Melodie : 34

6K 900 409
                                    

Alessia mengendarai mobil lamanya di antara para mobil-mobil mewah yang menyapu jalanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alessia mengendarai mobil lamanya di antara para mobil-mobil mewah yang menyapu jalanan. Wanita itu tersenyum menyentuh kepala putrinya yang sibuk lihat jalanan dari kaca pintu.

Aloisia menatap ke arah pisau di dalam plastik yang bilahnya sudah lumuri darah Archie. "Kenapa ibu membawa pisau itu. Untuk menghilangkan jejak?"

"Tidak! Sebagai kenangan! Ibu akan memakaikan bingkai kemudian memajangnya. Ayahmu pasti sedang tersenyum melihat pembunuhnya mati dengan perlahan sendirian di dalam rumah."

Aloisia bisa merasakan kepuasan dari ibunya. Pisau yang berlumuran darah Archie itu bagaikan sebuah Thropy untuknya. Seharusnya dia senang, tapi mengapa rasa yang tertanam di hatinya ini sedih. Hatinya selalu berkata. "Ingatlah Sia! Dia adalah orang yang sudah membunuh ayahmu dan ratusan orang tak bersalah. "

Alessia melihat Aloisia yang terus menatap dari kaca pintu. Menatap jalanan yang kosong. Wajah sedihnya terpantul hingga Alessia bisa melihatnya. "Kau kasihan padanya? Apa kau lupa tujuan mu menjadi seorang detektif Anne?"

"Tidak ibu!"

"Lalu kenapa kau membuat wajah seperti itu?! Kalau bukan kasihan apalagi yang ibu lihat di wajah mu saat ini?!"

"Aku hanya sedih meninggalkan Italia. Membuang semua kehidupan lama ku." Aloisia mengungkapkan sedikit alasannya merasa sedih. Dia takut dan juga marah. Meninggalkan Italia setelah membunuh keturunan seorang mafia- Apakah semua akan baik-baik saja?

Seorang ibu akan meneteskan air matanya. Seorang ayah akan murka. Keturunan tunggal sisila mati. Bukan hanya keluarganya tetapi pengikut mereka yang setia juga akan memburunya hingga ujung dunia. Mengincar kepala dirinya dan ibunya bagai emas yang berharga.

Alessia tersenyum tipis. Tidak ada seorang ibu yang tidak mengerti anaknya. Tangan wanita itu menyentuh kepala anaknya. "Anne, jangan khawatir. Ibu ada bersama mu. Apapun ibu lakukan untuk menyelamatkan mu sayang."

Aloisia menangkap tangan ibunya- Menurunkannya dari atas kepalanya. "Ibu, ayah sudah tiada. Aku tidak ingin kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidup ku. Jika ibu tiada, maka apa gunanya aku hidup?"

Ucapan Aloisia membuat hatinya tersentuh dan menangis. Sebatang kara di dunia yang besar ini bagaikan neraka. Seperti dirinya yang selalu merasa kesepian dan di terpa kerinduan yang begitu mendalam. Namun, selalu ada waktu untuk melepas kerinduan itu. Berbeda dengan kematian. "Maaf Anne. Baik kau ataupun ibu tidak akan ada yang mati. Ibu tidak akan meninggalkan mu. Sebelum ibu melihat mu menikah dengan bahagia dan menggendong cucu ibu."

Aloisia sudah berjuang untuknya. Menemukan pembunuh suaminya. Kini saatnya dia melakukan tugasnya. Menjadi ibu bagi putrinya.

"Ibu, bagaimana kita bisa mendapatkan identitas baru? Meskipun Denmark adalah negara yang damai--"

"Sudah ibu bilang. Ibu memiliki kenalan ayah mu di sana. Dia akan membantu kita. Anne, selama kita punya uang kita bisa melakukan apapun. Kita akan memulai hidup baru di sana. Jangan khawatir. Ibu sudah memikirkannya dengan matang. Kita tidak akan tinggal di kota. Tapi di desa. Di sana jauh lebih aman. Kau bisa lanjutkan pendidikan mu dan ibu akan bekerja. Hanya melakukan hidup seperti orang normal sayang. Kau percaya pada ibu bukan?"

Melo-die [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang