! Tidak ada suara musik."

Melo-die [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang