Melodie : 11

7.8K 760 59
                                    

Selamat membaca danSemoga suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca
dan
Semoga suka
.
.
.
.
.

Aloisia merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Rasanya seperti telah berjuang di Medan perang. Terutama di bagian intinya. Terasa sangat nyeri. Anehnya Ia tidak ingat dengan apa yang terjadi. Begitu bangun dia sudah menemukan dirinya yang hanya memakai piyama satin tanpa dalaman. Seingatnya dia juga tidak pernah membeli pakaian ini. Kepalanya pusing memikirkan semua ini. Aloisia memutuskan untuk pergi untuk mandi. Matanya membesar menatap sekujur tubuhnya.

Penuh dengan luka yang sudah mengering. Sekaligus banyaknya kissmark bertebaran di sekujur tubuhnya. "What the--"

Ia berusaha untuk mengingat apa yang terjadi. Namun isi pikirannya Kosong. Yang dia Ingat hanyalah kematian Grammy dan juga Soleil.

Kaki jenjangnya masuk ke dalam bathtub. Merendam tubuhnya dengan air hangat. "Milan akan di isolasi. Bekerja dengan kepolisian tidak membantu. Solusi terbaik menaruh banyak tim detektif di Milan. Tapi satu-persatu detektif itu mati. Sebenarnya siapa yang tega melakukan ini semua? Apa motifnya membombardir gedung-gedung? Apa mereka teroris?! Aku harus menganalisis bangkai bomnya."

Aloisia tahu dia masih memiliki banyak kekurangan. Dia bukanlah detektif yang pintar dan cekatan. Atau memang si pelakunya yang lebih pintar. Tapi Ia akan berusaha. Untuk membalaskan dendam kematian ayahnya.

Samar-samar Alosia mendengar suara bel berbunyi. Gadis itu segera memakai kimononya. Berjalan menahan nyeri menuju pintu utama.

Dahinya mengkerut melihat senior laki-lakinya. "Senora Ettore?"

Ettore memalingkan wajahnya ke arah lain. "Selamat sore Middora Aloisia. Ada yang ingin ku bicarakan dengan mu. Tapi sebelum itu, bisakah kau?"

Aloisia melihat tubuhnya yang masih di baluti kimono. "Ya, maaf senora Ettore. Silahkan masuk dan menunggu di dalam selagi aku bersiap."

Aloisia segera kembali ke kamarnya untuk memakai pakaian. Senora Ettore adalah salah satu murid terbaik. Menduduki posisi ketiga— Studente geniale. Pria yang sangat menghormati privasi wanita sekecil apapun. Senora Ettore jarang sekali bekerja sama. Pria itu lebih suka melakukan semuanya sendiri. Pria itu benci menyatukan dua pemikiran yang berbeda. Ettore juga tidak banyak bicara. Aloisia bahkan tidak pernah berbicara dengan pria itu sedikitpun. Jika salah satu Senora tiga terbaik datang menemuinya. Itu artinya ada pesan penting.

Aloisia menyediakan dua kaleng soda di untuk Ettore. Hanya itu yang tersedia di kulkas.

"Kau tidak menjawab pesan yang ku kirim tiga hari yang lalu. Senora Novelle juga sudah mencoba untuk memeriksa kondisi mu namun kau tak kunjung membukakan pintu untuknya. Senora Novelle khawatir dengan keadaan mu yang tiba-tiba menghilang di club."

Melo-die [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang